Share

4 Negosiasi Tahap Pertama

Sudah lebih dari lima menit Yara terdiam di depan pintu berwarna coklat tua. Berbagai polah sudah dilewatinya, mulai dari menggaruk rambutnya yang tidak gatal, menggigiti bibirnya sendiri, sampai mondar-mandir tidak jelas di depan unit apartemen itu.

Dengan helaan napas berat, akhirnya Yara memberanikan diri untuk mengetuk pintu di depannya. Sekali lagi ia mengetuknya, berharap seseorang segera membukakan pintu untuknya.

"Iya?" Tampak Adam melongokkan kepalanya dari celah pintu yang sepertinya sengaja ditahannya agar tidak terbuka sepenuhnya.

"Malam, Dam." Yara tersenyum ramah seperti tanpa ada masa lalu menyakitkan di antara mereka.

"Ngapain kamu ke apartemenku?" tanya Adam dingin.

"Aku perlu ngomong tentang proyek rumahmu, Dam."

"Oooh, kamu udah dapet kabarnya dari Pak Ranu? So? Katanya kamu mau berpesta semalaman kalau aku cancel proyek ini."

Yara menelan ludahnya dengan susah payah. Bolehkah ia mengumpat di depan muka laki-laki ini?

"Ternyata ... keadaannya agak di luar ekspektasiku. Please, Dam. Ngomong bentar sama aku ya."

"Ck!" Adam berdecak kesal. "Kita bicara di coffee shop bawah, nggak etis kalo kita berduaan di apartemen. Bentar, aku ambil hp sama dompet."

Adam kembali masuk ke unit apartemennya dengan sebelumnya menutup pintu. Tangan Yara memukul-mukul udara saking kesalnya dengan kelakuan Adam.

"Ayo."

Yara mengekori ke mana Adam melangkah, sambil menyusun kata-kata yang akan diucapkannya untuk membuat Adam mengurungkan niatnya.

"Kamu pesen apa?" tanya Adam saat mereka akan memesan di counter coffee shop apartemen itu.

"Biasa, Dam." Yara menampar mulutnya sendiri saat sadar kalau ia mengucapkan apa yang seharusnya tidak terucap. "Maksudku, Vanilla Latte, less ice."

Adam menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak hanya Yara yang jengah dengan kelakuan Adam, pun sebenarnya Adam juga begitu.

"Kamu duduk aja dulu."

Yara menurut, memilih duduk di kursi yang ada di dekat jendela agar dia bisa mengalihkan pandangannya kalau-kalau negosiasinya tidak berjalan lancar.

Sesaat kemudian, Adam menarik kursi yang ada di depan Yara. Lelaki itu duduk lalu bersedekap, seakan menunggu Yara berbicara.

"Jadi gini, Dam--"

Belum juga Yara memulai trik negosiasinya, seorang pegawai coffee shop datang membawakan pesanan Adam dan Yara.

Yara menyesap Vanila Latte yang ada di depannya untuk mengurangi kegugupannya.

"Jadi gini, Dam. Hmm ... bisa nggak aku yang ngerjain desain interior rumahmu? Aku janji bakal bikin sebagus mungkin, sesuai yang kamu mau. Sebelumnya, aku sering banget kok nggarap desain interior resort, hotel, rumah pejabat, rumah artis, jadi kamu nggak perlu ragu sama kemampuanku."

Adam menarik satu sudut bibirnya, tersenyum meremehkan. "Aku bisa nyari desainer interior yang selevel kamu, bahkan yang levelnya jauh di atas kamu."

"Aku janji bakal ngerjainnya sepenuh hatiku, anggep aja sebagai kado pernikahan buat mantan."

"Justru dengan kamu ngomong gitu, aku makin takut."

Yara tiba-tiba menjadi panik karena ucapan Adam. "Eh, nggak, maksudku, kan setiap pekerjaan harus dilakukan dengan sepenuh hati. Aku jamin kali ini aku bakal ngasih yang terbaik, Dam."

"Kenapa, Ra?"

"Hah?"

"Iya, kenapa tiba-tiba kamu nurunin harga dirimu kayak gini. Tadi siang jelas-jelas kamu bilang akan berpesta kalo aku cancel proyek ini, sekarang kamu malah mohon-mohon buat aku ngasih proyek rumahku - yang nggak seberapa nilainya, ke kamu."

Ucapan Adam membuat harga diri Yara terluka. Tapi ia bisa apa?

"Aku belum ada sebulan balik ke Jakarta, Dam. Aku beberapa bulan lalu dapet proyek resort di Manado. Dan kali ini bosku nyuruh aku ngerjain rumahmu, atau aku bakal dikirim buat proyek resort di Papua." Akhirnya Yara memilih terus terang, siapa tahu Adam masih mengasihaninya.

Siapa sangka, cerita Yara yang penuh dengan kejujuran dan harapan itu justru membuat Adam terbahak-bahak.

"Kirain kamu kekurangan uang atau apa," ledek Adam.

"Hey! Aku anak Narendra Rafardhan Candra, kalo kamu lupa. Kalau pun aku nggak kerja, aku nggak bakal kekurangan uang," tukas Yara dengan sombongnya.

