Salsa pergi keluar dari apartemen, hari ini ia akan membeli beberapa kebutuhan untuk memasak dan untuk mencuci pakaian. Supermarketnya tidak jauh dari apartemen, mengingat apartemen milik Bagas berada di tengah kota. Dan ia juga membeli beberapa keperluan untuk kulit, rambut dan wajahnya. Bukan Make-up tapi perawatan saja. Ia tidak ingin mengecewakan Bagas.
Sesampainya dirumah, ia melihat Sazkia duduk di sofa dengan gelas berisi soda ditangannnya.
"Hai." Ucap Sazkia.
Salsa tersenyum. "Sebentar aku akan menyimpan ini dulu." Ucap Salsa.
"Tidak usah terburu-buru." Ucap Sazkia.
Salsa menyimpan semua belanjaannya di meja dapur. Lalu membawa beberapa cemilan untuk Sazkia.
"Ada apa bu Sazkia?" Tanya Salsa.
Sazkia tersenyum lalu menyimpan gelas itu di meja. "Saya hanya memastikan kalau kamu tidak akan kabur dari sini. Kau sudah bertemu dengan pak Bagas kan?" Tanya Sazkia.
"Sudah." Jawab Salsa.
"Ada hubungan apa kamu dengan Bagas? Kenapa kemarin Bagas minta kamu dipecat? Apakah kamu tidak bisa memuaskannya? Atau kamu melakukan hal yang tidak dia suka?" Tanya Sazkia beruntun.
"Aku tidak melakukan apa pun, dan aku baru pertama kali bertemu dengan Pak Bagas. Mungkin suasana hati Pak Bagas sedang tidak baik kemarin. Karena tanpa sengaja aku menjatuhkan piring sampai pecah." Jawab Salsa.
Sazkia mengangguk. "Lain kali, jangan ceroboh. Pak Bagas tidak mentoleri orang yang ceroboh Salsa. Dan semoga kamu betah, saya harus kembali ke kantor. Sebelum Pak Bagas mencari saya." Ucap Sazkia, lalu berdiri.
"Tunggu." Ucap Salsa.
Sazkia menatap Salsa. "Ada apa? Kau memerlukan sesuatu?" Tanya Sazkia.
"Bolehkah, dalam satu minggu aku mendapatkan hari bebas? Maksudnya dimana aku tidak bekerja. Hanya sehari saja." Tanya Salsa.
"Saya tidak bisa menjawab pertanyaanmu itu. Yang bisa menjawabnya hanya pak Bagas. Mungkin, setelah sampai di kantor saya akan mencoba bernegosiasi dengannya. Semoga dia dengan berbaik hati memperbolehkanmu pergi walau sebentar saja." Jawab Sazkia.
"Aku sangat berharap." Ucap Salsa.
"Iya sudah, saya ke kantor dulu." Ucap Sazkia keluar dari apartemen.
Uang yang diberikan Sazkia kemarin sebagai gajinya. Sudah di transfer oleh Salsa kepada adiknya.
"Lebih baik aku memasak." Ucap Salsa.
😣😣😣
"Darimana kau? Jan segini baru sampai kantor?" Tanya Bagas, Sazkia sudah berada di ruangan Bagas.
Sazkia tersenyum manja. "Aku habis bertemu pembantumu." Jawab Sazkia.
Bagas mengangkat alisnya. "Jangan macam-macam dengan dia." Ancam Bagas.
Sazkia menghampiri Bagas dan duduk di pangkuan Sang bos. "Kenapa? Kelihatannya pria itu spesial untukmu." Tanya sazkia seraya memainkan dasi Bagas.
"Dia tidak spesial, dia lebih rendah dari sampah." Jawab Bagas.
"Apakah dia mempunyai hubungan spesial dengamu? Dimasa lalu?" Tanya Sazkia lagi.
"Jangan ikut campur!" Teriak Bagas.
Sazkia mengusap dada bidang Bagas. "Kalem boss, Saya hanya bercanda. Bagaimana kalau kita bermain satu ronde?" Goda Sazkia.
"Boleh, masuklah dulu kedalam kamar persiapakan dirimu. Buat lah bawahmu basah sebelum aku masuk kedalam kamar. Saya ingin langsung memasukimu dengan cepat dan tanpa jeda." Ucap Bagas.
"Baiklah." Ucap Sazkia berdiri dan masuk kedalam kamar diruangan Bagas. Bokong Sazkia menggoda Bagas.
"Aku akan memukul dan mengigit bokongnya." Ucap Bagas, lalu membereskan semua berkas-berkasnya yang belum ia kerjakan sebelum masuk kedalam kamar dan memasuki Sazkia.
