Sore itu disebuah kafe Royal yang berada di sudut kota Rotterdam, entah kenapa Nata tertarik untuk kesana setelah melihat di situs kafe-kafe apa saja yang ada dikota Rotterdam. Kebetulan kafe ini juga tidak terlalu jauh dari apartemen tempat ia tinggal. Dan dia sengaja memilih tempat ini.
Nata baru saja menyeruput capuccino drink ala Belanda di kafe itu sambil membaca kembali novel laga yang baru saja dikirim Maya melalui Watts up nya.
"Kamu baca dulu deh, pasti tertarik, dijamin pokoknya." Begitulah kata Maya di panggilan vc kemaren dengan dirinya saat menyuruh Nata membaca novel kirimannya.
Sebelumnya di kediaman pribadi milik Ibra, maksudnya disebuah mansion mewah pembeliannya setelah satu bulan di promosikan oleh ayahnya, Ibra memenangkan tender besar dengan laba fantastis, tanpa mengundur waktu lagi dia memutuskan untuk mengambil mansion mewah yang merupakan salah satu bisnis propertinya itu.
Ibra sedang duduk dipinggir kolam renang setelah puas berenang. Dengan menggunakan boxer, kulit sawo matang nya terlihat mengkilat oleh terpaan sinar mentari sore.
Tidak lama anak buah kepercayaan yang biasa menemui dan memberinya info-info menarik untuk dirinya dan selalu berhubungan dengan reputasinya. Namanya adalah Morgan, saat Morgan membocorkan hubungan gelap Brenda dengan Aliando Erkan di Denhag, Ibra secara resmi mengangkat Morgan jadi sekretaris pribadinya sekaligus asistennya.
Ibra meraih handuk dari tempatnya duduk dan menyeruput sedikit orange jus buatan Nany. Tak lama HP nya berdering dan melihat panggilan dari Morgan. Tidak biasanya Morgan menghubunginya melalui video call. Ibra pun penasaran kemudian menjawab panggilan tersebut.
Mereka pun terhubung.
"Sorry meneer, mengganggu anda. Tapi saya rasa anda berhak tahu dengan yang saya temukan sore ini."
"Katakan ada apa Morgan, zeg is er een problem?" Jawab Ibra tegas.
" Betul meneer, saya rasa ini akan bermasalah dengan hati anda."
"Apa maksudmu, jangan berbelit-belit, saya sibuk." Hampir saja Ibra akan menutup panggilan tersebut.
"Meneer, tunggu saya ada info menarik untuk anda, coba anda lihat di kamera saya, apa anda mengenalnya?" Morgan pun sambil mengalihkan kamera belakangnya untuk mengambil rekaman video Nata yang sedang asyik memperhatikan HP nya , seperti sedang fokus membaca tanpa kaca mata dengan sesekali meraih cemilan kentang goreng ke mulutnya.
Memang jarak meja antara Morgan dan Nata tidak terlalu jauh, hanya karena Nata yang tengah asyik dan fokus membaca tidak menyadari apa yang dilakukan Morgan.
"Dat meisje= gadis itu."
"Bagaimana meneer, apa anda tertarik dengan beritaku hari ini?" Tanya Morgan seakan dirinya puas telah memberi info menarik untuk meneer nya hari ini.
" Morgan, dengarkan aku jangan matikan dulu dan tolong segera kau share Lok dimana kalian sekarang, satu lagi jangan lupa untuk memotretnya."
"Baik meneer."
Ibra pun beranjak dari pinggir kolam tanpa menggunakan handuk, dan tidak sempat menghabiskan orange jusnya dia berlari sambil membawa HP nya ke kamar dan melemparkan asal di ranjang kemudian mandi sebentar dan bergegas mengambil pakaiannya. Tidak lama Ibra pun selesai dan kembali mengambil HP nya dan membaca kiriman lokasi dari Morgan.
Dengan kecepatan tinggi , hampir sepuluh menit kemudian Ibra tiba di lokasi dan mendapatkan Nata masih setia dengan yang dibacanya. Ibra terpaku dan memberi isyarat pada Morgan untuk diam seperti biasa di mejanya, lalu memberi perintah dengan isyarat untuk menambah kentang goreng di meja Nata.