"Ya udah kalo gitu, suruh papamu ngomong ke bosmu, lagian papamu nggak mungkin rela kan anaknya pergi ke Papua berbulan-bulan buat ngerjain resort di sana?"

"Masalahnya ...." Yara memainkan bulir embun di gelasnya. " Aku kerja sama omku, adiknya mamaku. Dan orang tuaku nggak bakal ikut-ikutan sama masalah kerjaan, karena itu perjanjian di antara orang tuaku dan omku. Om Ranu nggak akan ragu ngirim aku ke kutub utara, apalagi ini cuma Papua. Ya, Dam? Please. Kamu tau kan sekarang gimana peliknya kehidupanku."

Adam kembali terbahak. Ia sampai memegang perutnya yang terasa kaku karena terlalu banyak tertawa.

"Adaaam." Yara mengeluarkan ekspresi memelasnya. Dulu, ekspresinya ini selalu berhasil membuat Adam memenuhi permintaannya.

Adam terkesiap beberapa detik lalu satu jarinya mendorong kening Yara. "Nggak mempan. Kamu pikir kamu siapa, kamu pikir dengan memelas gitu aku bakal nurutin maumu?"

"Kamu nggak kasihan sama aku, Dam? Kamu udah punya calon istri. Sebagian besar temen-temen kita udah nikah. Aku? Pacar aja belum ada, Dam. Karena apa coba?"

"Karena kamu terlalu sering bikin resort di pulau lain?" tebak Adam.

"Bukan. Karena kutukan kamu." Yara menatap Adam dengan tatapan penuh kekesalan.

Ucapan Yara sukses membuat Adam mengernyitkan keningnya. "Kutukan apa?"

"Ck! Kamu nggak inget kamu dulu nyumpahin aku waktu kita putus?"

"Hah?" Adam semakin bingung dengan ucapan random yang keluar dari bibir tipis Yara. "Nyumpahin apa sih?"

"Udah lah, nggak usah dibahas. Mungkin memang nasibku begini. Jadi, kamu beneran nggak mau kalo aku yang ngerjain rumahmu? Aku kasih garansi 50% uang kembali deh. Kalau kamu nggak suka desainnya, aku bakal balikin 50% biayanya. Gimana?"

"Keren juga kantormu, bisa ngasih garansi begitu."

Yara terbahak. "Bukan kantorku lah yang ngasih. Om Ranu nggak sebaik itu. Dari aku garansinya, tenang aja. Aku yang bakal ganti biayanya, asal kamu nggak ngomong ke Om Ranu."

"Aku nggak bisa mutusin sekarang," Adam menggeleng-gelengkan kepalanya.

Yara hampir menangis melihat kepala Adam yang bergerak ke kanan dan ke kiri. Biasanya ia tidak pernah keberatan pergi ke mana pun untuk mengerjakan desain interior resort, hotel, atau apa pun itu. Tapi kali ini rasanya berbeda. Entah kenapa, ia rasanya masih terlalu lelah untuk bepergian. Kerinduannya dengan keluarganya masih belum tuntas.

"Ok. Papua, I'm coming," ucap Yara lirih.

***

"Yara, Yara," panggil Nana dengan hebohnya.

Nana yang baru selesai meeting dengan klien siang itu, langsung berhambur ke meja Yara dan menarik-narik tangan Yara.

"Apa sih? Ribut banget."

"Temenin gue ke mall dong. Mau ke apotek, vitamin E gue abis." Nana melirik ke arah Ranu yang ternyata ada di dekat mereka. "Boleh kan, Pak Ranu, saya izin keluar sebelum waktu istirahat? Kurang sepuluh menit lagi, Pak."

"Iya. Kerjaan udah beres kan?"

"Udah, Bos."

"Yuk, ada yang mau gue beli juga di apotek." Nada suara Yara naik beberapa oktaf saat menyadari omnya masih belum kembali ke ruangannya.

'Nana, tanya ke gue, mau beli apa,' bisik Yara pada Nana.

Meskipun bingung dengan permintaan Yara, Nana akhirnya tetap mengikuti maunya. "Mau beli apa emangnya?"

"Mau beli pil kina, kan bentar lagi gue berangkat ke Papua," teriak Yara agar omnya mendengar ucapannya. "Gue rasa ya, sebentar lagi, ART di rumah gue bakal lupa kalo gue majikannya deh. Bisa-bisa pas gue mau masuk rumah diusir, karena dipikir orang lain, saking nggak pernahnya gue ada di rumah."

Ranu mengulum senyumnya mendengar ocehan keponakannya yang selalu membuat harinya lebih berwarna. Ia memilih masuk ke dalam ruang kerjanya sebelum mengirim pesan pada Yara.

Om Ranu: Mantanmu yang sekaligus klien kita itu minta ketemu kamu, nanti malam, di tempat yang semalam katanya.

Om Ranu: Om nggak tau dia mau deal atau nggak. Kamu dateng aja lah pokoknya. Terserah, mau menyambung tali kasih atau mau deal proyek.

Om Ranu: Tapi buat jaga-jaga, ya tetep beli aja pil kinanya.

Bersambung ....

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Neee I
wkwkwkw......
goodnovel comment avatar
Dilla Doni
hahahaha lucu bgt om SM ponakan...gesrek dah ah...
goodnovel comment avatar
Ly La
om nya somplakk .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status