Share

Part 5 (Menahan Diri)

Sejak jam pertama sampai jam terakhir ini Amel dan Zea saling diam, mereka saling mengabaikan. Tidak ada yang mau mengalah. Zea sejujurnya merasa bersalah, tapi ia menganggap dirinya benar dan ia sama sekali enggan untuk minta maaf duluan.

Teettt,teettt

Bel pulang berbunyi dua kali, semua siswa menghambur keluar kelas. Amel melewati Zea begitu saja tanpa mengatakan apa pun, Zea menghela nafas gusar. Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun pertemanan mereka bertengkar. Dan Zea lah yang memulainya.

Bima hendak berjalan bersama Zea, namun dengan cepat Chindy menggandeng lengannya. "Hei, Bim, aku bareng kamu, ya, nggak pa-pa kan?"

Bima mengangguk, dengan perlahan ia melepaskan tangan Chindy yang bergelanjut manja di lengannya.  Ia terus menatap kepergian Zea, sampai matanya bertemu pandang dengan Rey. Pemuda itu melirik Bima sebentar, lalu berjalan beriringan dengan Zea. Bima melirik tempat pemuda jakun itu keluar, kelas XIIl IPS 5, ia mangut-mangut. Beberapa hari ini, Bima mendapat banyak informasi tentang Zea. Gadis itu sudah balikan dengan mantannya.

"Bima, kamu benaran tinggal di Michigan? Tau ngga keluarga aku juga punya Flat di sana," kata Chyndi, ia tampak senang bisa jalan berdua dengan Bima.

"Oh."

"Bima, kapan-kapan diner yuk?"

Tanpa berpikir panjang Bima mdngangguk. Lalu. “Mm... okey." Mata Bima terus mengekori kepergian Rey dan Zea. Sebenarnya ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Chindy. Tapi ia tidak mau menyakiti hati cewek agresif itu.

"Mau kemana mereka?" Gumamnya.

Bima menghadap kesamping, ia  menghadap Chindy." Ndy, gue duluan ya. Lo bisa balik sendiri kan? Gue ada keperluan mendadak."

"Yahhh... yauda deh. Tapi kapan-kapan kamu anterin aku pulang ya?"

"Iya."

"Bye, Ndy!"

"Bye, hati-hati!"

Bima menelepon Conan menanyakan dimana lokasi sohibnya itu, entah mengapa Bima merasa khawatir kepada Zea. Belum lagi Rey terlihat mencurigakan di matannya. Setelah mengetahu lokasi Conan, ia langsung bergegas menghampirinya di toko buku. Saat ini Conan sedang mengantar Amel membeli novel.

Di perjalanan menuju toko buku, Rey melihat siluet Zea. Gadis itu tengah memeluk pinggang Rey yang membawa motor. Bima mengikuti  ke mana mereka pergi, mereka berhenti di sebuah cafe. Bima juga ikut masuk, ia memilih bangku di belakang meja Zea dan Rey. Rey tampak melontarkan rayuan dan Zea merona karenanya, saat Zea meminta ijin ke toilet. Bima melihat Rey memasukkan bubuk yang entah apa ke dalam minuman Zea. Rey tersenyum nakal.

"Ayo, Ze diminum, aku paling suka sama minuman ini," ujar Rey tersenyum manis, lalu memberikan minuman yang Bima rasa telah tercampur dengan obat perangsang itu kepada Zea. Bima ingin memberi pelajaran kepada pemuda sialan itu, andai saja ia bisa. Akan Bima jebloskan pemuda jakun itu ke dalam penjara detik ini juga. Zea meminum jus itu sampai tandas, hal itu membuat Bima was-was. Ia mengepalkan tangan, wajahanya memerah menahan amarah. Bisa-bisanya pemuda seperti Rey menjebak tunangannya!