Salsa, satu nama yang dingatnya sekarang. Ia akan menghubungi dulu wanita itu. Bagas mengambil teleponnya dan menghubungi telepon apartemen.
"Halo." Ucap salsa.
"Sedang apa kamu?" Tanya Bagas.
"Aku sedang membersihkan kamar tuan." Jawab Salsa.
"Bersihkan dengan benar. Dan jangan kamu biarkan orang asing masuk kedalam apartemenku. Apalagi kekasihmu." Perintah Bagas.
"Aku tidak punya kekasih tuan." Ucap Salsa.
Bagas menghelas nafas lega. "Saya tidak bertanya." Ucap Bagas lalu menutup teleponnya.
***
(WARNING! MUNGKIN ADA ADEGAN YANG TIDAK ENAK. INI HANYA CERITA JADI JANGAN BAPER YA. KALAU TIDAK SUKA MAKA HEMPASKAN SAJA TINGGALKAN TANPA JEJAK!)
Malam hari, pukul delapan. Salsa menunggu kedatangan Bagas yang belum pulang. Ia menghidupkan televisi seraya menunggu kehadiran sang majikan. Namun, hingga jam menunjukan angka sembilan. Bagas belum juga pulang. Kemana majikannya itu? Tidak lama kemudian matanya terpejam dan tertidur di sofa ruang tamu.
"BANGUN!!! JALANG BANGUN!"Teriak Bagas dengan mata merah, mulut bau alkohol dan baju yang sudah tidak rapih lagi.
Salsa terbangun karena badannya diguncang begitu kasar. Matanya langsung menangkap raut wajah Bagas yang tidak bersahabat. "Tu.. Tuan." Ucap Salsa terbata.
Bagas mendorong Salsa sampai terjatuh ke lantai. "Kau tidur diatas sofa mahalku! Lain kali jangan pernah tertidur di sofa. Kalau kamu mau menungguku pulang, tidurlah di lantai!" Teriak Bagas dengan mata yang merem melek.
Salsa mencoba duduk. "Baik tuan. Maafkan aku yang sudah lancang." Ucap Salsa.
"CUIH!" Bagas meludahi wajah Salsa. "Jalang sepertimu pantas diperlakukan seperti ini. Sekarang ikut aku!" Bagas menarik rambut Salsa dan membawanya kedalam kamar.
Salsa menahan tangan Bagas agar tidak terlalu keras menarik rambutnya. Ia sangat kesakitan. Apalagi harus berjalan terseret-seret. Sedikit aja lama, rambutnya mungkin akan rontok dan kepalanya akan Botak karena ditarik begitu kuat oleh Bagas.
"Tuann pelan, Kepalaku sakit." Ucap Salsa. Untung saja mereka sudah sampai di kamar Bagas. Mantan suaminya itu melempar dirinya hingga membentur ranjang.
Salsa mengusap kepalanya yang terbentur. "Aww." Sepertinya kepalanya akan benjol.
Bagas membuka satu persatu bajunya, hingga telanjang tanpa pakaian apa pun. Ia menatap Salsa yang ketakutan. Bagas menarik pakaian Salsa dan merobeknya.
"Tu.. Tuan sedang mabuk! Tuan sadarlah!" Ucap salsa mencoba membangunkan Bagaa dari kekerasan yang dibuat olehnya.
"Gue Sadar Bego! Alkohol tidak mampu membuatku mabuk." Bagas menarik Salsa dan menyurunya menungging di lantai. Tangan kirinya menarik rambut Salsa hingga wajah wanita itu tanggah.
Tangan kanan Bagas digunakan untuk memasuki Juniornya kedalam milik salsa. Tanpa proreplay, Bagas mempompa miliknya dengan kasar dan keras hingga Salsa menjerit kesakitan. Pasalnya Salsa belum siap.
"SAKIT!!" Teriak Salsa.
Bagas memukul punggung Salsa sampai memerah. "Teriak sesuka hatimu Jalang! Tidak akan ada yang mendengarmu. Hanya ada kamu dan aku disini." ucap Bagas.
Salsa menangis. Vaginanya sakit, badannya juga. Terutama hatinya yang merasa tersakiti lebih parah dari anggota tubuhnya.
***
Pagi hari jam tujuh, Bagas terbangun dari tidurnya. Kepalanya pening, ia tidak begitu mengingat apa yang terjadi saat pulang dari diskotik bersama temannya dodi. Yang ia ingat, ia masuk kedalam apartemen dan menemui Salsa yang sedang tidur. Selebihnya tidak ingat.
