Share

Chapter 7: Malam Sesungguhnya

*****

Mengingat kejadian pada malam yang sebenarnya. Memang saat itu Cedric yang tidak sengaja menumpahkan gelas winenya sehingga mengotori gaun milik Eleanor. Lalu, Cedric berinisiatif mengajak Eleanor menginap di kamar hotel, karena kebetulan ia juga ingin menginap di kamar hotel demi menghindari perjodohan yang tidak diinginkannya telah diatur sang ayah. 

Saat Cedric melangkah keluar dari kamar mandi dengan balutan bathrobe membuat hati Eleanor langsung bermekaran dan menatapnya dengan candu. Apalagi ditambah rambutnya terlihat basah dan menyegarkan, tanpa disadari mulut sang model sedikit menganga dan handuk digenggamnya hampir terlepas dari genggaman tangannya. 

‘Pria ini tampan juga ternyata.’

Untung saja Eleanor mengucapkan hanya dalam hati. Seandainya ia mengucapkannya terang-terangan, mungkin ia akan bingung ingin menaruh mukanya di mana. Apalagi selama ini ia dikenal sebagai seorang model selalu jual mahal. 

Cedric menaruh handuk pada kursi dan menduduki sebuah sofa sambil menepuk sofa pelan. “Eleanor, kemarilah.”

Eleanor meresponsnya menampilkan senyuman manis sambil menggantung handuknya di sandaran kursi, lalu menduduki sofa bersama Cedric. 

“Maaf, ya, soal tadi aku mengotori gaunmu. Aku harus mencari gaun yang sama untuk menggantinya.”

“Tidak apa-apa. Lagi pula kamu tidak sengaja melakukannya.”

“Malam ini, kamu tidur di sini saja bersamaku.”

Sekejap pipi mereka merah merona mendengar perkataan terkesan ambigu itu. 

“Jangan salah paham. Maksudku itu … kita tidur bersama dalam satu kamar tapi tidak seranjang. Kamu tidur di ranjang, aku tidur di sofa saja.” Cedric meluruskan perkataan dengan gugup. 

“Aku saja yang tidur di sofa, kamu sebaiknya di ranjang saja.”

“Tidak boleh. Seorang wanita harus tidur di ranjang yang nyaman supaya kamu tidur nyenyak.”

Gombalan sederhana itu membuat Eleanor hampir terkena serangan jantung. Tapi, tetap saja ia tidak ingin membiarkan seorang direktur tidur di sofa. “Tidak apa-apa. Justru kamu seorang direktur yang pantas tidur di ranjang. Aku juga sudah terbiasa tidur di sofa.”

“Aku tidak peduli. Yang terpenting kamu tidur nyenyak di ranjang sudah cukup membuatku lega. Sudahlah, jangan keras kepala dan turuti perkataanku saja.”

Eleanor mengangguk anggun sambil menyelipkan helaian rambut panjang ke belakang telinga. “Omong-omong, bolehkah aku bertanya satu hal?” 

“Boleh saja. Lagi pula sebelum tidur aku ingin berbincang denganmu dulu.”

“Kenapa kamu memesan kamar hotel? Apakah sebenarnya tujuanmu itu ingin bermalam bersama wanita lain? Biasanya seorang pria memesan kamar hotel tanpa sebab karena ingin menggoda wanita secara acak.” Eleanor kembali mencurigai pemuda tampan ini sebagai pengalihan pikirannya sudah tergoda dengan penampilan pemuda itu.

Cedric tertawa kikuk. “Justru pemikiranmu itu berbeda jauh dari fakta. Sebenarnya tujuanku memesan kamar hotel karena memang aku ingin bermalam sendirian tanpa ditemani siapa pun, meski biasanya aku juga tinggal sendirian. Apalagi sebenarnya hari ini seharusnya aku kencan buta dengan seseorang.”

Napas sang model langsung lesu dan bibirnya memanyun. Entah kenapa hatinya mudah menyerah ingin meraih hati pemuda tampan. Ia juga sebenarnya bingung kenapa hatinya sedikit berharap menginginkan pemuda ini.

“Begitu rupanya. Pasti kencan buta itu berhasil, lalu kamu ingin merayakannya sendirian.”

