Dengan panik Cedric menggeser layar tab membaca berita itu hingga dirinya terlihat seperti orang tidak waras dan netranya mulai memerah.
Eleanor baru menyelesaikan menandatangani kontrak kerja, masih belum mengetahui kejadian sebenarnya yang membuat wajah tampan direktur memudar dalam sekejap.
“Cedric, kamu kenapa?”
Cedric masih membisu. Tangan kanannya dengan lemas memberikan tab untuk Eleanor.
Baru membaca judul berita, Eleanor membulatkan mata. Dengan tangan lincah menggeser layar tab mengamati foto-foto kejadian di hotel hingga sarapan di restoran hotel. Netranya kini memerah dan tangannya gemetar ketakutan.
“Siapa … yang menyebarkan berita ini?”
“Aku juga tidak tahu. Tadi tiba-tiba pegawai kantor memperbincangkan berita ini. Apalagi beritanya sekarang—“
“Beritanya masuk trending 5!!” Amarah Cedric meledak.
Eleanor berjalan mondar-mandir dengan panik menggigit bibirnya. Pertama kali menghadapi skandal panas, mustahil tidak panik. Terutama kejadian sesungguhnya bukan seperti itu.
Tertulis di judul berita itu, seorang model terkenal berinisial “EW” dan direktur utama VSC memiliki hubungan satu malam. Sudah pasti Eleanor marah. Pertama, kariernya pasti hancur. Kedua, akan dikenal sebagai wanita murahan di mata semua orang. Ketiga, semakin cemas pelakunya adalah penguntit yang selama ini mengincarnya.
Cedric ingin berusaha menenangkan Eleanor semakin tidak waras. Ia menghampirinya dan menyentuh pundaknya dengan tatapan lesu.
“Eleanor, kamu tenang dulu.”
Eleanor langsung menepis tangan lembut sang direktur dengan kasar dan menampakkan tatapan elang. “Teganya kamu menyuruhku bersikap tenang, sedangkan skandal itu merusak karierku sekarang!!”
“Kita senasib. Ayahku pasti akan marah besar melihat skandal ini.”
“Seandainya kamu tidak mengajakku menginap di kamar hotel bersamamu, mungkin nasibku masih lebih baik. Seharusnya kita tidak pernah bertemu!”
Hati Cedric terkena sambaran petir dahsyat. Mereka baru saling terbuka dan bersikap manis, sekarang keadaan berbanding terbalik karena skandal itu.
Dadanya terasa nyeri sekarang, seperti terkena pedang yang ditancapkan pada jantungnya. “Jadinya, ini semua salahku sekarang?”
“Seharusnya aku tidak memercayaimu!”
Eleanor mengambil sling bag melangkah cepat menuju pintu ruangan. Hatinya semakin dingin, sebenarnya tidak tega mengatakan hal menyakitkan itu di hadapan seorang pria sangat dipercayainya. Namun, sangat murka karena pertemuan mereka justru menghancurkan kehidupannya.
“Eleanor, kamu harus memercayaiku!” Cedric berteriak dari belakang.
Eleanor membuka pintu tanpa menolehkan kepalanya. Mengangkat kepala percaya diri melangkah keluar dari ruangan, meski banyak pegawai di kantor ini sedang membicarakannya karena skandal panas.
Cedric ingin mengejarnya, langkahnya langsung dicegah Samuel. “Apa yang kamu lakukan?! Minggir sebelum aku memperlakukanmu kasar!”
Samuel mendorong tubuh Cedric. “Tenangkan dirimu dulu! Kamu harus berpikir jernih! Kalau kamu mengejarnya sekarang, bagaimana dengan kondisi kantor? Kamu mau digosipkan pegawaimu?!”
Tensi darahnya naik dan mengacak-acak rambutnya seperti pria tidak waras. “Sial! Karena skandal itu, Eleanor sangat membenciku sekarang! Aku harus tangkap pelaku yang menciptakan skandal aneh ini!”
