Share

BAB V

Penulis: Melda Fitri
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-18 14:11:08

"Bagaimana Morgan, apa kau menemukan alamat gadis itu?"

"Maaf Meneer, aku kehilangan jejaknya semenjak dari kafe kemaren."

"Dasar payah, perempuan cupu itu aja kau masih kerepotan, masa iya bisa kehilangan jejak, bukannya kemaren saat dia pergi kau langsung mengejarnya?"

"Saya juga tidak habis pikir Meneer, tiba-tiba dia menghilang."

"Kau pikir dia hantu apa, pakek menghilang segala hah?"

"Maksud saya, saya rasa dia bersembunyi Meneer, hampir setengah jam saya berputar-putar dan menelusuri kesetiap lorong dan tetap tidak menemukannya."

"Pokoknya saya nggak mau tahu, dalam 24 jam kau harus menemukan siapa perempuan itu!"

Tut! Tut! Tut!

"Dasar orang kaya, maunya seenak jidatnya, coba aja cari sendiri belum tentu nemu juga tuh perempuan, memang hampir sama kayak hantu, tiba-tiba ngilang tanpa jejak." Morgan ngedumel sendiri sambil menyalakan mesin mobilnya untuk menjeput Ibra di Mansion.

Flashback

"Houuuufff, akhirnya aku bebas dari mereka, kalau tidak tamat sudah riwayatku." Sambil menghela napas lega dan perlahan keluar dengan mengendap-endap dari persembunyiannya disebuah kontainer berukuran sedang dan dalam kondisi tidak terkunci disebuah lorong.

Sialnya setelah keluar dari persembunyiannya Nata merasakan lengket di ujung rambutnya, ternyata itu adalah bekas permen karet yang sengaja ditempel setelah habis rasa manis nya, kemungkinan itu ulah nakal orang-orang yang lewat disana, ada-ada saja.

Setibanya di apartemen, Nata berusaha segala cara untuk melepaskan karet yang menempel di rambutnya, tetap saja hasilnya nihil.

"Oh Tuhan, karma apa ini Tuhan, kenapa aku jadi kesulitan begini?" Ratapnya.

Nata terus memandang wajahnya di kaca hias yang sudah tersedia di sana. Termasuk rambut yang selama ini dia biarkan panjang dan kembang, euh sangat norak, namun tidak untuk Nata. Akan tetapi mau tak mau Nata harus mengurus rambutnya.

Nata sengaja menunggu habis waktu Maghrib setelah itu berniat kesalon terdekat dari apartemen nya. Nata pun kesana dengan berjalan kaki, menurutnya tidak terlalu berbahaya kalau dia berjalan sendirian mengingat para pejalan kaki dan kendaraan yang masih ramai.

Nata pun tiba disalah satu salon hair&spa yang sebelumnya ia dapatkan dari pencariannya di geogle.

"Selamat malam nona, ada yang bisa kami bantu untuk anda?" Sapa salah satu resepsionis disalon dengan ramah.

"Malam, saya ingin potong rambut," Jawab Nata singkat.

"Baik, tolong beri tanda pengenal anda nona, kami akan meregistrasi kunjungan anda." 

Nata pun mengeluarkan tanda pengenalnya dan menyerahkan ke resepsionis tersebut.

Tidak lama nama Nata pun dipanggil, dan di tuntun oleh resepsionis ke sebuah ruangan.

Setelah masuk Nata sempat terpukau dengan yang dia lihat, ruangan yang sangat besar dan terdiri dari puluhan pelanggan dengan masing-masing pekerja salon yang berdiri di belakang mereka yang sedang melakukan berbagai treatment sesuai request pelanggan.

Nata kikuk dengan yang dia lihat, dia merasa minder sendiri.

"Apa aku salah masuk kesini ya, semuanya tidak ada yang potong rambut, malah ada yang pasang bulu mata, sulam alis kayak dibilang orang-orang, warnain rambut, medicure, pedicure bla-bla ahkh." Nata jadi kikuk sendiri.

"Nona silahkan duduk." Kata salah satu karyawan disalon yang ternyata adalah manusia separo matang (banci).

"Eh iya."

"Kita mulai dari mana nona, anda cantik sekali nona, sepertinya kita harus memperbaiki rambut anda, bagaimana nona?" Sambil memegang dan menggulung rambut Nata, pria banci itu memperhatikan Nata dari ujung rambut hingga kaki dengan seksama.

"Terserah anda saja, pertama saya ingin kamu melenyapkan karet yang menempel dirambut saya, maksud saya kamu cukup potong rambut saya aja!" Perintah Nata.

