"Baiklah Pak, saya tahu ini tidak benar. Tapi suatu saat saya akan membuktikan kemampuan saya. Saya yakin, saya pantas untuk mendapatkan promosi jabatan," kata Senja
"Lebih baik kamu buktikan saja kinerjamu. Hari ini ada bencana alam cukup besar, cari sisi terbaik berita. Saya tidak mau yang biasa-biasa saja," kata Pimpinan
Senja menghela nafas. Rasa marahnya belum padam setelah ia tahu bahwa ia gagal dipromosikan karena ulah teman kerjanya. Kini ia tetap jadi wartawan biasa.
Suasana hatinya tak baik. Namun sesuai perintah atasannya, ia akan bergabung dengan tim sar yang akan mengevakuasi korban banjir bandang di pulau sebrang.
Sesampainya dirumah ia pun berkemas. Dengan tas ransel hitam kesayangannya ia membawa beberapa kemeja, kaos, perlengakapan liputan seperti kamera, alat tulis dan lainnya. Biasanya ia menolak untuk pergi ke pulau sebrang. Namun, demi karirnya, kali ini ia tak bisa menolaknya.
Sebelum berangkat dengan tim sar. Senja menyempatkan mampir kerumah kekasihnya, Fajar. Langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara gadis lain di dalam kamar kos Fajar.
Sembari mengatur nafas dengan degub jantung yang tak kalah kencangnya. Senja dengan santai membuka pintu kamar yang sudah sedikit terbuka itu.
"Ehem! Aku jadi paham kenapa kita sering tak sepaham, ternyata pengkhianat memang akan hidup rukun dengan sesama pengkhianat!" Kata senja pada Fajar yang langsung berdiri seketika
"Senja, dengarkan penjelasanku dulu," kata wanita yang ternyata adalah teman sekantor Senja itu
"Cukup! Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah jelas kamu memanfaatkanku agar kamu bisa naik jabatan. Lalu, kali ini Fajar? Sepertinya semua yang aku punya sangat menarik buatmu ya!"
"Senja, maafkan aku," kata fajar
"Sudahlah. Tak berarti lima tahun yang telah kita habiskan. Setidaknya kamu bisa pilih wanita lain yang lebih baik dariku, bukan pengkhianat seperti dia, Jar!" Kata Senja dengan suara bergetar dan mata nya mulai berkaca-kaca
"Maaf," kata Fajar sekali lagi pada Senja
Senja pun akhirnya memilih pergi meninggalkan dua orang itu. Teman dan kekasih yang menyakiti hatinya hari ini. Sesuatu yang takkan ia lupakan.
Sesampainya di markas SAR. Senja berkumpul dengan tim. Mereka memberitahu kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi di area bencana dan mereka diberi informasi dasar penyelamatan yang harus dilakukan.
Saat Ketua Tim menjelaskan. Pikiran Senja masih kalut. Ia tak habis pikir jika Fajar kekasihnya berkhianat bahkan dengan temannya yang juga pengkhianat.
Tengah malam semua tim berangkat menggunakan pesawat menuju area bencana. Senja hanya mengikuti arahan ketua tim. Saat pagi mereka sudah sampai di pulau sebrang. Mereka harus menggunakan truk menuju area bencana. Perjalanan panjang kurang lebih 7 jam untuk sampai di lokasi.
Senja. Dengan perasaan kalutnya. Ia hanya termenung dan menatap kosong ke berbagai arah. Kini ia kehilangan tujuan. Bahkan ia sudah tak lagi bersemangat untuk mencari berita seperti tujuan sebelumnya. Kini, ia hanya perempuan yang sedang patah hati karena dikhianati dua kali.
Sesampainya di lokasi. Anggota SAR kembali berkumpul untuk berbagi tugas. Sedangkan Senja mengambil beberapa foto disekitar. Ia menuju pos pengungsi dan sejenak merenungi dirinya. Melihat mereka yang terkena bencana, tentu patah hati bukanlah apa-apa.