Nata heran saat pelayan kafe mengantarkan sepiring kentang goreng lagi untuknya.
"Sorry, aku tidak memesan lagi nona, karena saya akan pulang."
"Saya yang akan memakannya." Nata pun menoleh arah suara berat itu yang belum sempat dijawab oleh pelayan.
"Maaf nona, meneer ini yang menyuruh kami mengantarnya untuk anda." Akhirnya pelayan itu pun menjawab.
Nata masih kaget saat melihat Ibra di belakangnya. Ibra berdiri dengan tangan dikantong celananya.
"Anda boleh pergi, o iya satu lagi tolong bawakan saya minuman yang sama seperti Nona ini." Perintah Ibra dengan santai kepada pelayan itu.
"Maaf meneer, saya harus pergi bye." Nata kelabakan seakan sedang tertangkap basah oleh Ibra dan memutuskan segera untuk hengkang dari sana, namun tangan kekar Ibra lebih sigap dari langkahnya.
"Kali ini anda tidak boleh pergi begitu saja, atau memang seperti itukah etika yang anda punya?"
Nata terdiam dan menunduk, dia hanya tidak ingin terlalu cepat untuk dekat dengan pria yang tak dikenalnya, apalagi beberapa kali sebelumnya dia selalu bertemu dengan Ibra, ditambah lagi yang Ibra tahu sebelumnya dia menggunakan kacamata dan tiba-tiba sekarang dirinya nampak lebih fresh tanpa kacamata.
"Ahhhkh, pria ini jadi banyak tahu tentangku." Gumamnya kesal sambil menyeka keningnya yang mulai berkeringat.
"Ada apa, apa aku sangat mengganggu hingga membuatmu langsung pergi setelah aku datang?"
" Tidak, anda salah paham meneer, saya masih banyak urusan makanya saya harus segera pergi."
"Sebelum anda pergi boleh saya tahu nama anda nona?"
Nata tidak menjawab pertanyaan Ibra ketika Ibra melonggarkan pegangannya pada tangan Nata, namun saat itu juga Nata berlari untuk segera menghilang dari Ibra.
"Gadis aneh, punya mata sehat kok dibikin pura-pura sakit mata, ada-ada aja."
"Meneer, bagaimana dengan pesanan anda?" Pelayan itu sedikit berteriak saat Ibra pun ikut pergi dari sana.
"Untuk mu saja dan ambil kembaliannya!" Sambil meletakkan selembar uang lima ribu euro di meja dan melangkah keluar.
Brenda dan Aliando sedang merayakan pestanya hari ini, tiga tahun lebih mereka menghabiskan waktunya disebuah desa terpencil dan masih dalam kawasan Denhag. Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka termasuk keluarga Sagar. Selama itu pula Aliando dan Brenda melakukan sebuah penyamaran dan berhasil lolos saat pendeportasian keduanya dari pihak imigrasi dan bea cukai. Sehingga baik Ibra maupun Morgan mengira mereka betul-betul tidak berada lagi dinegara ini. Setelah mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan Tim kemudian mengirim salah satu antek-antek untuk bekerja di perusahaan Sagar yang memiliki kemampuan menyadap beberapa fungsi pusat yang ada di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan kerugian dalam skala besar, Brenda dan Aliando berhasil menggelapkan beberapa harta kekayaan Sagar dan dialihkan ke bankir milik mereka, akibatnya saat ini hampir 50 persen Sagar Corp terancam koleb. Setelah berdiskusi panjang dengan tuan Allard dan Morga
"sayang bangun, aku butuh bantuanmu!" Nata baru saja terbangun karena tangisan Ken di box. "Hmm,ada apa?" Sambil memaksakan matanya yang masih mengantuk dan mameluk tubuh istrinya. "Sepertinya Ken haus dan minta susu, aku mau kau yang buatkan untuk putra kita Ibra!" "Kenapa tidak manyuruh Nany saja?" "Apa kau mau nany masuk kamar kita untuk mengambil Ken dan melihat kondisi kita saat ini?" "Biasanya kan kamu sayang." "Ibra!" Ibra pun terduduk dan mulai menyadari kenapa Nata menyuruhnya yang membuatkan susu untuk Ken. "Tuh kan kamu sama kayak pagi kemaren , semalam kamu yang selalu minta lebih dan sekarang lihat kondisimu." Ibra kembali dibuat gemas oleh tingkah Nata yang selalu tak berdaya setiap pagi oleh suaminya. Ibra pun segera mengambil piyamanya dan membuatkan susu untuk Kenzo. Tidak lama Ken pun kembali tertidur. Ibra yang harus kekantor hari ini setelah beberapa hari tid
