Share

Bab. 19. Putus

Sejak sore, awan di atas sana sudah menggulung-gulung, tampak tebal dan hitam. Namun, karena hawa yang tetap terasa panas di tengah-tengah kelebat angin, kupikir hujan tak kan turun secepat ini.

Ternyata aku salah, karena kira-kira satu jam setelah azan isya berkumandang, hujan turun diiringi gelegar guntur dan kilauan kilat. Seolah saling menyahut, saling memamerkan kelebihan masing-masing dengan disertai kelebat angin. Menakutkan, sekaligus mengagumkan.

Untungnya, barang-barangku sudah selesai dipindahkan ke dalam rumah. Ponsel yang tadi kubanting pun diselamatkan Kang Cihu, tanpa kutahu.

Mobil-mobil yang disewa Pak Dodot pun sudah sedari tadi menghilang dari pandangan. Sopir-sopirnya itu SMP, setelah makan pulang. Pak Dodot apalagi. SMK, Setelah makan kabur.

Malah, kata Bu Ana yang minta maaf karena tak bisa membantu beres-beres, Pak Dodot sudah pergi ke langit. Molor, gitu maksudnya. Sementara itu, yang lain justru terjebak

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status