*****
Eleanor memasuki kediamannya dan melepas stilettonya sembarangan. Hal pertama yang dipikirkannya adalah tidur di sofa meredakan sakit kepala.
Seketika matanya terpejam, teringat sosok Cedric merupakan pria sangat baik di matanya. Ia tidak bermaksud membenci sepenuhnya. Namun karena kejadian itu menjadi sangat kesal kenapa Cedric harus menumpahkan wine di saat tidak tepat? Mungkin hubungan pertemanan mereka masih awet hingga sekarang.
Terdengar suara seseorang sedang memasukkan kode akses. Dengan gaya bermalasan, berdiri sejenak lalu berjalan menuju pintu utama.
“Alice, sedang apa kamu ke sini?” Eleanor menyambut dengan tatapan bingung.
Alice langsung menyeret sang pemilik kediaman menduduki sofa ruang tamu. “Apa yang terjadi sebenarnya? Bukankah semalam sudah aku peringatkan kamu tidak minum alkohol?”
“Sebenarnya semalam aku minum—”
“Lagi-lagi kamu keras kepala! Akibatnya sekarang kamu terlibat dalam skandal! Lebih parahnya lagi, bagaimana kamu bisa terlibat skandal dengan direktur Cedric? Padahal seharusnya hari ini kamu menandatangani kontrak kerja dengannya menjadi brand ambassador Violette Star Company Limited!”
Alice tidak bisa berbuat apa pun juga. Menyewa reporter untuk menutupi skandal ini? Percuma saja. Karena skandal ini semakin trending di media sosial.
Eleanor menopang kepala di kedua lutut. “Aku tahu aku tidak bisa memperbaiki semua masalah ini. Bahkan aku yakin Cedric juga tidak bisa memperbaikinya.”
“Barusan kamu memanggil namanya. Sebenarnya hubunganmu dengannya seberapa dekat sih?”
“Sebenarnya aku dan Cedric pertama kali bertemu di bar hotel semalam. Lalu, kami minum bersama karena merasa kesepian. Dia tidak sengaja menumpahkan wine mengotori dressku dan mengajakku ke kamar hotel.”
Alice berusaha menanggapi cerita sebenarnya yang dijelaskan Eleanor. “Kamu dan dia ngapain saja di kamar?”
“Awalnya aku dan Cedric hanya berbincang di kamar hotel. Tapi karena sudah malam dan juga dressku kotor, jadinya—”
“Kalian beneran tidur bareng?”
Eleanor menggeleng cepat. “Aku tidur di ranjang sedangkan dia tidur di sofa.”
Giliran Alice berjalan mondar-mandir dan menggarukkan kepala. Kesal bukan karena Eleanor bersikap sembrono, tetapi, kesal terhadap pelaku yang merilis skandal itu merusak citra nama baik Eleanor.
“Jadi, kejadian semalam tidak terjadi apa pun. Kamu hanya numpang tidur di kamar hotel karena kamu tidak mungkin bepergian dengan dressmu kotor.” Alice menghembuskan napas kasar. “Skandal ini tidak akan berakhir dalam seminggu. Apa yang akan kamu lakukan?”
“Pokoknya aku tidak mau bertemu Cedric.”
Alice mengernyitkan dahi. “Kenapa? Padahal dia tidak melakukan kesalahan. Lagi pula, kamu juga harus bekerja sama dengannya.”
“Aku membencinya.”
Alice memutar bola mata. Dirinya kembali duduk bersebelahan dengan Eleanor dan menggenggam tangan lembutnya. “Seberapa besar tingkat kebencianmu terhadapnya? Kamu beneran akan membencinya sepanjang hidupmu?”
Eleanor menghela napas lesu. “Sebenarnya dia perhatian padaku. Selain itu, dia juga bukan tipe pria berengsek seperti CEO lain yang selalu mempermainkan wanita di malam hari.”