Senja pun membantu menyiapkan makanan. Melayani pengobatan dan sesekali memotret mereka. Ia pun menulis berita singkat di ponselnya. Sayangnya saat hendak dikirim, tidak ada sinyal di area tersebut. Ia baru tersadar, akibat bencana banjir sarana penerangan dan komunikasi terputus sementara.
'Baiklah, aku disini hanya dua hari, maka tak perlu mengeluh,' kata Senja dalam hati
Ketua Tim SAR kemudian memanggil seluruh anggota tim nya untuk berkumpul. Mereka hendak menyisir area lokasi banjir dan mengevakuasi korban yang mungkin bisa diselamatkan. Anggota Tim menyiapkan alat-alat yang dibawa. Begitu juga Senja yang ikut berkemas dan mempersiapkan diri untuk ikut serta bersama tim itu. Ia tahu, ia sudah berkomitmen takkan pulang hanya dengan membawa berita yang dianggap pimpinannya biasa saja.
Hati nya miris. Melihat orang-orang di pengungsian yang menunggu dengan cemas sanak keluarganya yang belum ditemukan. Mereka hilang atau meninggal. Dua hal yang sama-sama menyedihkan. Senja tahu, bahwa berita korban meninggal adalah bagian dari kualitas informasi yang diberikannya pada publik. Tapi disisi lain itulah yang paling tidak diharapkan oleh orang-orang yang ada ditempat itu.
"Siap semua! Kita berangkat mengikuti sungai, karena jembatan penghubung desa terputus, kita akan melakukan penyebrangan sungai berkelompok, harap waspada dan perhatikan satu sama lain!" Kata Ketua Tim sebelum berangkat
Senja mengikuti tim. Berjalan dengab berbaris. Karena jalanan sempit dan berlumpur sehingga satu orang dan lainnya saling bantu hanya untuk menuju sungai.
Sungai terlihat sangat jernih airnya. Senja tak mengira kalau sungai itu sebelumnya membawa banjir untuk warga sekitarnya. Ia melihat sekitar, sisa-sisa batang pohon yang hanyut terbawa air, masih terlihat berserakan disekitar sungai. Pohon kelapa sawit dan pohon-pohon besar menyulitkan tim untuk berjalan menyusuri sungai.
"Maaf, kalau boleh tau, apakah sebelum bencana daerah ini daerah kelapa sawit?" Tanya Senja pada seorang di Tim SAR yang berjalan di depannya
"Iya, betul. Hati-hatilah, lihat apa yang kamu pijak, kita berharap bisa menemukan korban yang hilang dalam keadaan hidup atau mati," kata anggota Tim pada Senja
Setelah perjalanan sekitar 3 jam. Akhirnya mereka beristirahat. Beberapa membawa bekal makan. Sebagian lagi hanya minum kopi dan memakan cemilan. Senja melihat isi tas nya, mereka saling berbagi makanan.
"Kita besok akan kembali ke markas. Lalu bertukar dengan tim lain. Manfaatkan waktu kita sebaik-baiknya. Jangan lengah, hari ini sepertinya akan hujan lebat, bisa jadi akan terjadi banjir susulan," kata Ketua Tim
"Siap pak!" Kata anggota tim kompak
Senja melihat barang-barang yang dibawa oleh anggota Tim SAR. Ia melihat kantong mayat yang sedang dilipat. Hatinya sedih membayangkan apa yang akan mereka dapatkan dalam perjalanan menyisir sungai.
