Share

My First love
My First love
Penulis: Melda Fitri

BAB I

"Nata, banguuun!" Entah berapa kali teriakan itu menggema hampir kepenjuru komplek tempat tinggal mereka.

"Hmm, hoaaaaaammh, gangguin orang tidur aja hmm." Sambil melanjutkan tidurnya.

"Nata, bangun,  dasar kutu buku bukannya kemaren dia bilang ada kuliah pagi dan nggak ada yang boleh telat." Teriak Tita dari luar kamar.

"Apa, dan kakak baru bangunin aku sekarang?" Tiba-tiba Nata langsung duduk mendengar teriakan kakak satu-satunya itu sambil melangkah terbirit-birit ke kamar mandi.

"Dasar kutu buku, kakak tu udah dari sejam yang lalu bangunin kamu, dasar kamunya aja yang nggak bangun-bangun kayak orang pingsan." Teriak Tita dari luar kamar mandi.

Flashback 

"Disampaikan kepada seluruh mahasiswa-mahasiswi dalam beberapa dekade ini jadwal kuliah kita ada perubahan, dan berkemungkinan setiap jadwal yang ditentukan tidak ada yang berjalan sesuai dengan konsistensinya, kami berharap agar semua mengikuti perubahan yang kami buat agar menjadi bahan acuan kami kedepannya, terimakasih."

"Huhh, dasar pihak kampus bertindak semena-mena nya aja, nggak dipikir apa, emangnya semua mahasiswa kesini pake mobil, trus kita yang jalan kaki dari tempat kost gini gimana coba?"

Semuanya sibuk dengan argumen masing-masing, usut punya usut pihak kampus akan memilih salah satu dari mahasiswa nya untuk Go international, artinya bagi mahasiswa yang terpilih akan diberangkatkan ke Belanda untuk melanjutkan studi S2.

Tentu saja biaya ditanggung oleh kedua pihak antara Indonesia Belanda dari departemen keuangan masing-masing negara.

Universitas Indonesia 10.45 wib.

Ya, disinilah Natasha Aurelie Chandra yang biasa di panggil Nata melanjutkan perguruan tinggi nya, saat ini dia sedang menghadapi tahun akhir semester di jurusan HI (Hubungan Internasional). Seorang gadis yang sebenarnya sangat cantik tapi tak terlihat dari penampilannya yang terlalu culun, katakanlah begitu. Rambut ikal dan kembang yang selalu di kuncir kuda kemudian kaca mata bulat besar, tentu saja semua orang bilang kalau dia gadis cupu.

Anak kedua dari dua bersaudara, kedua orang tuanya meninggal dunia sepuluh tahun yang lalu saat keduanya sedang berkunjung ke Sumatera menemui keluarga disana, akan tetapi musibah tak terelakkan, pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan saat berada di perairan laut jawa menuju Jakarta.

Semenjak kedua orang tua mereka meninggal, Nata tinggal berdua dengan sang kakak, Tita Chandra. Tita dan Nata terpaut usia lima tahun. Saat itu Nata masih kelas satu SMP dan Tita hanya seorang pegawai honorer disebuah instansi pemerintahan. Namun nasib baik akhirnya berpihak pada mereka, Nata yang memang  anak pintar dari kecil mendapatkan beasiswa dari sekolahnya, tiga tahun kemudian saat Nata duduk di bangku kelas tiga SMA sang kakak, Tita diangkat menjadi pegawai Negeri sipil (PNS) dan di pindahkan langsung ke departemen perdagangan pusat Jakarta.

Tita memang bermasalah dengan hubungan asmaranya, padahal umurnya sudah lebih dari cukup untuk menikah, seorang wanita karir, cantik, mapan, mandiri, pokoknya segalanya lah, dan entah kenapa sampai detik ini belum juga mau menikah, barangkali belum jodoh 

"Nat." Tiba-tiba seseorang menghentikan langkah Nata, dia pun menoleh.

"Eh kirain siapa, lo may? Gimana may, sory gua telat, abis semalam gua baca novel ampe jam lima pagi."

"Dasar kutu buku, untung aja nggak jadi kuliahnya hari ini, barusan ada pengumuman kalau jadwal kuliah sewaktu-waktu bisa berubah, itu artinya kita semua harus standby."

"Gila, parah bener, trus, gimana kalau teman-teman yang nyambi kerja?"

"Kurang tahu juga gue, kan dari awal udah di kasih tahu semua buat siapa yang berkompetisi buat ngikutin studi ke Belanda, berarti dia harus tahu konsekuensinya kan?"

"Iya sih, ehh tapi kira-kira lo tahu nggak kandidatnya siapa?"

"Ya mana gue tahu Nat, eh, tapi lo sendiri gimana, minat nggak?"

"Pertanyaan lo tu ya may, secara aja coba, siapa yang ga mau, itu kan keren."