“Kamu tidak boleh membencinya. Hatinya pasti sangat tertekan karena masalah ini.”
*****
Cedric mengendarai mobil sedan miliknya kebut. Sebenarnya sangat mencemaskan kondisi teman barunya kemungkinan besar mengurungkan diri di kediaman. Netra hitamnya semakin memerah, ingin berteriak kencang sambil menepuk dadanya nyeri akibat mendengar perkataan menyakitkan disampaikan teman barunya tadi siang.
Baru menginjakkan kaki memasuki kediaman mewah langsung disambut sang ayah dengan tatapan elang.
“Kamu beneran bermalam bersama model itu di hotel?!” teriak Ronaldo.
Situasi ini sulit dijelaskan sampai ingin menggila. Apalagi sebenarnya tujuan Cedric mengunjungi hotel itu untuk bertemu seseorang. Namun, karena pertemuan itu sangat tidak nyaman, maka mengakhirinya cepat dan berbincang dengan Eleanor.
“Kemarin aku dan Eleanor tidur bersama. Tapi, kami tidak tidur seranjang. Aku ceroboh mengotori dressnya. Makanya, aku ajak nginap bersamaku.”
“Ayah dengar kamu menghancurkan kencan buta! Padahal ayah bersusah payah mengaturnya untukmu!”
Emosinya semakin tidak stabil setiap kali mendengar kencan buta. Cedric memukul sandaran sofa. “Aku sudah muak dengan kencan buta! Aku berhak memilih pasangan hidupku sendiri! Aku mau hidup bahagia bersama wanita sangat kusayangi!”
“Usia kamu hampir mendekati tiga puluh. Seharusnya kamu sudah menikah!”
“Aku tahu ayah menjodohkanku demi kepentingan bisnis.”
Ronaldo menajamkan tatapannya. “Kamu bilang apa?! Dasar anak kurang ajar!”
Cedric berdiri sambil melonggarkan lilitan dasi di lehernya. Berbalik badan tanpa berpamitan sambil menaiki tangga.
“Kamu menolak kencan buta karena wanita itu?”
Langkah kaki Cedric terhenti sambil berbalik badan kemudian kembali menghampiri sang ayah. “Ayah tidak usah menyeret Eleanor ke dalam masalah ini!”
“Sebenarnya kamu sangat mencintai wanita itu sampai kamu lebih pilih membelanya daripada ayahmu sendiri?”
Bibirnya terkatup rapat. Membayangkan semua adegan kencan buta yang pernah dilakukannya lebih dari lima kali. Sangat wajar muak melakukan hal yang sama hampir setiap bulan.
Entah wanita itu sempurna, Cedric tidak tertarik. Sebenarnya ia trauma karena ada seseorang yang menargetkannya selama ini. Itulah alasan kenapa tidak mudah memercayai siapa pun kecuali Eleanor. Satu-satunya wanita yang dipercayainya karena memiliki nasib yang sama. Ia berani mengatakan dalam hati bahwa Eleanor adalah satu-satunya wanita yang membuatnya nyaman.
Renata menghampiri ruang tamu menghentikan perdebatan ayah dan anak semakin lama semakin panas. “Sudahlah, kalian tidak usah berdebat lagi!”
“Renata, putramu itu gegabah sampai membuat masalah!”
“Tapi putramu bermaksud baik pada model itu.”
Aslinya kedua orang tuanya tidak sejahat mertua yang biasanya ada di drama atau dunia novel. Hanya karena masalah ini membuat emosi sang ayah tidak stabil. Sepanjang hidupnya, Cedric tidak pernah mengatakan hal tidak pantas dikatakan di hadapan kedua orang tuanya. Demi melindungi wanita sangat dipercayainya, bertekad bulat mengungkapkannya untuk pertama kali.