"Apa ini, Pak?" Tanya Senja menunjuk ke kotak kecil yang hendak dimasukan oleh salah seorang anggota tim
"Ini Survival Kit. Ambilah satu untuk berjaga-jaga," katanya
"Beritahu saya apa saja isinya dan bagaimana menggunakannya," kata Senja
"Perhatikan, ini ada kompas, pisau lipat, selimut darurat, senter, peluit dan beberapa alat serbaguna," kata seorang anggota tim sambil mencontohkan cara menggunakannya
Senja lalu memasukan beberapa korek api dan benang jahit yang ia bawa kedalam survival kit itu. Senja lalu turunke sungai, ia hendak membasuh wajahnya dengan air sungai. Tak terlihat ikan atau binatang apapun meski air sungai nya terlihat begitu jernih.
"Pak! Pak! Saya menemukan sesuatu!" Teriak senja pada tim yang kemudian bergegas mendekati Senja
"Ambil kantong plastik!" Kata orang yang lebih dulu mendekat pada Senja.
"Ini potongan jari seseorang," kata anggota lain
"Iya. Barangkali kita bisa menemukan jasadnya tak jauh dari sini," kata Ketua Tim
Senja spontan merasa bulu kudugnya berdiri. Ia membayangkan harus menemukan jazad yang mungkin tak berbentuk.Anggota tim kembali berkumpul. Namun Senja masih terpaku dan berjongkok diatas batu sungai. Ia kemudian mengencangkan ranselnya. Memasang strap di dadanya. Lalu mengikat tali sepatunya. Tanda bahwa ia sudah siap untuk menghadapi hal lainnya.
Tiba-tiba terdengar suara semacam gemuruh. Senja melihat ke arah langit yang ia pikir akan terjadi hujan. Lalu seseorang berteriak dari jauh
"Banjir! Banjir! Banjir!" Teriaknya
Senja tak mendengarnya dia makin bingung dan suara gemuruh terdengar makin keras di dekatnya. Ia sadar saat air bah datang dengan keceapatan sangat tinggi kearahnya. Menghantam tubuhnya awalnya berdiri diatas batu. Kini ia terbawa arus banjir sungai yang membuatnya terombang ambing diatas air dan sesekali tenggelam. Kini ia tak tahu akan menjadi bagian korban atau selamat. Tubuh dan pikirannya sudah pasrah.
Setelah satu hari satu malam, Senja pun dinyatakan sebagai korban yang hilang.
Ntah sudah berapa lama Senja mengapung lalu ia tersangkut batang pohon yang tumbang. Tiba-tiba sesuatu seperti terdorong dari dalam perutnya dan ia pun terbatuk. Pening menekan keras di dahi nya. Matanya terpejam erat lalu perlahan membuka. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling."Dimana aku?" Kata Senja sembari memijat keningnyaIa mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatan saat seorang petugas SAR meneriakinya lalu ia terbawa arus masuk kedalam air lalu ia tak ingat lagi. Ia mengira, pasti keberuntungan besar yang membuatnya berada ditempat itu. Saat hendak bangun. Ia tersadar manakala tas ranselnyya nya masih menempel di punggungnya. Strep tas nya masih terikak di dadanya.Senja kemudian berusaha bangun. Ia tak tahu itu hari apa, pukul berapa dan dimana. Ia melihat sekeliling, hanya hutan lebat dan sungai yang bisa ia amati. Ia segera melepas tas nya, meski beberapa bagian tas koyak tersobek namun bagian dalamnya aman. Tas nya sudah ia lapisi dengan plastik besar un