"Tapi kalau hanya potong rambut saja tidak cukup nona, anda sebaiknya nya mencoba pelayanan kami yang lain. Kebetulan kami ada promo akhir tahun dan nona punya kesempatan untuk itu."

"Emang promonya apa aja, boleh saya lihat-lihat dulu?"

"Tentu saja, sebentar nona, saya akan ambilkan  brosurnya sebentar." Karyawan salon pun bergegas mengambil sebuah brosur dari etalase yang tidak jauh dari kursi Nata.

Nata pun membaca dan melihat model-model rambut beserta riasan make up satu persatu di brosur beserta tarif dan diskonnya.

"Hmm, lumayan kalau diliat harganya berbanding antara seratus hingga dua ratus ribu lebih mahal dari Indonesia." Gumam Nata.

"Bagaimana nona coba yang ini, menurut saya nona lebih cocok dengan riasan dan gaya rambut yang ini." Karyawan itu menyarankan Nata menunjuk gambar pilihannya untuk Nata.

"What, apa ini tidak berlebihan? Apa anda seorang karyawan atau pelajar nona?"

" Saya mahasiswa Pascasarjana dari Indonesia."

"Pantes anda cantik, umumnya orang Indonesia cantik-cantik." Karyawan separo matang itu mencoba memuji Nata dan sedikit berbincang-bincang dengannya.

"Apa benar seperti itu, tapi saya liat diri saya biasa-biasa aja, nggak ada yang menonjol."

"Karena anda belum menyadarinya, makanya saya sarankan agar anda ikuti treatment yang lagi promo ini Nina, kebetulan anda juga mau potong rambut."

"Baiklah saya setuju, kalau begitu lakukan yang terbaik, aku percayakan pada anda!"

"Assiaap nona."

Hampir dua jam kemudian dengan mata yang masih terpejam karena ditempelkan potongan timun pada matanya. Akhirnya Nata pun terbangun, setelah karyawan salon menepuk-nepuk bahunya.

"Maaf saya tertidur, apa sudah selesai?" Sambil kembali duduk dari pembaringan di kursi tempat dirinya melakukan treatment.

"Maaf nona, ini memang memakan sedikit waktu, tapi sudah hampir selesai kok, tinggal bagian rambut anda yang akan kita keringkan."

Nata menatap wajahnya di kaca salon setelah karyawan salon melepaskan potongan timun di matanya.

Nata tidak percaya dengan yang ia saksikan dikaca saat ini.

"Itu anda nona, anda sangat cantik dan tentu saja tidak sulit untuk saya merubah anda." Puji pegawai salon puas dengan hasil make over nya.

"Rambut saya jadi lurus begini, bukankah saya tidak meminta anda untuk mencatoknya."

"Saya hanya mencatok tanpa memberi obat catok nona, hanya meluruskannya karena saya rasa itu tidak perlu,tapi terserah pada anda setelah ini apakah akan mencatoknya dengan obat catok agar tahan lama atau tidak, tapi menurut saya tidak usah Nina, dan maaf ya nona kalau rambutnya tidak sepanjang sebelumnya."

"It's ok, nggak masalah, saya suka kok."

Pegawai itu pun tersenyum puas dengan hasil treatmentnya begitu juga dengan Nata yang tidak menyangka dirinya bisa disulap jadi cantik seperti ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My First love   BAB XXXI

    Brenda dan Aliando sedang merayakan pestanya hari ini, tiga tahun lebih mereka menghabiskan waktunya disebuah desa terpencil dan masih dalam kawasan Denhag. Tidak ada satupun yang menyadari keberadaan mereka termasuk keluarga Sagar. Selama itu pula Aliando dan Brenda melakukan sebuah penyamaran dan berhasil lolos saat pendeportasian keduanya dari pihak imigrasi dan bea cukai. Sehingga baik Ibra maupun Morgan mengira mereka betul-betul tidak berada lagi dinegara ini. Setelah mengumpulkan beberapa orang untuk dijadikan Tim kemudian mengirim salah satu antek-antek untuk bekerja di perusahaan Sagar yang memiliki kemampuan menyadap beberapa fungsi pusat yang ada di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan kerugian dalam skala besar, Brenda dan Aliando berhasil menggelapkan beberapa harta kekayaan Sagar dan dialihkan ke bankir milik mereka, akibatnya saat ini hampir 50 persen Sagar Corp terancam koleb. Setelah berdiskusi panjang dengan tuan Allard dan Morga