“Justru kamu salah. Aku yang menghancurkan kencan buta itu.”

Eleanor tersentak dan kepalanya terangkat ringan. “Kenapa kamu melakukannya?”

“Sudah kukatakan padamu sebelumnya. Memang aku tidak mudah memercayai siapa pun. Entah aku dijodohkan wanita konglomerat, aku tetap tidak tertarik.”

“Lalu, kenapa kamu memercayaiku dengan mudah? Kenapa harus aku yang kamu percayai?”

Tiba-tiba Eleanor merasa kepalanya sedikit sakit akibat minuman wine yang dinikmatinya beberapa saat lalu. Meski kadar alkohol paling rendah, tetap saja efeknya masih sedikit terasa, meski hanya sedikit pusing. Namun, tidak berpikiran aneh-aneh. 

“Kamu kenapa?” Cedric ingin menyentuh pelipis Eleanor, tapi ia mengurungkan niatnya. 

“Aku hanya sedikit pusing.”

“Sebaiknya kamu tidur dulu saja. Tenang saja, aku tidak melakukan apa pun padamu. Aku berjanji.”

“Tidak apa-apa. Kita lanjutkan perbincangan kita saja.”

“Jangan keras kepala, Eleanor. Kalau kamu sakit, maka aku juga harus bertanggung jawab padamu.”

Eleanor menghembuskan napas kasar, berdiri dari sofa bermalasan menuju ranjang berukuran king size. Seketika ia ingin membaringkan tubuhnya, sebenarnya ia tidak tega juga mengamati sang direktur hanya tidur di sofa tanpa memakai selimut tebal. 

“Cedric, kamu mau pakai selimutnya tidak?”  

“Tidak perlu. Kamu saja yang pakai. Aku tidak tega membiarkan seorang wanita tidur tanpa memakai selimut.”

Akhirnya Eleanor menyerah juga lalu membiarkan tubuhnya terbaring di sebuah ranjang empuk sambil membungkus tubuh rampingnya dengan selimut. 

“Eleanor.”

Sejenak Eleanor berbalik badan menghadap sang direktur dalam posisi terbaring. “Iya, kenapa?”

“Terima kasih sudah bersedia menjadi teman curhatku tadi. Rasanya hatiku kembali lega.”

Eleanor memancarkan senyumannya berseri-seri. “Aku juga sama sepertimu. Terima kasih juga sudah menjadi teman curhatku. Apalagi di hari Valentine begini temanku sangat menyebalkan.”

“Memangnya kenapa?”

Eleanor memutar bola mata mengingat sepanjang hari ada teman baiknya baru berpacaran hari ini langsung memamerkan kemesraan di media sosial. “Seperti biasa orang baru berpacaran langsung memamerkan kemesraan di hadapan orang masih jomlo. Beginilah nasib orang jomlo selalu diejek sepasang kekasih dan aku selalu didesak berpacaran. Mereka kira mencari pria sejati itu mudah, ya!”

“Tenang saja. Di hari Valentine, aku tetap ingin menemanimu supaya kamu tidak sendirian. Meski aku dan kamu hanya berteman, tapi setidaknya aku tidak merasa kesepian lagi.”

Eleanor tertawa anggun sambil meremas selimut tebal dipakainya. “Cedric, ternyata kamu tipe pria yang lucu juga.”

Bola matanya terbelalak dan langsung menutupi kepalanya dengan selimut tebal. Entah apa yang dirasukinya sejak minum wine hingga ia mengucapkan perkataan keceplosan terus. 

Sedangkan bagi Cedric sangat tidak masalah. Ia justru sangat bahagia mendengar ucapan itu terdengar sangat manis dari seorang wanita. Ia ingin bersama Eleanor lebih lama lagi. Maka dari itu, ia memutuskan tidak ingin memasuki dunia mimpinya lebih cepat. 

Cedric berinisiatif beranjak dari sofa, berpindah menduduki tepi ranjang dan menampakkan senyuman manis terang-terangan di hadapan Eleanor sambil menyentuh tangan lembutnya. 

“Sedangkan menurutku, ternyata kamu tipe wanita menggemaskan juga, Eleanor.”