“Sebenarnya … Eleanor adalah kekasihku.” Ia sangat gugup. Karena takut kedua orang tuanya semakin marah karena berkencan dengan wanita bukan berasal dari keluarga konglomerat.
Ronaldo memajukan kepalanya mendekati wajah putranya dengan tatapan elang, melayangkan tangan kanannya ke arah punggung putranya. Cedric sudah pasrah menerima akibatnya dan memejamkan mata dengan gugup.
Namun ekspektasinya berbeda jauh. Sang ayah justru memukul punggungnya. “Kenapa kamu tidak kasih tahu ayah sejak awal kamu sudah berpacaran?”
Kepala Cedric terangkat ringan. Tidak menyangka ekspresi sang ayah sangat berbeda jauh. “Ayah tidak marah?”
“Kalau kamu tidak sembunyikan hubungan kalian selama ini, mungkin semua orang tidak akan berpikiran negatif terhadap hubungan kalian!”
Ronaldo dan Renata saling melempar pandangan dan menunduk pelan seperti memberi isyarat untuk kebaikan sang putra.
“Kalau kamu beneran mencintainya, kamu boleh berkencan dengannya,” ujar Renata dengan santai.
“Mungkin kamu bisa menikah dengannya secepatnya,” tambah Ronaldo.
“Uhuk…uhuk…”
“Ayah beneran mau aku menikahi Eleanor?”
“Bukankah kamu sangat menyayanginya selama ini?”
“Aku memang sangat mencintainya, tapi bagaimana kalau aku belum siap?”
“Kalau belum siap sekarang, kamu bisa melamarnya minggu depan.”
Apakah tidak terlalu cepat? Apalagi kemungkinan besar Eleanor pasti menolak lamarannya karena terakhir kali diberi perkataan sangat kasar menyakiti hatinya.
Cedric sangat galau sekarang. Terutama bingung ingin memberikan cincin untuk wanita yang baru ditemuinya seperti apa. Sungguh ingin menggila dan setengah hatinya sangat menyesal karena perbuatannya yang sembrono, sekarang timbul tambahan misi sulit. Memenangkan hati wanita yang baru menjadi temannya dan bertengkar dengannya saat di kantor.
Biasanya CEO atau presdir di drama, mereka memberikan cincin untuk wanitanya yaitu cincin termahal di toko perhiasan. Namun, bagi Cedric kalau membuat cincin dalam waktu dekat ini sangat sulit. Apakah ia akan memberikan cincin terbuat dari ranting atau rotan? Memikirkannya saja sampai tidak bisa tidur. Berbolak-balik badan sambil menatap layar ponsel mencari cincin lamaran yang cocok untuk wanitanya. Bukan bermaksud memamerkan kekayaan, tetapi ia tidak suka melamar dengan cara biasa.
Di tengah kegalauannya, sang ibu memasuki kamar sambil membawa sebuah kotak kecil. Cedric langsung duduk di tepi ranjang dan menyambut dengan senyuman hangat.
“Ibu belum tidur?”
Renata tersenyum tipis menduduki ranjang. “Ibu tidak bisa tidur karena mendengar berita baik dari kamu.”
Lebih cenderung Cedric merasa bersalah karena sebenarnya itu hanya kebohongan. Apa yang akan terjadi jika ibunya mengetahui kebenaran?
“Ibu beneran bahagia kalau aku menikah secepatnya?”
“Sudah pasti. Apalagi ibu mempersiapkan hadiah istimewa untuk kamu, Putraku.” Renata memberikan kotak kecil itu untuk putranya.
Cedric membuka kotak perlahan. Bola matanya membulat memandang sebuah cincin berlian tersimpan dalam kotak ini.
“Ini ….”
“Berikan cincin ini untuk wanita itu. Sebenarnya cincin ini diberikan saat ayahmu melamar ibu.”
“Tapi … cincin ini kan berharga bagi ibu. Kenapa ibu memberikannya padaku?”