Pagi masih gelap. Namun cahaya biru sudah terlihat di langit. Senja mencari suara seseorang yang sepertinya sedang menangis.Senja keluar dari shelter yang dibuatnya. Lalu berjalan menuju arah suara. Awalnya terdengar jauh, hingga ahirnya ia merasa suaranya begitu dekat dengannya. Kini, ia sampai di sekitar sungai. Sambil melihat dengan jeli, Senja terus mencoba mencari sumber suara itu. Ia kemudian terkejut melihat sosok perempuan ada disana.Hari sudah pagi. Jelas itu bukan hantu atau semacamnya. Pikirannya lebih kepada korban selamat dari banjir sungai seperti dirinya. Ia memberanikan diri mendekati perempuan itu. Perlahan ia berjongkok agar tidak mengagetkannya."Bu, apakah ibu butuh bantuan?" Tanya SenjaIbu itu menjawab. Namun, Senja tidak tahu apa yang dikatakan ibu itu. Ia semacam menggunakan bahasa yang tidak Senja mengerti. Tiba-tiba Ella mengejutkannya dengan berada tepat didepan wajah Senja."Sen, apa yang terjadi?" Tanya Ella"Aku pikir ibu ini adalah korban banjir ya
Tiba- tiba sesuatu terdengar mendekat. Senja kembali waspada. Apapun bisa menyerangnya. Ia segera mengambil pisau ditangan kanannya dan mengambil kayu dengan api menyala di tangan kiri nya. Ella pun tidak tahu apa yang akan datang menghampiri mereka. "Ibu Upe. Cari tempat berlindung! Kita tidak tahu, sesuatu apa yang menghampiri," kata Senja dengan cemasIbu Upe menggendong Kalyani. Ia bersembunyi dibalik pohon. Sesekali ia mengintip ke arah Senja. Kalyani di dekapnya. Tangan lain Ibu Upe memegang batang pohon untuk berjaga-jaga. Senja memasang kuda-kuda. Kemudian tampak seekor babi hutan besar berlari kearahnya. Lalu berhenti kala melihat api unggun yang dibuat Senja. Binatang itu memekik keras di ikuti suara lain yang ntah datang darimana."Kau berani padaku! Tidak usah panggil temanmu!" Kata Senja menggertak. Jurus andalan yang biasa ia gunakan untuk menakuti lawannya. Babi hutan itu justru semakin ganas. Seolah hendak menabrak Senja. Ia bersiaga akan berlari ke arahnya. BR
Whooooosh! Slash!'Apa ini?' Nafas Senja tersengal-sengal. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia melihat ada semacam tombak jatuh tepat depanya. Matanya mengarah keatas, ia berusaha mencari ujung benda yang terlihat tinggi menjulang. Tubuhnya berbalik mengikuti sumber si empunya. Benda yang ia kira adalah semacam senjata atau tombak adalah kaki laba-laba besar. Senja mencoba tenang. Ia melihat mata laba-laba besar itu. Mata berputar dan terus bergerak. Di mulutnya ada sesuatu yang berwarna biru. Itu mirip dengan batu yang ia temukan sebelumnya. 'Aku akan diam, baiklah aku akan diam dan berusaha untuk tidak bernafas,' kata Senja dalam hatiMata mahluk itu terus bergerak seperti sedang mencari sinyal. Tiba-tiba sinar matahari mengenai mata mahluk besar itu, ia pun meloncat tinggi ntah kemana arahnya. Senja bergegas kembali ketempat dimana teman-teman nya berada. Ia berlari tergopoh-gopoh menerobos semak belukar. "Ella, Ella, aku bertemu dengan mahluk besar seperti laba-laba, hampir s
"Apa idemu?" tanya Senja"Aku punya kekuatan mengecilkan ukuran benda-benda mati, itu akan memudahkanmu untuk bergerak dan menyimpan bawaan mu dalam sakumu," Kata Ella"Wow, itu sangat keren Ella. Lalu apakah kamu bisa membuatku terbang sepertimu?" Tanya Senja"Aku tidak yakin dapat melakukannya tapi akan aku coba. Sarang monster itu ada diatas pohon. Aku pikir kamu bisa memanjat nya dengan bantuan tali. Lalu aku akan membantumu dengan membuat badanmu terasa lebih ringan, aku bisa mengurangi gravitasi benda," Kata Ella"Bagaimana dengan rencana untuk melarikan diri saat monster itu datang? Bagaimana kau akan menjaga Kalyani?" Tanya Senja"Kamu hanya harus diam dan menahan nafas agar ia tidak menyadari gerakanmu," Kata Ella"Hahaha, apakah itu akan efektif? Aku sangat takut melihat mata Monster itu saat bergerak-gerak," Kata Senja menyiapkan peralatan yang mesti ia bawa. Ia menaruh barang bawaan itu ditanah. Lalu dengan kekuatan Ella semua barang itu menjadi berukuran sangat kecil sehi