Nata baru saja menidurkan Ken dibox besar yang bersebelahan dengan ranjangnya bersama Ibra. Tidak lama Ibra pun masuk dan mencium Ken yang baru saja terlelap."Kau sudah pulang, apa tadi bertemu dengan Maya?""Mereka baru saja sampai saat aku tiba disana, dan sepertinya kedua bucin itu sama-sama sedang kasmaran." Sambil menciumi leher istrinya."Ibra, aku minta tolong peringatkan Morgan, maksudku tolong batasi mereka, aku khawatir karena mereka kan belum menikah. Apalagi budaya barat dan kami di Indonesia berbeda.""Maksudmu apa kau takut mereka akan melakukan seperti yang kita alami dulu?" Ibra pun berhenti menciumi istrinya dan menatap lama wajah wanita itu.Ibra mengganti pakaian dengan piyama yang biasa ia gunakan dan langsung merebahkan tubuhnya tanpa merespon tubuh Nata yang sengaja mengenakan lingerie untuknya."Apa kau tidak mengajak istrimu ini berbaring bersamamu?" Nata mencoba mengiba dan pura-pura merajuk."Tentu tid
Morgan masih setia menemani Maya berjalan-jalan dan menikmati semua momen-momen yang disuguhkan kota itu untuknya hingga sore pun menjelang. Morgan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, menurutnya lebih baik dia berterus terang sebelum terlambat. "Kenapa kita berhenti disini, bukankah Mansion tuan Allard masih jauh Morgan?" Maya heran tiba-tiba mobil berhenti dan melihat Morgan tersenyum dan menghadap kearahnya. "Sori, Maya apa boleh aku jatuh cinta padamu?" Morgan begitu to the poin. Maya tergagap tak percaya. Cup! Morgan mengecup bibir tanpa suara itu. Masih diam membuat Morgan semakin memperdalam kecupan kemudian melumatnya, Maya terhenyak dan membiarkan Morgan menjamah bibirnya hingga menyentuh pipi dan menjalar ke tengkuknya. Lalu Morgan kembali melepas tautan bibir mereka dan memandang lekat wajah gadis itu. "Apa kau mencintaiku Maya?" Sambil memandang lekat. "Maya ragu menjawab, walau
Maya hanya duduk manis sambil membaca katalog dan beberapa majalah yang topiknya kebanyakan tentang perusahaan Sagar dan beberapa Mansion Mewah yang dibawahnya tertera milik Sagar corp. Sementara Morgan yang masih berkutat didepan laptopnya sesekali mencuri pandang ke Maya yang masih setia menunggunya dari dua jam lalu. Kemudian Morgan pun menghampiri Maya yang duduk di sofa ruangan khusus untuk Morgan dari Sagar Corp. "Ehm, hai may sudah selesai membacanya?" "Aku tidak membacanya, dari tadi aku sibuk melihat-lihat Mansion mewah yang didirikan oleh perusahaan ini." "Apa kau tahu siapa yang merancang ide dari nuansanya?"?" "Siapa?" "Teman anda, nona Natasha, Hampir tiga tahun ini berkat kecerdasannya Sagar Corp berhasil menjadi Pioneer diseluruh Eropa dalam pembangunan Mansion, walau demikian Sagar Corp tetap yang nomor satu untuk penyuguhan Mansion termewah dan termahal. "Dia memang cerdas Morgan, dan aku sebagai temannya
