Share

BAB IV

Sore itu disebuah kafe Royal yang berada di sudut kota Rotterdam, entah kenapa Nata tertarik untuk kesana setelah melihat di situs kafe-kafe apa saja yang ada dikota Rotterdam. Kebetulan kafe ini juga tidak terlalu jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Dan dia sengaja memilih tempat ini.

Nata baru saja menyeruput capuccino drink ala Belanda di kafe itu sambil membaca kembali novel laga yang baru saja dikirim Maya melalui Watts up nya.

"Kamu baca dulu deh, pasti tertarik, dijamin pokoknya." Begitulah kata Maya di panggilan vc kemaren dengan dirinya saat menyuruh Nata membaca novel kirimannya.

Sebelumnya di kediaman pribadi milik Ibra, maksudnya disebuah mansion mewah pembeliannya setelah satu bulan di promosikan oleh ayahnya, Ibra memenangkan tender besar dengan laba fantastis, tanpa mengundur waktu lagi dia memutuskan untuk mengambil mansion mewah yang merupakan salah satu bisnis propertinya itu.

Ibra sedang duduk dipinggir kolam renang setelah puas berenang. Dengan menggunakan boxer, kulit sawo matang nya terlihat mengkilat oleh terpaan sinar mentari sore.

Tidak lama anak buah kepercayaan yang biasa menemui dan memberinya info-info menarik untuk dirinya dan selalu berhubungan dengan reputasinya. Namanya adalah Morgan, saat Morgan membocorkan hubungan gelap Brenda dengan Aliando Erkan di Denhag, Ibra secara resmi mengangkat Morgan jadi sekretaris pribadinya sekaligus asistennya.

Ibra meraih handuk dari tempatnya duduk dan menyeruput sedikit orange jus buatan Nany. Tak lama HP nya berdering dan melihat panggilan dari Morgan. Tidak biasanya Morgan menghubunginya melalui video call. Ibra pun penasaran kemudian menjawab panggilan tersebut.

Mereka pun terhubung.

"Sorry meneer, mengganggu anda. Tapi saya rasa anda berhak tahu dengan yang saya temukan sore ini."

"Katakan ada apa Morgan, zeg is er een problem?" Jawab Ibra tegas.

" Betul meneer, saya rasa ini akan bermasalah dengan hati anda." 

"Apa maksudmu, jangan berbelit-belit, saya sibuk." Hampir saja Ibra akan menutup panggilan tersebut.

"Meneer, tunggu saya ada info menarik untuk anda, coba anda lihat di kamera saya, apa anda mengenalnya?" Morgan pun sambil mengalihkan kamera belakangnya untuk mengambil rekaman video Nata yang sedang asyik memperhatikan HP nya , seperti sedang fokus membaca tanpa kaca mata dengan sesekali meraih cemilan kentang goreng ke mulutnya.

Memang jarak meja antara Morgan dan Nata tidak terlalu jauh, hanya karena Nata yang tengah asyik dan fokus membaca tidak menyadari apa yang dilakukan Morgan.

"Dat meisje= gadis itu."

"Bagaimana meneer, apa anda tertarik dengan beritaku hari ini?" Tanya Morgan seakan dirinya puas telah memberi info menarik untuk meneer nya hari ini.

" Morgan, dengarkan aku jangan matikan dulu dan tolong segera kau share Lok dimana kalian sekarang, satu lagi jangan lupa untuk memotretnya."

"Baik meneer." 

Ibra pun beranjak dari pinggir kolam tanpa menggunakan handuk, dan tidak sempat menghabiskan orange jusnya dia berlari sambil membawa HP nya ke kamar dan melemparkan asal di ranjang kemudian mandi sebentar dan bergegas mengambil pakaiannya. Tidak lama Ibra pun selesai dan kembali mengambil HP nya dan membaca kiriman lokasi dari Morgan.

Dengan kecepatan tinggi , hampir sepuluh menit kemudian Ibra tiba di lokasi dan mendapatkan Nata masih setia dengan yang dibacanya. Ibra terpaku dan memberi isyarat pada Morgan untuk diam seperti biasa di mejanya, lalu memberi perintah dengan isyarat untuk menambah kentang goreng di meja Nata.

Nata heran saat pelayan kafe mengantarkan sepiring kentang goreng lagi untuknya.

"Sorry, aku tidak memesan lagi nona, karena saya akan pulang." 

"Saya yang akan memakannya." Nata pun menoleh arah suara berat itu yang belum sempat dijawab oleh pelayan.

"Maaf nona, meneer ini yang menyuruh kami mengantarnya untuk anda." Akhirnya pelayan itu pun menjawab.

Nata masih kaget saat melihat Ibra di belakangnya. Ibra berdiri dengan tangan dikantong celananya.

"Anda boleh pergi, o iya satu lagi tolong bawakan saya minuman yang sama seperti Nona ini." Perintah Ibra dengan santai kepada pelayan itu.

"Maaf meneer, saya harus pergi bye." Nata kelabakan seakan sedang tertangkap basah oleh Ibra dan memutuskan segera untuk hengkang dari sana, namun tangan kekar Ibra lebih sigap dari langkahnya.

"Kali ini anda tidak boleh pergi begitu saja, atau memang seperti itukah etika yang anda punya?"

Nata terdiam dan menunduk, dia hanya tidak ingin terlalu cepat untuk dekat dengan pria yang tak dikenalnya, apalagi beberapa kali sebelumnya dia selalu bertemu dengan Ibra, ditambah lagi yang Ibra tahu sebelumnya dia menggunakan kacamata dan tiba-tiba sekarang dirinya nampak lebih fresh tanpa kacamata.

"Ahhhkh, pria ini jadi banyak tahu tentangku." Gumamnya kesal sambil menyeka keningnya yang mulai berkeringat.

"Ada apa, apa aku sangat mengganggu hingga membuatmu langsung pergi setelah aku datang?"

" Tidak, anda salah paham meneer, saya masih banyak urusan makanya saya harus segera pergi."

"Sebelum anda pergi boleh saya tahu nama anda nona?"

Nata tidak menjawab pertanyaan Ibra ketika Ibra melonggarkan pegangannya pada tangan Nata, namun saat itu juga Nata berlari untuk segera menghilang dari Ibra.

"Gadis aneh, punya mata sehat kok dibikin pura-pura sakit mata, ada-ada aja." 

"Meneer, bagaimana dengan pesanan anda?" Pelayan itu sedikit berteriak saat Ibra pun ikut pergi dari sana.

"Untuk mu saja dan ambil kembaliannya!" Sambil meletakkan selembar uang lima ribu euro di meja  dan melangkah keluar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status