Gistara dan Gian sedang berjalan menyusuri salah satu mall terbesar di Bandung. Mall itu mulanya hanya tempat belanja saja, namun seiring berjalannya waktu, Mall itu lebih sering digunakan sebagai tempat nongkrong oleh wisatawan atau masyarakat setempat. Tangan gadis itu mengapit tangan pria disampingnya, keduanya berjalan menuju lantai paling atas dimana letak bioskop berada.
Sesampainya ditempat yang mereka tuju, ekspresi gadis itu berubah murung. Antriannya begitu ramai, dia yakin tiketnya pasti terjual habis sehingga dia mengurungkan niatnya membeli tiket.
“Loh gak jadi Teh?” tanya Gian ketika kaka perempuannya itu berbalik haluan, padahal sedikit lagi mereka masuk ke bioskop.
“Gak jadi lah, besok aja. Lagian ini tu bukan malam minggu kenapa sih orang-orang pada keluyuran,” gerutu Gistara.
Gian menahan tawanya. Kakak perempuannya itu sudah sangat ingin menonton film yang baru saja di rilis. Sesampainya di kontrakan, Willi membe
Pria berpakaian formal itu berjalan memasuki Kin Company. Perusahaan yang terjun di dunia fashion itu merupakan salah satu dari sepuluh perusahaan terbesar di Indonesia.Butuh waktu delapan tahun untuk seorang Sagara Kin Bimantara membuat perusahaannya bisa bersanding dengan perusahaan-perusahaan ternama di Indonesia.Kecintaannya terhadap brand-brand milik Christian Dior membuatnya bermimpi menjadi model tapi sayangnya ditentang habis-habisan oleh papahnya yang merupakan seorang pemilik sekolah swasta terbaik di Indonesia dan cucu dari pemilik perusahaan tambang minyak.Antares, papa Sagara merupakan sosok yang tegas jika menyangkut masa depan anak-anaknya. Bukan tanpa sebab Antares melarang Sagara menjadi model. Dia berpikir tantang image model yang buruk dimata masyarakat karena banyak masyarakat yang berpikir jika model harus menjual dirinya jika mau menjadi model terkenal. Bukan hanya anaknya yang tidak boleh menjadi model, Antares juga tidak mau memiliki m
Gian memperhatikan mobil calon kaka iparnya yang terparkir di depan kontrakannya. Dia memasuki motornya kedalam garasi, kemudian berjalan perlahan memasuki rumahnya tanpa menimbulkan suara. Bersamaan dengan Gian yang membuka pintu rumah, Gistara keluar kamar dengan memakai piyama tidurnya. Gian menatap Sagara yang sedang duduk di sofa ruang tamu dan Gistara bergantian. Meneliti apakah terjadi sesuatu di antara keduanya.“Kenapa sih liatnya kaya gitu banget?” tanya Gistara menatap heran tingkah adik laki-lakinya itu.Gian mencium punggung tangan Gistara kemudian berjalan menuju Sagara untuk mencium punggung tangan calon kaka iparnya juga.“Abang sama Teteh gak abis ngapa-ngapain ‘kan?” Gian menatap Gistara dan Sagara penuh selidik.Sagara dan Gistara saling pandang mendengar pertanyaan Gian. Mereka tidak mengerti dengan pertanyaan adik laki-lakinya itu.“Tobat Bang, Teh. Kalian harus minta ampun sama Tuhan. Gak bo
Gistara tengah memasak sarapan untuknya dan Gian. Adiknya itu belum bangun padahal sudah setengah tujuh. Sabtu pagi ini Gistara membuat omerice untuk menu sarapan. Beberapa menit kemudian gadis itu selesai dengan kegiatannya. Meletakkan masakannya di atas meja dan mengambil susu dari kulkas, dituangkannya ke dalam dua gelas.Gistara menoleh ketika melihat adiknya menarik kursinya. “Adek mau kemana?” tanyanya memberikan sepiring omerice dan segelas susu kehadapan Gian.“Teteh lupa? Sabtu ‘kan ada ekstrakulikuler,” katanya. Tangannya memasukkan satu sendok omerice buatan sang kaka.Gistara menepuk keningnya. “Teteh lupa. Kalau udah selesai langsung pulang ya.”Gian mengacungkan jempolnya kepada kakak perempuannya itu. Setelah selesai dengan sarapannya Gian pamit berangkat menuju Bimantara’ School dengan menggunakan ojek online.Adiknya itu bisa mengendarai motor hanya saja jalanan Bandung yang ramai dan
Sagara menenangkan Gistara di koridor rumah sakit. Gadis itu tidak berhenti menangis sejak Gian dibawa ke rumah sakit. Gian sedang di periksa oleh dokter. Sebelumnya laki-laki itu sudah diberikan pertolongan pertama.Saat pergi menuju rumah tua itu. Tama membawa seorang dokter yang tak lain adalah salah satu temannya. Tama siap dengan segala yang terjadi. Tanpa di suruh oleh Sagara pria itu tahu apa yang di butuhkan oleh bosnya itu.Ketiga preman tadi sudah berhasil bodyguard Sagara bawa menuju kantor polisi. Satu preman yang sempat menodong pistol kepada Gistara itu berhasil Sagara tembak. Sehingga pria itu di larikan ke rumah sakit dengan pantauan polisi.“Bagaimana keadaan adik saya Dok?” tanya Sagara saat melihat dokter keluar dari unit gawat darurat.“Paru-parunya baik. Organ dalam dia baik-baik saja. Tapi kami akan mengecek kembali saat dia sadar. Pasien yang tenggelam biasanya akan memiliki fobia—““&mdash