Renata mengelus punggung tangan putranya. “Cincin ini sangat spesial, hanya boleh dipakai wanita yang paling dicintai ayahmu dan wanita yang paling kamu cintai. Eleanor sangat pantas pakai cincin ini. Jika dilihat kamu mencintainya dengan tulus dan dia mencintaimu juga, kamu harus melamarnya dengan cincin ini.”
“Tapi–”
“Ibu tahu kamu adalah tipe pria mau berbeda dari lainnya. Sampai sekarang kamu tidak bisa tidur karena kamu mau menyusun rencana melamarnya kan?”
Cedric mengangguk gugup.
Renata tertawa kecil sambil mengelus kepala putranya. “Ibu tidak akan ikut campur kalau urusan lamaran. Asalkan kamu sudah siap melamarnya, kamu boleh melamarnya dengan cara apa pun. Yang harus kamu tahu, wanita suka pria yang melamarnya dengan cara istimewa dan sangat bermakna dalam hidupnya.
*****
Sudah lima hari telah berlalu. Eleanor mulai bosan mengurungkan diri di dalam apartemen. Kerjaannya mengamati semua akun media sosialnya diserbu semua penggemarnya dan juga kelompok hater saling beradu domba. “Nanti malam mau makan apa? Sebenarnya aku malas masak. Aku juga tidak selamanya menjadi asisten rumah tanggamu!” Alice membuka sebuah aplikasi khusus memesan makanan secara online.
“Menyebalkan!”
“Haruskah aku panggil Cedric mendatangimu?”
Sebenarnya Eleanor merindukan Cedric, ingin mencurahkan isi hatinya. Karena hanya Cedric pendengar yang baik setiap kali menceritakan masalahnya, sedangkan sekarang hanya memiliki Alice. Namun, di satu sisi juga marah. Cedric tidak menanyakan kabar setelah melewati beberapa hari penuh rintangan. Mereka belum sempat berbagi nomor telepon. Namun, masih berharap Cedric bisa menghubunginya melalui Pictagram. Mustahil seorang direktur tidak memiliki akun Pictagram.
Saat Alice ingin melihat menu makanan, tiba-tiba muncul sebuah notifikasi pesan dari seseorang tidak dikenal.
Sinar matahari bersinar terang menerangi seisi kamar hotel. Sebelum melanjutkan kencan mereka lagi, Eleanor dan Cedric bersiap-siap di kamar memakai pakaian casual untuk kencan di luar ruangan.Eleanor sedikit kesulitan memasang anting istimewa pemberian suaminya, karena helaian rambut panjang menghalangi daun telinga. Melihat suaminya sudah berpenampilan sempurna, dengan gaya manja ia mulai merayu sang suami dengan trik manis.“Sayang, bolehkah kamu membantuku sebentar?”“Kamu kesulitan pakai anting?” Cedric merebut sepasang anting milik istrinya, kemudian memasangkan satu per satu telinga.Rona merah menyala pada pipi Eleanor. Tanpa dijelaskan rinci, suaminya sudah tahu apa yang dimaksudnya. Entah kenapa masih sangat pagi tapi jantun
Hari yang paling dinantikan telah tiba. Sepasang suami istri sudah memasuki usia pernikahan satu tahun, namun tingkah mereka seolah-olah baru menikah kemarin.Sang buah hati dititipkan pada orang tua mereka yang akan merawat selama lima hari. Suasana hati Cedric terlalu bahagia akhirnya menikmati bulan madu kedua kalinya bersama istri tercinta sampai ia sudah mempersiapkan sebuah bucket list berisi kegiatan yang akan dilakukan mereka selama lima hari.Cedric juga sengaja memesan tiket pesawat sama seperti sebelumnya supaya bisa memperbaiki suasana sebelumnya terkesan canggung, kini sangat manis bahkan mungkin membuat beberapa penumpang iri melihat mereka sedang bercumbu.Meski Eleanor sudah melewati masa mengandung anaknya, tapi sikap manjanya sampai sekarang masih terlihat manis, membuat Cedric se
Satu bulan kemudian…Menjelang hari ulang tahun pernikahan, sesuai dengan janji sebelumnya Eleanor dan Cedric akan melakukan bulan madu kedua kalinya merayakan hari ulang tahun pernikahan sekaligus ingin menciptakan kenangan terindah sekali lagi di destinasi wisata yang sama seperti sebelumnya, karena bagi Eleanor bulan madu saat itu kurang terkesan istimewa.Bulan madu hanya berlangsung selama lima hari saja, karena Eleanor tidak bisa meninggalkan anaknya terlalu lama dititipkan pada sang ibu merawatnya untuk sementara.Sebelum bepergian jauh, Eleanor dan Cedric bermain bersama bayi mungil mereka di kamar bayi sepuasnya. Apalagi melihat bayi mereka selalu terlihat bahagia setiap kali bermain, rasanya tidak rela juga meninggalkan anak mereka demi bisa berlibur.
