Share

Dua

"Menjadi pembantu dan sekaligus pemuas nafsuku." 

Salsa menatap Bagas, tidak percaya.  Apakah pria yang dinikahinya 13 tahun yang lalu.  Sekarang menjadi maniak seks? 

"Mau atau tidak?  Jika kau keberatan bisa keluar dari apartemen ini." Tanya Bagas lagi. 

"Aku bersedia." Jawab Salsa. 

"Bagus,  sekarang aku bebaskan kamu dari tugas lain.  Istirahatlah,  kau bekerja mulai besok untukku.  Tapi,  ingat jangan libatkan perasaanmu dan jangan pernah berharap kita kembali bersama.  Ini hanya kontrak di atas kertas. Kau pembantuku dan aku majikanmu.  Mengerti?" Jelas Bagas. 

Salsa mengangguk. "Aku mengerti."

"Dan satu lagi,  jangan risih kalau aku membawa teman-temanku kesini." Ucap Bagas lalu pergi dari hadapan Salsa dan masuk kedalam kamarnya.  Ia membuka dasinya dan melepas kancing kemeja paling atas dua biji.  Ia merebahkan badannya di ranjang,  tatapannya mengarah kelangit-langit.  

Salsa duduk disisi ranjang,  ia hanya pembantu disini. Cinta Bagas bukan lagi untuknya.  Pria itu sudah berubah banyak setelah 10 tahun lamanya tidak bertemu. Bagas sudah menjadi pria kaya, bahkan melebihi dulu.  Menyesal? 

Tentu saja tidak,  buat apa disesali.  Cerai adalah keputusannya untuk terbebas dari Bagas yang mempunyai sifat egois dan ingin menang sendiri. 

Sepuluh tahun yang lalu,  ia memutuskan untuk menetap di New York dan bekerja di sini.  Karena selain uang yang didapatkannya lebih besar di banding di tanah air.  Ia jugaa sudah terbiasa disini. 

🙁🙁🙁

Bagas terbangun karena bau yang enak ini,  penciumannya menangkan harum masakan.  Ia bangun dan duduk diranjang, semalaman ia lupa berganti baju. Jadinya ia harus tidur dengan kemeja dan celana bahan.  Kalau dulu,  mungkin Salsa akan menggantikkannya baju ketika ia kelelahan.  

Memikirkan masa lalu tidak akan ada habisnya.  Bagas berjalan ke arah kamar mandi.  Membersihkan diri sebelum keluar untuk bertemu dengan wanita itu. 

Salsa menghidangkan masakan yang dulu sering ia buatkan untuk Bagas.  Ada ayam kecap,  sayur,  dan buah-buahan. Tiba-tiba saja Bagas datang dan menghampiri Salsa. 

"Sudah selesai?" Tanya Bagas di ambang pintu dapur. 

Salsa mengangguk.  "Sudah pak." Jawab Salsa. Lalu menghidangkan satu persatu dimeja makan. 

Bagas duduk disalah satu meja makan. "Kau juga ikut makan." Ucap Bagas. 

"Tidak pak,  aku bisa nanti." Ucap Salsa. 

"Aku bilang makan, ya makan!" Teriak Bagas. 

Salsa mengangguk dan duduk disalah satu kursi berhadapan dengan Bagas.  Rasa canggung meliputi keduanya.

"Ambilkan makanan untukku." Perintah Bagas. Salsa mengambilkan makanan untuk Bagas. "Kamu juga makan." 

Salsa mengangguk dan membawa makanan untuk dirinya sendiri. Mereka makan dalam keheningan,  ia rindu memanggil Bagas dengan sebutan suami.  Dulu pria itu begitu hangat,  hanya saja ketika usahanya bangkrut.  Sifat dia berubah.

Bagas selesai dengan makannnya, ia menatap Salsa yang makan seperti tidak nafsu dan sambil melamun. 

Brak!!! Bagas menggebrak meja. "kalau makan jangan sambil melamun!" Teriak Bagas.

Salsa Kaget. "Maaf."

"Cih,  aku sudah tidak selera makan satu meja denganmu lagi. Muka lesuh mu itu membuatku jijik makan dimeja dekat dengnmu.  Mulai sekarang kamu tidak boleh ada disaat aku makan dan panggil aku tuan.  Aku majikanmu,  kau harus ingat itu." Salsa mengangguk. 

Bagas berdiri. "Tu.. Tuan tidak melanjutkan makannya?" Tanya Salsa pelan dengan wajah yang menunduk. 

Bagas kembali dan mengangkat wajah Salsa.  "Gue sudah tidak nafsu.  Cuih" Ucap Bagas seraya meludah tepat diwajah Salsa. Lalu pergi masuk kedalam kamar. 

Salsa berjalan kearah dapur dan membersihkan mukannya dari ludah Bagas.  Pria itu benar-benar berubah bahkan lebih parah. Buat apa ia memikirkan Bagas,  dia juga tidak memikirkan perasaannya.  

Salsa membereskan meja makan dan mencuci semua piring dan peralatan kotor.  Selesai itu,  ia menyapu dan mengepel lantai. Terdengar suara pintu yang terbuka dan ternyata Bagas keluar dari kamar dengan balutan jas. Dia duduk di salah satu sofa.

"Bawakan aku sepatu." Perintah Bagas. 

Salsa dengan cepat mengambil sepatu dan menyimpannya di dekat kaki Bagas. "Ini pak."

"Pakaikan!" Ucap Bagas. 

Salsa mengangguk dan memakaikan sepatu satu persatu ke kaki Bagas serta tidak lupa dengan kaus kakinya.  

"Aku mau berangkat dan kamu tidak boleh kemana-mana,  aku tidak ingin saat pulang kamu tidak ada di apartemen." Perintah Bagas. 

Salsa mengangguk.  "Iya tuan."

Bagas merogoh sakunya dan melepar beberapa uang lembar dollar ke wajah Salsa.  "Gunakan uang itu untuk perawatanmu dan jangan lupa gunakan KB yang paling bagus.  Aku tidak ingin memiliki anak dari dirimu.  Aku juga tidak ingin melakukan sex dengan wanita yang tidak becus merawat dirinya sendiri." Ucap Bagas,  laku keluar dari apartemen.

Ucapan Bagas,  membuat hatinya sakit. Ia tau kalau wajahnya tidak sebagus dan secantik dulu saat uang banyak dan perawatan kulit pun rutin. Sekarang dirinya hanya wanita miskin dan seorang janda. 

Salsa memungut uang-uang itu dan menyimpannya di atas meja.  Uang yang dilempar Bagas lumayan banyak.  Ia akan gunakan semua itu dengan maksimal mungkin.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status