Zea dan Rey kembali menuju motor Cb 100 Rey, mereka masih tidak menyadari Bima mengikuti mereka. Amarah Bima semakin membuncah saat Rey membawa Zea ke hotel. Sementara Zea tampak terbakar gairah, sial.  Bima memesan kamar di sebelah kamar yang Rey  sewa. Ia bergegas menaiki anak tangga sebab Rey dan Zea berada di lift. Keringat terus membasahi tubuh Bima, tangannya kian mengepal sapai buku-buku tanganya terluka. Ia tidak boleh terlambat.

Pandangan Zea memberat, ia merasa kepanasan. Ia terus mengibas-ngibaskan tangan di depan wajahnya. Namun cara itu tidak membuatnya merasa nyaman, Rey yang ada di samping  Zea tersenyum menag. Rencananya untuk menjebak Zea berhasil. Gadis itu kini  melenguh kepanasan.

Tingg... bunyi lift terbuka, Rey menuntun Zea memasuki kamar nomor 403. Saat Zea telah masuk ke dalam kamar. Rey langsung melumat bibir Zea rakus, Zea memberontak tapi entah bagaimana dirinya seolah menginginkan lebih.  Rey mencoba mengunci pintu, secara tiba-tiba ia terpental. Bima mendobrak pintu itu kuat, ia langsung melayangkan bogeman mentah ke pipi Rey. Ia membawa Rey keluar dari kamar itu, ia melirik Zea sekilas. Kondisi gadid itu berantakan dengan kancing atas yang terbuka.

"Shit!" umpatnya kesal. Ia menutup pintu, lalu menguncinya dengan tergesah-gesah. Sial dia harus melawan Rey sekarang.

"Lo siapa bangsat!" teriak Rey marah, ia melayangkan pukulan kepada Bima. Namun Bima berhasil menepisnya, lagi dan lagi Bima terus melayangkan pukulan.

"Pergi lo, sialan! Kalo lo ngga mau pergi. Gue bakalan lapor polisi!"

Mereka terus berkelahi, saling memberi dan menerima pukulan. Wajah Bima babak belur, sudut bibir dan mata kirinya membiru. Keadaan Rey cukup parah. Tulang keringnya seolah mati rasa, dengan gerakan tertatih ia berlalu pergi meninggalkan Bima. Matanya menyiratkan dendam.

Bima terduduk di lantai, mengusap pelan sudut bibirnya yang berdarah. Ia tidak berani masuk ke dalam yang ia lakukan sekarang hanya menjaga pintu agar seseorang atau Rey tidak bisa masuk. Bima mengalami pergolakan batin, otaknya memerintah dirinya masuk ke dalam kamar Zea, sementara hatinya berkata tidak. Ia jadi uring-uringan sendiri, Bima terus memukul kepalanya mencoba menghilangkan pikiran buruk di otaknya. Menurut buku yang Bima baca, obat perangsang akan bertahan selama kurang lebih 24 jam. Ia menarik nafas frustrasi, bisa-bisa ia tidur di luar malam ini. Beruntung tidak ada penghuni lain di lantai 8, karena itu terkhusus untuk orang-orang dari kalangan  menengah keatas.

Bima tidak menghubungi orang rumah, ia takut Zea akan di hukum. Lebih baik ia mengantarkan Zea pulang esok hari, setelah lama menimbang. Bima memilih masuk ke dalam kamar nomor 404 yang ia pesan. Luka di wajahnya ia abaikan, Bima merebahkan dirinya di kasur. Ia menutup matanya yang terasa ngilu.

"Zea gimana sekarang?" Bima terus menggumamkan kata itu, ia masih bertanya-tanya apa yang tengah gadis itu lakukan sekarang. Bima tidak bisa tidur, ia melakukan berbagai cara agar matanya terkatup. Sayang segala usahanya sia-sia. Matanya tidak memberat sedikit pun.

Malam rasanya begitu lambat bagi Bima. Ia berjalan  menuju balkon. Semilir angin menerpa wajahnya. Seumur hidupnya ia baru pertama kali menghadapi situasi seperti ini, Bima telah berjanji kepada neneknya. Ia akan menjaga Zea seumur hidup.

Penalancip

Hallo. Makasih sudah mampir💙

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rahmy
Disain satu yg seperti Bima untukku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status