Satu bulan kemudian…Perut Eleanor sudah sangat besar. Bahkan saat bangun tidur rasanya sedikit berat membangkitkan tubuhnya, harus dibantu sang suami. Eleanor tidak bisa bekerja lagi sejak memasuki usia kandungan tujuh bulan. Oleh karena itu, meski di hari kerja, kegiatan yang bisa dilakukannya hanya menonton drama, itu saja harus genre romantis supaya dirinya tetap tenang.Sang istri tidak bekerja, begitu juga Cedric hanya ingin menemani istrinya sepanjang hari jika tidak ada urusan penting di kantor. Karena ia cemas akan terjadi sesuatu pada sang istri, apalagi usia kandungan sekarang kemungkinan besar menandakan sang buah hati akan mendatangi dunia ini.Rasa bosan yang dialami Eleanor sedikit menghilang berkat pelukan kasih sayang yang diberikan sang suami saat ini membuat tingkah manjan
Tidak terasa sekarang sudah memasuki usia kandungan tujuh bulan. Setelah melakukan USG untuk memeriksa jenis kelamin sang buah hati, teridentifikasi bayi sepasang suami istri ini adalah perempuan. Keinginan Eleanor dan Cedric akhirnya terkabul juga memiliki seorang anak perempuan dibandingkan laki-laki, meski sebelumnya mereka selalu mengatakan memiliki anak saja sudah bersyukur.Perut Eleanor sangat besar sehingga membuatnya tidak bisa berjalan lincah seperti biasa. Namun, Cedric tetap menemaninya penuh kesabaran, bergandengan tangan berjalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan berbelanja kebutuhan bayi.Eleanor menarik tangan suaminya kegirangan memasuki toko khusus menjual keperluan bayi perempuan. Pandangan Eleanor berbinar memandangi semua perlengkapan bayi terlihat menggemaskan, apalagi yang difokuskan adalah pakaian bayi perempuan dengan m
Seiring waktu berjalan, Cedric merawat istri tercintanya dengan penuh kasih sayang, meski terkadang sikap istrinya terkesan menyebalkan karena efek samping sedang hamil sehingga temperamennya agak buruk.Sudah hampir memasuki satu bulan usia kandungan. Setiap pagi Eleanor selalu mengalami morning sickness membuat suaminya selalu mencemaskan kondisi kesehatannya menurun, karena terkadang pola makannya sedikit tidak teratur akibat tidak berselera makan.Selama bekerja di kantor, Eleanor tetap bersikap profesional meski terkadang pegawainya sendiri juga mencemaskan kesehatannya karena setiap rapat Eleanor selalu berkeringat dingin dan wajahnya pucat. Maka dari itu, sejak Eleanor hamil, pekerjaannya jadi sedikit berkurang karena suaminya yang menangani sebagian besar pekerjaannya.Sebelum memasuki jam kerja,