Dari awalnya perdebatan karena masalah pernikahan kontrak, akhirnya berujung tidur bersama lagi dalam satu kamar. Namun, situasi kali ini sedikit berbeda. Cedric menemaninya tidak setengah-setengah seperti sebelumnya. Meski Eleanor menyetujui ditemani sampai tertidur lelap, tapi tetap saja Eleanor tidak mengizinkan Cedric menemaninya dalam jarak dekat. Cedric tetap keras kepala. Seketika tunangannya sudah tertidur lelap, ia masih tetap ingin menemaninya. Cedric menduduki ranjang sambil menyentuh kepala Eleanor dengan penuh kasih sayang. Sebenarnya ia sangat keberatan dengan kontrak pernikahan itu yang membuat hidupnya sengsara. Bagaimana bisa ia bertahan hidup tanpa melakukan semua hal tertera pada aturan-aturan itu? Apalagi ini pertama kalinya ia sangat ingin melakukan sentuhan fisik dengan seorang wanita. Wanita itu adalah calon istrinya sekarang tidur seperti bayi. Senyuman manis terus terpampang pada wajah cantik Eleanor, menambah rasa candunya ingin terus bertahan di kamar ini.
Seketika baru memasuki apartemennya, Eleanor langsung melepas stilettonya berserakan dan membaringkan tubuhnya di ranjang miliknya. Membayangkan pelukan hangat selalu membuatnya selalu nyaman, ia sedikit menyesal menolak tawaran itu demi menjaga harga dirinya keras seperti tembok beton. Ia terus merutukki dirinya berguling-guling di ranjang. Drrt…drrt… Tiba-tiba terdengar suara getaran ponsel menunjukkan sebuah notifikasi pesan masuk. Di dalam pikirannya, ia sedikit berharap dari calon suaminya. Maka dari itu, ia langsung menggeser layar ponselnya menatap pesan itu. Ekspektasi berbeda jauh dari realita. Yang mengirimkan pesan itu adalah salah satu temannya tukang pamer. Siapa lagi kalau bukan Jessica? Beberapa saat lalu memamerkan hubungan asmaranya dengan temannya sendiri, lalu sengaja mengompori Eleanor supaya iri. Senyuman manis langsung memudar. Eleanor menaruh ponselnya kasar di ranjang dan menghembuskan napas kasar. ‘Sudah kuduga dia manis di mulut. Sedangkan urusan menghub
Cedric mengajak tunangannya berjalan santai di taman kota. Sesungguhnya tujuannya mengajak jalan-jalan di taman bukan sekadar ingin berkencan. Tapi sekaligus ingin mengatakan hal sebenarnya mengenai penguntit yang memantau pergerakan mereka saat di Kafe tadi. Sepanjang jalan menelusuri taman kota, mereka saling bergandengan tangan erat. Di satu sisi bermaksud ingin bersandiwara di hadapan semua orang supaya mereka terlihat seperti sepasang kekasih sungguhan, di satu sisi lainnya Cedric bermaksud ingin melindungi sang tunangan dari penguntit atau siapa pun yang berani menyentuh tubuh sang tunangan. Karena hanya mereka berdua di area taman ini, Eleanor ingin mengungkapkan rasa ketakutannya selama di Kafe. Eleanor tidak ingin dirinya terus ketakutan. Bibir indahnya sedikit terangkat, akhirnya ingin membuka suaranya setelah beberapa menit terbungkam. “Cedric. Eleanor.” Keduanya saling memanggil serentak. “Kamu duluan saja.” Cedric berinisiatif mengalah. “Cedric, sebenarnya ada sesuat
Eleanor tersentak. Seketika tubuhnya hampir terjatuh ke belakang, Cedric berinisiatif menangkap punggung indah itu dengan lengan kekarnya. Eleanor menunduk malu, menyingkirkan helaian rambut panjang menutupi pandangan matanya. Pemuda yang sangat ia kenal sejak masa kuliah, bagaimana bisa setelah beberapa tahun berlalu, mereka dipertemukan kembali? Tentunya hal ini sangat tidak nyaman baginya sampai rasanya ingin memanfaatkan calon suaminya sekarang. Tubuh kekar Cedric begitu kokoh mampu menutupinya. Perlahan Eleanor bersembunyi tepat di belakang tubuh gagah itu, sengaja juga ia menutupi rasa kegelisahannya dengan wajah datar. Cedric menyadari situasi sekarang sangat tidak nyaman. Ia sangat peka dalam hal ini, apalagi berkaitan dengan masalah wanita pujaan hatinya. Baru mencoba memenangkan hati wanita manis ini, sudah dihadapi masalah baru lagi, meski ia tidak tahu apa yang telah terjadi sebenarnya. Hanya Eleanor yang mengetahui jawabannya. Pemuda itu tersenyum tipis. Melangkah per