Setelah makan malam. Ella kembali menghilang seperti biasa. Senja mencoba menutup matanya dan mengedipkan matanya tiga kali untuk melihat dunia peri disekitarnya. Terdengar riuh rendah penghuni pohon dihutan itu. Suasana damai dan tenang seperti suasana di pedesaan. Ibu Upe tak tahu jika kemampuan yang diberikan Ella untuk bisa melihatnya juga bisa digunakan untuk melihat dunia peri di setiap tempat. Bahkan saat ini Kalyani sedang dihibur oleh beberapa peri, sehingga Kalyani tampak bahagia karenanya. Bayi itu pasti bisa melihatnya juga meski tanpa bantuan kekuatan dari Ella sekalipun. Tiba-tiba Senja mendengar seseorang memanggil namanya. Senja melihat kesana kemari untuk mengetahui sumber suaranya. "Sen! Kemarilah," "Sen, disini,""Sen, ini takdirmu,""Sen, kau bisa kemari bukan tanpa alasan,""Sen, ikuti aku,"Sumber suara itu makin dekat. Seekor capung bercahaya mengarahkan jalannya. Senja mengikuti capung bercahaya menuju hutan yang lebih gelap. Capung itu menghilang yang arti
Senja selesai membalur luka Ular itu. Sang ular pun segera bergerak pergi masuk ke hutan lebih dalam. Seolah ia memang harus segera pergi untuk mengobati diri. Hari sudah semakin gelap. Tiba-tiba Kalyani menangis tanpa alasan. Senja menyadari segera bahwa itu bisa jadi tanda bahaya. Ada mahluk yang membuat Kalyani merasa takut atau tidak nyaman. Bayi itu semakin histeris dalam beberapa saat. "Sepertinya kita tidak dapat bermalam disini, kita harus mencari tempat lain," Kata Senja"Tidak, Sen. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi. Lebih baik segera membuat perapian. Terlalu ceroboh jika kita melakukan perjalanan malam dengan membawa Kalyani," Kata Ella"Baiklah kalau begitu. Semoga hanya ada hal baik setelah ini," Kata SenjaAkhirnya Senja memilih untuk menetap dan mulai mengumpulkan ranting disekitarnya. Kali ini pemantik miliknya tidak bekerja dengan baik. "Bagaimana bisa begini. Disaat sudah kemalaman begini malah kamu tidak bekerja dengan baik," Grutu Senja yang kemudian m
Hujan mulai turun. Di dalam hutan lebat itu, hujan hanya terasa seperti gerimis tak berarti. Senja menampung air hujan dengan wadah yang ia punya. Ia membuat parit kecil disekitar shelter nya. Kalyani dan ibunya sudah tertidur lelap. Namun Senja masih terjaga hingga malam larut. Pikirannya mengawang, apakah besok ia harus melewati perkampungan raksasa atau memilih jalan dengan medan berbukit. Perapian mulai padam karena hujan. Senja yang melamun memainkan tongkat yang baru saja diberikan oleh Akai Loo. Ia tak tau cara menggunakannya jadi ia mencoba menggoyangkan tongkat itu. Tiba2 cahaya berpendar diseluruh badan tongkat. "Wah, ini benar-benar seperti lampu LED, mari dicoba, apa saja yang bisa dilakukan tongkat dari Sang Legenda ini," Kata Senja yang kemudian memperhatikan Kalyani yang sedang tertidurSenja berpikir bisa saja membawa mereka mati jika memaksa harus melewati perkampungan raksasa. Meski menurut Ella itu lebih dekat dengan perkampungan. Senja akan memilih jalan berbukit