Eleanor membuka selimutnya perlahan dan menatap netra gagah di hadapannya hanya berjarak berbeda tipis menambah napasnya tidak karuan. Apalagi netra indahnya berhasil tersihir hingga membuatnya selalu terfokus mengamati pemandangan indah di hadapannya. 

“Kamu kenapa ke sini? Kamu tidak ingin tidur?” Eleanor berbasa-basi menghilangkan rasa canggungnya. 

“Aku ingin menikmati momen kebersamaanmu lebih lama lagi. Aku bosan tidur sendirian di sofa.”

Eleanor tersipu malu. “Kamu tidak perlu mengucapkannya terang-terangan.”

“Bukankah kamu sendiri yang bertanya duluan tadi?” Cedric sengaja memasang raut wajah polos. 

“Lupakan saja. Sudahlah, aku ingin tidur sekarang.”

“Baiklah, aku tidak akan mengganggumu tidur. Selamat tidur, Eleanor.”

“Selamat tidur juga, Cedric.”

Sebenarnya bisa dikatakan mereka sungguh tidak tidur. Sudah beberapa menit telah berlalu, tetap saja mereka tidak bisa tidur nyenyak. Sudah pasti ini sangat wajar bagi seorang wanita dan pria tidur sekamar pertama kalinya penuh rasa canggung. 

Cedric berbalik badan berkali-kali di sofa menampakkan senyuman manisnya hingga pipinya semakin memerah. Apalagi pikirannya selalu terbayang dengan sosok wanita cantik sedang tidur di ranjang itu yang terlihat manis di matanya saat berbincang santai tadi. Ditambah jarak wajah mereka sangat dekat membuat detak jantungnya semakin tidak stabil. 

Sedangkan Eleanor juga tidak menahan godaan wajah tampan yang terus menggodanya tadi dalam jarak dekat. Tentunya membuatnya semakin kesulitan tidur, bukan karena penyakit insomnia yang diidapnya semenjak dulu. 

Beberapa saat kemudian, akhirnya sepasang teman ini tertidur lelap juga. Namun, di tengah mimpi indah berlangsung, Cedric merasa seperti ada seseorang yang terus memanggilnya dari tadi. Ia berinisiatif terbangun dari mimpinya dan mendekati sumber suara itu berasal dari sang model cantik terus mengigau. 

Perlahan Cedric menduduki tepi ranjang dan mengelus punggung tangan lembut Eleanor penuh perasaan untuk menenangkannya secara tidak langsung. 

“Cedric ….”

“Eleanor, kamu tidak perlu takut lagi. Ada aku di sini, aku akan melindungimu dari bahaya apa pun.” Cedric berbisik pelan kemudian tangan kanannya berpindah di dahi Eleanor terasa lembut. 

Hanya perkataan sederhana itu berhasil membuat Eleanor kembali tersenyum manis. Cedric sangat terkejut. Tidak disangka perlakuannya bisa membuat wanita ini kembali tidur dengan nyenyak. Ini pertama kalinya juga ia membuat seorang wanita yang awalnya bermimpi buruk menjadi bermimpi indah, jika dilihat dari senyuman itu. 

“Semoga kamu bermimpi indah sampai seterusnya, Eleanor. Untung saja hari ini aku menemanimu tidur. Kalau seandainya kamu tidur sendirian di kamarmu, mungkin kamu akan terus mengalami mimpi buruk itu sampai terus menghantuimu saat kamu terbangun.”

Cedric tertawa kecil sejenak sambil terus mengelus dahi lembut itu perlahan. “Seandainya saja kamu adalah istriku, mungkin sekarang aku akan memelukmu sesuka hatiku. Sangat disayangkan hubungan kita hanya sebatas teman. Tapi, meski hubungan kita hanya teman, aku tetap akan melindungimu dan menenangkanmu kalau kamu bermimpi buruk lagi. Melihatmu tersenyum manis begini sudah membuatku sangat bahagia.”

Cedric memutuskan mengakhiri aksinya sambil menyelimuti tubuh ramping itu dengan selimut tebal. Ia kembali membaringkan tubuhnya di sofa dan mengamati Eleanor dari kejauhan sebagai pengantar mimpi indahnya. 

‘Sejujurnya, ini pertama kalinya sekian lama aku bisa tidur nyenyak berkat kehadiranmu, Eleanor.’

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status