Seketika Eleanor selesai menceritakan apa yang dialaminya beberapa tahun lalu, Cedric semakin mempererat pelukannya. Mendengar soal Eleanor sungguh bertekad tidak ingin menjalin hubungan asmara dengan siapa pun, Cedric semakin bersemangat ingin memperjuangkan memenangkan hati Eleanor sepenuhnya. Senyuman percaya diri terus terpampang pada wajah tampannya. Tangan kanannya lambat laun mengusap kepala lembut sang tunangan sambil mendaratkan kecupan manis di puncak kepala untuk menunjukkan rasa kasih sayangnya. Memang masih belum sebulan berjalan hubungan mereka. Cedric semakin tertarik dengan Eleanor dan semakin tidak sabar menanti pernikahannya yang akan berlangsung dua bulan kemudian. Bahkan ia sudah berasumsi dirinya sudah kalah dan pastinya akan melanggar semua aturan kontrak hubungan asmara mereka padahal belum tanda tangan secara resmi. “Terima kasih sudah menceritakannya padaku, Eleanor.” “Kamu jangan terlalu percaya diri dulu! Bagaimana kalau selama setahun aku masih belum
Sepanjang malam Eleanor tidak bisa tidur nyenyak setelah mendengar penjelasan sang pemilik toko buku mengenai Austin. Menurut sang pemilik toko buku, Austin yang akan menjadi tokoh ketiga atau bisa dikatakan akan menjadi penghancur kehidupan asmaranya bersama Cedric. Itulah alasan kenapa Eleanor tidak pernah memercayai satu pria pun, kecuali Cedric. Eleanor semakin ingin melekat dengan Cedric dan ingin melindunginya dari ancaman apa pun. Eleanor juga ingin membalas semua jasa baik yang diberikan Cedric untuknya. Sinar matahari akhirnya menyambut pagi hangat untuk Eleanor. Pagi hari kali ini sedikit berbeda dari biasanya. Tidak biasanya seseorang mengunjunginya di pagi hari. Bahkan ia tidak meminta asistennya melayaninya. Terpaksa Eleanor beranjak dari ranjang sambil merapikan penampilannya sangat kusut setiap kali bangun. Hanya berdurasi singkat merias dirinya, ia menghampiri pintu utama dan menyambut kedatangan tamu misterius yang mengganggu suasana pagi. Siapa sangka kalau yang
Jantung Eleanor hampir lepas. Rahangnya sampai kaku terbuka lebar dan bola matanya melotot. Sedangkan Cedric tertawa gemas sambil menggenggam tangan lembut sang tunangan. “Sudah kubilang, kamu dengarkan penjelasanku dulu. Sedangkan sekarang kamu sangat berlebihan.”Eleanor kembali memasang raut wajah serius, melipat kedua tangan di dada. “Cedric, menjadi seorang direktur bukan pekerjaan mudah. Persyaratan menjadi seorang direktur juga harus memiliki pendidikan yang tinggi. Memang sih aku lulusan sarjana dengan nilai cukup tinggi padahal tidak sempurna, tapi bukankah seharusnya kamu berpikir matang dulu?”“Iya, aku sudah memikirkan hal ini matang.” Cedric menyahut dengan polos. “Posisi itu tidak mudah dicapai semua orang. Biasanya kalau dalam drama yang aku tonton, posisi direktur itu pantas didapatkan untuk orang yang memiliki hubungan keluarga dan cerdas.”“Sebentar lagi kamu akan menjadi istriku. Sudah sepantasnya kamu mendapatkan posisi itu.”“Tapi Cedric, aku tidak mungkin menga
Sedangkan di sebuah gedung perkantoran elit, sosok orang misterius tampak dari belakang sedang menikmati minuman alkoholnya sambil menyaksikan sebuah berita di TV mengenai klarifikasi sang direktur dengan model terkenal. Reaksinya bukan marah, malahan masih tersenyum licik seperti iblis, menaruh gelas kaca di meja kerjanya dengan gaya angkuh. “Cukup mengejutkan berita klarifikasinya. Justru dia mempermudahku menyingkirkan kalian berdua sekaligus tanpa menguras tenaga.”Semenjak konferensi pers itu, semua kegiatan Eleanor dan Cedric kembali normal seperti semula. Mereka tidak perlu takut dengan berbagai reporter yang akan menyerang mereka karena skandal aneh. Bahkan bisa dikatakan, topik klarifikasi itu masih menjadi topik perbincangan hangat hingga pada detik ini. Tidak terasa waktu terus berjalan. Selain Cedric fokus dengan pekerjaannya di kantor, sekarang ia juga harus fokus mempersiapkan pernikahannya yang akan digelar dalam waktu dekat. Agendanya hari ini tidak terlalu sibuk,