  • My First love   BAB XXX

    "sayang bangun, aku butuh bantuanmu!" Nata baru saja terbangun karena tangisan Ken di box. "Hmm,ada apa?" Sambil memaksakan matanya yang masih mengantuk dan mameluk tubuh istrinya. "Sepertinya Ken haus dan minta susu, aku mau kau yang buatkan untuk putra kita Ibra!" "Kenapa tidak manyuruh Nany saja?" "Apa kau mau nany masuk kamar kita untuk mengambil Ken dan melihat kondisi kita saat ini?" "Biasanya kan kamu sayang." "Ibra!" Ibra pun terduduk dan mulai menyadari kenapa Nata menyuruhnya yang membuatkan susu untuk Ken. "Tuh kan kamu sama kayak pagi kemaren , semalam kamu yang selalu minta lebih dan sekarang lihat kondisimu." Ibra kembali dibuat gemas oleh tingkah Nata yang selalu tak berdaya setiap pagi oleh suaminya. Ibra pun segera mengambil piyamanya dan membuatkan susu untuk Kenzo. Tidak lama Ken pun kembali tertidur. Ibra yang harus kekantor hari ini setelah beberapa hari tid

  • My First love   BAB XXIX

    Nata baru saja menidurkan Ken dibox besar yang bersebelahan dengan ranjangnya bersama Ibra. Tidak lama Ibra pun masuk dan mencium Ken yang baru saja terlelap."Kau sudah pulang, apa tadi bertemu dengan Maya?""Mereka baru saja sampai saat aku tiba disana, dan sepertinya kedua bucin itu sama-sama sedang kasmaran." Sambil menciumi leher istrinya."Ibra, aku minta tolong peringatkan Morgan, maksudku tolong batasi mereka, aku khawatir karena mereka kan belum menikah. Apalagi budaya barat dan kami di Indonesia berbeda.""Maksudmu apa kau takut mereka akan melakukan seperti yang kita alami dulu?" Ibra pun berhenti menciumi istrinya dan menatap lama wajah wanita itu.Ibra mengganti pakaian dengan piyama yang biasa ia gunakan dan langsung merebahkan tubuhnya tanpa merespon tubuh Nata yang sengaja mengenakan lingerie untuknya."Apa kau tidak mengajak istrimu ini berbaring bersamamu?" Nata mencoba mengiba dan pura-pura merajuk."Tentu tid

  • My First love   BAB XXVIII

    Morgan masih setia menemani Maya berjalan-jalan dan menikmati semua momen-momen yang disuguhkan kota itu untuknya hingga sore pun menjelang. Morgan tidak bisa menyembunyikan perasaannya lagi, menurutnya lebih baik dia berterus terang sebelum terlambat. "Kenapa kita berhenti disini, bukankah Mansion tuan Allard masih jauh Morgan?" Maya heran tiba-tiba mobil berhenti dan melihat Morgan tersenyum dan menghadap kearahnya. "Sori, Maya apa boleh aku jatuh cinta padamu?" Morgan begitu to the poin. Maya tergagap tak percaya. Cup! Morgan mengecup bibir tanpa suara itu. Masih diam membuat Morgan semakin memperdalam kecupan kemudian melumatnya, Maya terhenyak dan membiarkan Morgan menjamah bibirnya hingga menyentuh pipi dan menjalar ke tengkuknya. Lalu Morgan kembali melepas tautan bibir mereka dan memandang lekat wajah gadis itu. "Apa kau mencintaiku Maya?" Sambil memandang lekat. "Maya ragu menjawab, walau

  • My First love   BAB XXVII Kedekatan Morgan dan Maya

    Maya hanya duduk manis sambil membaca katalog dan beberapa majalah yang topiknya kebanyakan tentang perusahaan Sagar dan beberapa Mansion Mewah yang dibawahnya tertera milik Sagar corp. Sementara Morgan yang masih berkutat didepan laptopnya sesekali mencuri pandang ke Maya yang masih setia menunggunya dari dua jam lalu. Kemudian Morgan pun menghampiri Maya yang duduk di sofa ruangan khusus untuk Morgan dari Sagar Corp. "Ehm, hai may sudah selesai membacanya?" "Aku tidak membacanya, dari tadi aku sibuk melihat-lihat Mansion mewah yang didirikan oleh perusahaan ini." "Apa kau tahu siapa yang merancang ide dari nuansanya?"?" "Siapa?" "Teman anda, nona Natasha, Hampir tiga tahun ini berkat kecerdasannya Sagar Corp berhasil menjadi Pioneer diseluruh Eropa dalam pembangunan Mansion, walau demikian Sagar Corp tetap yang nomor satu untuk penyuguhan Mansion termewah dan termahal. "Dia memang cerdas Morgan, dan aku sebagai temannya