Sejak lima belas menit yang lalu Gistara tidak berhenti membuang nafasnya kemudian menghirupnya kembali. Gadis itu berusaha menghilangkan kegugupannya. Malam ini Sagara mengajaknya makan malam bersama keluarganya.Sagara ingin memperkenalkan Gistara dengan mamanya. Terlihat aneh memang, mereka sudah mau menikah tapi baru kali ini Gistara diajak bertemu dengan keluarga Sagara. Gistara memang mengenali mendiang papa Sagara sebagai pribadi yang baik. Sedangkan mama pria itu dia tidak tahu persis bagaimana wanita itu.“Kita berangkat ya?” tanya Sagara.Sagara yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. Gistara meminta Sagara untuk jangan menjalankan mobilnya dulu. Dia benar-benar gugup bertemu mama pria yang ada di sampingnya.Gistara menoleh, menatap Sagara dengan ragu membuat pria itu tersenyum. Sagara mengambil tangan Gistara yang bertautan. Mengecup tangan itu.“Jangan gugup. Saya gak akan tinggalin kamu sendirian di sana. Ada Ba
Air mata Gistara tumpah saat masuk rumah. Tubuhnya luruh ke lantai. Gadis itu membekap mulutnya agar suara tangisnya tidak terdengar oleh Gian. Gian sudah pulang sejak siang tadi. Adiknya itu pulang setelah dirawat selama tiga hari. Gian memaksa untuk pulang karena dia merasa sudah baik-baik saja.Kedua orangtua Gistara sudah pulang sore tadi. Ayahnya terpaksa pulang bersama bundanya karena tidak bisa meninggalkan anak didiknya terlalu lama. Kewajibannya sebagai seorang guru membuat Singgih tidak sampai hati izin terlalu lama. Meskipun hanya tiga hari.Sejak di kediaman Sagara gadis itu berusaha menahan tangisnya saat Kirana membisikkan satu fakta yang membuatnya ragu melanjutkan pernikahannya bersama Sagara.“Sagara tidak mencintai kamu. Semua yang dia lakukan terhadap kamu adalah sandiwara. Dia mengajak kamu menikah agar warisan papanya bisa dia ambil seluruhnya. Kamu yakin ingin melanjutkan pernikahan ini Nak?”Kata demi kata yang Kirana bi
Gian menunggu kakaknya di parkiran. Sudah tiga puluh menit kakaknya itu belum membalas pesannya. Hari ini dia pulang sedikit cepat karena gurunya sedang tidak enak badan. Dia sangat senang saat pulang cepat, tapi dia merasa cemas setelahnya, karena kakak perempuannya belum membalas pesannya sejak tadi.Gian berjalan menuju kantor guru, menanyakan kepada guru di sana dimana keberadaan kakaknya. Hanya ada dua guru karena yang lain masih mengajar. Anggun, guru yang dekat dengan Gistara tidak tahu di mana Gistara.“Ibu gak tahu dimana teteh kamu Gian. Tapi barang-barangnya masih ada.” Anggun mengerutkan keningnya, “mungkin teteh kamu di kamar mandi. Bentar ibu cek ya.”Gian mengangguk. Laki-laki itu menunggu Anggun yang sedang ke kamar mandi khusus guru. Mencari keberadaan Gistara.“Gian, gak ada teteh kamu. Ibu baru ingat kalau kamar mandi guru sedang rusak.”Gian mengucapkan terimakasih. Setelah itu laki-laki itu b
Sagara mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Perkataan Gistara terus berputar di otaknya. Gadisnya itu tidak memberitahu alasan kenapa dia ingin membatalkan pernikahan itu. Setelah berkata tentang penolakan pernikahan mereka, Gistara menyuruh Sagara untuk pergi dari ruang inapnya.Tanpa membantah Sagara keluar dari ruang inap Gistara. Pria itu tidak benar-benar pergi. Sagara duduk di depan ruang inap Gistara. Otak Sagara seolah tidak berfungsi untuk berpikir apa yang harus dia lakukan setelah mendengar kata demi kata yang keluar dari mulut Gistara. Hingga telpon dari Tama membuat dia kembali tersadar dari rasa terkejutnya.Tama memberitahu informasi kepada Sagara tentang dalang di balik kekacauan yang menimpa Gistara dan Gian. Rahangnya mengeras saat mengetahui kalau mantan sahabatnya lah yang melakukannya.Cukup bagi Sagara menahan untuk tidak memberi pelajaran kepada Nesa. Wanita yang menyebarkan gosip tentang Papahnya yang memiliki affair dengan Gista