"Persiapan lo udah sejauh apa, maksud gue penguasaan bahasa Lo?"

"Gue, dikit-dikit bisalah, nah lo sendiri?"

"Susah gue Nat, bahasa Inggris mah oke, bahasa Belanda nya, pening guehh."

"Dasarnya aja lo yang lemot, yang penting yakin aja dulu, terlepas lolos nggaknya itu urusan kedua, tul nggak?"

"May, abis ini lo mau kemana, temanin gue ke perpus yok."

"Nggak kemana-mana sih, tapi sebelumnya kita isi pulau tengah dulu, kasihan udah meronta dari pagi nih."

Setibanya di kantin kedua sahabat itu memesan mie ayam dan jus orange. Kemudian memilih duduk di bangku paling pojok yang mengarah ke kantor tata usaha.

"May."

"Hmm." Sambil menikmati mie ayamnya.

"Gimana kabar nyokap lu, udah baikan?"

"Alhamdulillah, udah boleh pulang hari ini, dokter bilang cukup rawat jalan nggak ada yang mengkhawatirkan, katanya begitu."

"Syukurlah, berarti nggak perlu repot-repot ke rumah sakit lagi dong, jadinya kalian bisa fokus merawatnya di rumah."

"Alhamdulillah Nat."

Elmaya Renata, orang tuanya pemilik toko kelontong di Tanah Abang, sang ayah memiliki penyakit jantung dan saat ini sudah dipasangkan ring di jantungnya, semenjak tiga tahun ini ibu dan kakak nya lah yang mengurusi toko kelontong mereka di Tanah Abang.

Maya dan Nata termasuk gadis yang beruntung, keduanya bisa diterima di UI berkat prestasinya.

Setelah menikmati hidangan di kantin tadi, keduanya pun langsung menuju perpustakaan. Di perpustakaan hari ini tidak seperti biasanya. 

" May, ini kok kayak mau nerima sembako, rame amat?"

"Iya nih, apa gerangan ya?"

Keduanya pun heran setelah tiba disana, Nata dan Maya berusaha menerobos kerumunan , mereka sempat terkesiap dan saling melotot nggak percaya.

"Berdasarkan pengamatan dan penilaian-penilaian yang kami kumpul selama ini, kami selaku pihak rektor dan jajaran dosen beserta pihak management kampus yang terkait didalamnya maka dengan bangga kami persembahkan kepada:

Nama: Natasha Aurelie Chandra

Umur: 23 Th.

Jurusan: HI.

Dengan pencapaian IP tertinggi dan mahasiswa terbaik kita selama tiga tahun berturut-turut hingga saat ini, untuk memenuhi undangan nyata dari Erasmus University Rotterdam guna melanjutkan studi S2 dengan gelar PhD MSc atau magister dan sesuai kesepakatan kedua negara memilih saudari di jurusan MSc dalam perencanaan dan kebijakan kota strategis: Mengelola dinamika sosial-spasial untuk kota berkelanjutan."

Fantastis, keren, semua terpukau dengan berita yang tampil di Mading minggu ini. Tepuk tangan riuh serta merta bersahutan dan bergantian memberi selamat ke Nata, Nata yang masih tak percaya cukup shock dengan apa yang baru ia baca dari Mading.

Maya tersenyum bangga, walau bukan dirinya yang terpilih setidaknya dia bangga menjadi teman seorang yang berprestasi seperti Nata.

Nata berusaha memaksakan dirinya untuk tersenyum, karena masih belum percaya dan hanya mengucapkan terima kasih ke tiap teman-teman yang memberi selamat untuknya. Kerumunan tersebut cukup membuat gaduh di area jurusan HI, tak lama security kampus datang untuk membubarkan kerumunan dan memerintahkan semua mahasiswa kembali ke kelas masing-masing.

Maya pun segera menarik tangan Nata yang masih ia genggam sejak tiba di depan Mading perpustakaan menuju ke kelas, pasalnya Nata hanya bengong sehingga Maya yang cukup berinisiatif.

"Hei, lo udah sadar belom?" Sambil menepuk-nepuk muka Aurel.

"Alhamdulillah, gue bersyukur tapi kayak mimpi, gue nggak mimpi kan mm, awwww mayaaa." Nata berteriak akibat sentilan Maya.

Jujur saja Nata saat ini betul-betul bahagia dengan berita gembira ini, dia bangga bisa mengharumkan nama bangsa dan membuat bangga kakaknya. Kendatipun harus terpisah dari sang kakak, demi sebuah impian dan cita-cita yang begitu besar. Nata sadar, bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan emas ini, hanya dirinyalah yang terpilih dan diapun sudah siap untuk itu.

"Selamat ya Nat, kita semua bangga sama Lo."

Semua orang dikelas pun bergantian memberi selamat dan memeluk Nata yang cupu, Sebenarnya Nata hanya penampilannya yang cupu, buktinya dia anak cerdas, tapi entah kenapa sampai detik ini belum mau merubah penampilannya, dasar Nata.