Dikediaman Ibra, denting piring dan sendok beserta canda tawa terdengar bersahutan hingga ke taman belakang Mansion. Semua anggota keluarga sedang menikmati hidangan pagi di Mansion mewah itu. Maya pun mengutarakan niat untuk menunda kepulangannya sampai beberapa hari kedepan, dengan maksud ingin bersenang-senang dulu di negeri kincir tersebut. Tidak lama kemudian tuan dan nyonya Allard beserta Morgan pun muncul dari depan. "Selamat pagi semuanya, hai cucu grandma, apa kabar? Ben je oke baby?" Yang langsung mengambil Ken dari pangkuan Ibra. Kemudian tidak lupa saling berciuman dengan menantunya dan yang lainnya. "Nyonya, apa aku boleh bermain lagi ke Mansion anda? Kebetulan saya masih beberapa hari lagi disini, dan ingin melihat kincir angin raksasa." "Ohya, bagus dong dengan senang hati kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal dimansion kami aja lagian Mommy kan nggak ada teman. Boleh ya Nata?" Mommy pun memelas kepada Nata agar memp
Atas perintah Ibra, Morgan pun mengajak kedua gadis perawan itu untuk berkeliling kota Rotterdam dimalam hari. Morgan punya rencana membawa mereka kesalah satu distrik kota yang biasa di kunjungi pasangan muda-mudi, karena kawasan tersebut merupakan kawasan paling romantis. Walau gugup, namun Morgan bertekad akan mengajak Maya berbincang empat mata dengannya. Setelah memarkirkan mobilnya, Morgan pun mulai memandu mereka untuk masuk. Tiba-tiba kaki Maya tersandung hampir saja membuat nya jatuh, namun dengan sigap Morgan meraih tangan Maya hingga keduanya pun berpelukan. "Hampir saja, kamu lihat apa sehingga tidak lihat ada tiang di depan, untung saja bukan batu, kalau batu kan bisa terluka." "Sori, aku terlalu bersemangat dan hampir tidak melihat jalan." Jawab Maya agak malu. "Eh em, kita disini bertiga ya, nggak cuma lu berdua. Lebay amat sih elo may jalan kok nggak liat-liat, kalau yang lu tabrak orang gimana untung aja ada Morgan kan?"
Malam ini Ibra dan Nata mengajak keluarga Tita dan Maya bermalam dimansion nya setelah puas berada dimansion utama."MashaAllah Nat, laki lu kaya banget. Dan gue masih nggak abis pikir bisa-bisa nya lu tidur trus melahirkan anaknya sekaligus." Bisik Maya ke Nata saat hendak turun dari mobil."Hussh, pelan-pelan lu kalau ngomong dia ngerti lo bahasa kita.""Serius lo? Sejak kapan?""Udah, ntar ceritanya kalau udah kedalam. Lu tahu nggak gue juga baru ini masuk mansionnya.""What, apa gue nggak salah dengar nih?""Ngapain gue bohong, kan lu udah tahu jalan ceritanya, kalau kita baru saling tahu , setelah dia tahu siapa gue dan Ken trus langsung ngajak gue nikah.""Udah, jangan dibahas disini, kayak nggak ada tempat aja, ntar di dengar lo."potong Tita.Sambil menggendong putranya, ibra mempersilahkan Tita dan Maya masuk sambil menggandeng Nata.Tita dan Maya hanya tertegun dan takjub saat melangkah masuk melihat bangu
Ibra melajukan mobilnya siang itu dibawah terik matahari bersama Nata disebelahnya, dia tidak ingin seorang pun tahu apa yang dialami istrinya saat ini. Sama saja artinya dengan memperburuk reputasinya didepan keluarga dan siapapun anggota di mansion mereka termasuk Morgan. Nata pun terbangun karena terik matahari yang terpancar dari kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat diwajah Ibra setelah menoleh kesamping kesebelah suaminya yang sangat tampan itu, Nata memandang lama wajah itu yang juga ikut memandangi nya namun hanya sebentar karena saat ini Ibra sedang menyetir sambil menggenggam tangan Nata. "Sayang kau sudah bangun, maafkan aku." Sambil mengecup tangan istrinya dan mata terus fokus kejalanan didepan. "Apa kita akan ke Mansion orang tuamu suamiku?" "Tentu, karena semua keluarga sedang menunggu kita untuk makan siang dan juga Ken." "Ken, bagaimana putaraku, apa dia baik-baik saja Ibra?" "Dia baik-baik