  • My First love   BAB XXVI

    Dikediaman Ibra, denting piring dan sendok beserta canda tawa terdengar bersahutan hingga ke taman belakang Mansion. Semua anggota keluarga sedang menikmati hidangan pagi di Mansion mewah itu. Maya pun mengutarakan niat untuk menunda kepulangannya sampai beberapa hari kedepan, dengan maksud ingin bersenang-senang dulu di negeri kincir tersebut. Tidak lama kemudian tuan dan nyonya Allard beserta Morgan pun muncul dari depan. "Selamat pagi semuanya, hai cucu grandma, apa kabar? Ben je oke baby?" Yang langsung mengambil Ken dari pangkuan Ibra. Kemudian tidak lupa saling berciuman dengan menantunya dan yang lainnya. "Nyonya, apa aku boleh bermain lagi ke Mansion anda? Kebetulan saya masih beberapa hari lagi disini, dan ingin melihat kincir angin raksasa." "Ohya, bagus dong dengan senang hati kalau begitu bagaimana kalau kamu tinggal dimansion kami aja lagian Mommy kan nggak ada teman. Boleh ya Nata?" Mommy pun memelas kepada Nata agar memp

  • My First love   BAB XXV

    Atas perintah Ibra, Morgan pun mengajak kedua gadis perawan itu untuk berkeliling kota Rotterdam dimalam hari. Morgan punya rencana membawa mereka kesalah satu distrik kota yang biasa di kunjungi pasangan muda-mudi, karena kawasan tersebut merupakan kawasan paling romantis. Walau gugup, namun Morgan bertekad akan mengajak Maya berbincang empat mata dengannya. Setelah memarkirkan mobilnya, Morgan pun mulai memandu mereka untuk masuk. Tiba-tiba kaki Maya tersandung hampir saja membuat nya jatuh, namun dengan sigap Morgan meraih tangan Maya hingga keduanya pun berpelukan. "Hampir saja, kamu lihat apa sehingga tidak lihat ada tiang di depan, untung saja bukan batu, kalau batu kan bisa terluka." "Sori, aku terlalu bersemangat dan hampir tidak melihat jalan." Jawab Maya agak malu. "Eh em, kita disini bertiga ya, nggak cuma lu berdua. Lebay amat sih elo may jalan kok nggak liat-liat, kalau yang lu tabrak orang gimana untung aja ada Morgan kan?"

  • My First love   BAB XXIV

    Malam ini Ibra dan Nata mengajak keluarga Tita dan Maya bermalam dimansion nya setelah puas berada dimansion utama."MashaAllah Nat, laki lu kaya banget. Dan gue masih nggak abis pikir bisa-bisa nya lu tidur trus melahirkan anaknya sekaligus." Bisik Maya ke Nata saat hendak turun dari mobil."Hussh, pelan-pelan lu kalau ngomong dia ngerti lo bahasa kita.""Serius lo? Sejak kapan?""Udah, ntar ceritanya kalau udah kedalam. Lu tahu nggak gue juga baru ini masuk mansionnya.""What, apa gue nggak salah dengar nih?""Ngapain gue bohong, kan lu udah tahu jalan ceritanya, kalau kita baru saling tahu , setelah dia tahu siapa gue dan Ken trus langsung ngajak gue nikah.""Udah, jangan dibahas disini, kayak nggak ada tempat aja, ntar di dengar lo."potong Tita.Sambil menggendong putranya, ibra mempersilahkan Tita dan Maya masuk sambil menggandeng Nata.Tita dan Maya hanya tertegun dan takjub saat melangkah masuk melihat bangu

  • My First love   BAB XXIII keagresifan Nata.

    Ibra melajukan mobilnya siang itu dibawah terik matahari bersama Nata disebelahnya, dia tidak ingin seorang pun tahu apa yang dialami istrinya saat ini. Sama saja artinya dengan memperburuk reputasinya didepan keluarga dan siapapun anggota di mansion mereka termasuk Morgan. Nata pun terbangun karena terik matahari yang terpancar dari kaca mobil lalu mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat diwajah Ibra setelah menoleh kesamping kesebelah suaminya yang sangat tampan itu, Nata memandang lama wajah itu yang juga ikut memandangi nya namun hanya sebentar karena saat ini Ibra sedang menyetir sambil menggenggam tangan Nata. "Sayang kau sudah bangun, maafkan aku." Sambil mengecup tangan istrinya dan mata terus fokus kejalanan didepan. "Apa kita akan ke Mansion orang tuamu suamiku?" "Tentu, karena semua keluarga sedang menunggu kita untuk makan siang dan juga Ken." "Ken, bagaimana putaraku, apa dia baik-baik saja Ibra?" "Dia baik-baik

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status