"Selamat siang semuanya."

Waktu sudah menunjukan kan angka dua belas siang saat itu, tiba-tiba seorang dosen wanita masuk dengan penampilan khasnya, pakaian yang sedikit mencolok dengan menggunakan jilbab walau tidak menutupi semua rambutnya, karena dibagian poni depan di sasak dan jilbab berada di posisi tersebut, apa readers pernah lihat istri mantan presiden Gusdur?, Nah seperti itu.

"Kepada saudari Natasya diminta untuk menemui rektor kekantor beliau, untuk saudara-saudari  kita akan lanjut pembahasan yang tertunda tempo hari."

"Makasih buk, saya permisi dulu buk." Nata pun pamit dan meninggalkan kelas.

Tok tok tok.

"Masuk."

Nata pun membuka pintu dengan hati-hati dan sesopan mungkin. Setiba didalam, sudah ada beberapa dosen pembimbing, dosen akademik dan pak rektor.

"Selamat siang bapak ibuk." Sapa Nata.

"Natasya, silahkan duduk, ada beberapa hal yang harus kami perbincangkan dengan anda menyangkut keberangkatan anda ke Belanda dan persiapan materi untuk menyelesaikan skripsi anda tahun ini. Apa sejauh ini ada kesulitan yang saudari temui selama menyiapkan skripsi anda?"

Pak rektor pun mulai membuka percakapan.

"Alhamdulillah, semua berjalan lancar pak." Jawab Nata mantap.

"Baguslah, seminar akan diadakan bulan depan dan jadwal gladi resi Seminggu setelah itu, bagaimana bapak-ibu?"

"Setuju."

Mentari menyeruak menerobos kedalam kamar Nata, gadis cupu itu masih berada dialam mimpinya.

"Kak Tita kembalikan bayiku, kakak nggak berhak merampasnya dari ku, dia milikku, kak Titaaaaaa."

"Ngapain lah si cupu teriak-teriak, astaga dia mimpi apa kok bahas bayi sih hadeeh." Sambil menapok jidatnya sendiri dan mengguncang-guncangkan tubuh adiknya biar segera bangun.

"Iih, kak Tita gangguin tidur aja, ini kan weekend, kakak juga ngak ngantor kan?" Sambil menarik bantal yang berjatuhan dilantai akibat ulahnya selama tidur.

"Kalau mau tidur, ya tidur aja tapi nggak usah teriak-teriak, dikirain tetangga ntar kita berantem rebutan bayi."

"Rebutan bayi apaan sih? Kembali duduk dan berpikir sejenak. "Emang aku ngigau ya kak?, Iya ni kak, aku juga heran kok mimpi aku soal bayi sih?" Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Bukan ngigau, tapi teriak-teriak, udah sana bangun, mandi kek, bikin sarapan, beres-beres, ngapa kek gitu, dari pada mikirin mimpi yang nggak jelas."

"Kak, katanya kalau kita mimpi ada bayi gitu bakal dapat rezeki lo kak." Masih saja Nata membahas mimpinya.

"Itu kan cuma mitos, di zaman modern gini mana ada hal-hal begituan, udah nggak usah dipikirin."

Niat mau tidurnya pun lenyap seketika selesai membahas mimpi anehnya. Nata mengambil handuk dan kekamar mandi.

Disinilah kedua adik kakak ini tinggal, dirumah sederhana peninggalan orang tuanya, rumah yang tidak terlalu besar dengan halaman yang lumayan luas, memiliki dua kamar dengan masing-masing memiliki kamar mandi. Cukup nyaman untuk mereka berdua. Tita sangat menyayangi adik satu-satunya itu, menurut Tita, Nata anak yang cantik tapi sayangnya dia tidak berminat mengekspos dirinya dengan penampilan-penampilan wanita pada umumnya, jujur saja Tita sendiri merasa kalah cantik dari Nata. Nata lebih memilih gaya hidupnya sendiri selagi masih di dalam nalar dan tidak merugikan khalayak kenapa nggak, begitulah menurutnya.

Tita sendiri masih trauma untuk menjalin hubungan serius dengan pria hingga membuat dirinya belum kunjung menikah sampai sekarang, ada-ada saja yang membuatnya untuk mundur dari setiap pria yang pernah dekat dengannya. Ada yang mengaku duda, ternyata suami orang. Ada yang ngaku single perjaka maksudnya malah Playboy alias udah punya kekasih.

Tita memang bukan tipe wanita yang mudah untuk di dekati, termasuk di lingkungan instansi nya, dia berusaha seprofesional mungkin dan selalu bersikap pada tempatnya, baik dengan rekan pria maupun wanita. Banyak rekan pria di kantor berminat untuk menyuntingnya, namun Tita berusaha menggubris dan menganggap hanya lelucon mereka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Meylani putri
lanjun awalan yg bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status