Bagas mengedarkan padangannya keseluruh penjuru kamar. Ia turun dari ranjang dan masuk kedalam kamar mandi dengan keadaan telanjang. Ia tidak heran kalau bajunya tidak melekat pada tubuhnya. Karena memang Bagas selalu tidur tanpa pakaian hanya ditutupi oleh selimut.
Setelah berpakaian dengan rapih, Bagas turun dan tidak mendapati Salsa dimana pun. Hanya ada secarik kertas di meja makan.
'Tuan, sarapannya telah aku siapkan. Maaf kalau aku tidak ada di apartemen. Aku sedang membeli beberapa kebutuhan rumah.' Pesan Salsa.
Bagas meremukkan kertaa itu dan melemparnya ke tong sampah. Ia membuka tudung saji itu dan memakan semua yang di hidangkan oleh Pembantunya itu. Rasanya ia lapar sekali, seperti habis melakukan sesuatu yang membutuhkan tenaga besar. Mungkin akibat alkohol yang terlalu banyak. Membuat energinya terkuras habis.
***
Salsa pagi ini berada di klinik, ia sengaja pergi pagi sekali. Sebelum Bagas terbangun, ia tidak ingin bertemu dengan pria kasar itu lagi. Pada saat bangun, vaginanya sakit dan sepertinya bengkak.
"Selamat pagi." Ucap Dokter.
"Pagi dok." Ucap Salsa.
"Ada keluhan apa nyonya Salsa?" Tanya Dokter cantik itu dengan senyuman.
"Vagina saya terasa sakit dok." Jawab Salsa.
"Apakah nyonya melakukan hubungan seksual dengan brutal?" Tanya Dokter lagi.
Salsa menggeleng dan mengangguk secara bergantian. "Tidak bisa dikatergorikan brutal dok, hanya saja suami saya sedang marah pada saya. Mungkin dia melakukannya sedikit kasar dan saat saya tidak siap." Jawab Salsa.
"Kalau begitu, Saya akan meresepkan salep saja ya untuk meredakan rasa sakit. Mungkin lain kali, jangan melakukan hubungan seksual tanpa proreplay karena itu akan menyakitu keduanya. Tidak hanya nyonya, suami juga akan sakit ketika memasuki vagina." Anjur Dokter.
"Baik dok."
"Dimana Salsa?" Tanya Bagas kepada Renata dan Luis yang sedang berada di depan rumah, lebih tepatnya di teras."Dia ada di kamarnya, katanya sedikit lelah dan pusing." Jawab Luis.Rendy menatap Bagas. "Ayah, aku mau disini saja sama kak Renata. Aku mau main mobil-mobilan." Ucap Rendy.Luis berdiri dan menghalangi Rendy yang ingin memegang tangan Renata. "Lebih baik sama Kak Luis, kak Renata tidak bisa main mobil-mobilan." Ucap Luis."Apaan sih om?! Aku maunya sama kak Renata." Ucap Rendy seraya menatap Luis tajam dan garang."Ayolah, ayo ayo." Luis menggandeng bahu Rendy dan membuka kardus mainan. Bagas berlari masuk kedalam dan masuk kedalam kamar yang ada Salsa didalamnya. Ia melihat Salsa sedang tertidur nyenyak di ranjang besar. Ia berjalan dan duduk di sisi ranjang."Aku mencintaimu lebih dari apa pun. Ternyata selama 10 tahun kebencian yang tidak berarti ini, tid
Keesokan harinya, Delina seperti mendapatkan tamparan keras beberapa kali. Keadaan rumah hening tanpa ada siapa pun. Walau pun memang dari dulu anak-anaknya sudah tidak tinggal disini semenjak memiliki usaha sendiri-sendiri. Namun, kali ini berbeda. Suasananya berbanding terbalik sekali. Atmosfer nya berbeda."Ini semua salahmu! Sudah aku katakan, biarkan mereka memilih jalannya masing-masing. Dan kamu hanya mementingkan ego dan dendammu. Anak-anak bagiku berharga sekali. Cintaku padamu saja akan terkikis jika anak-anak pergi meninggalkanku." Marah Akas.Delina terduduk lemas di sofa. Dihadapannya ada beberapa kartu kredit, debit, dan kunci mobil. Semuanya pemberian darinya untuk anak-anaknya dulu."Maafkan aku." Ucap Delina."Sudah sadar kamu?!" Tanya Akas.Delina mengangguk. "Maafkan aku, tetapi aku sulit untuk menghilangkan rasa sakit ini dan dendam." Jawab Delina sedi
Kini Salsa berada dikamar bersama anaknya, Rendy. Anak itu sedang mamainkan gadget yang baru saja dibelikan oleh Bagas. Pria itu tidak tanggung-tanggung, langsung membelikan iPhone 11 Pro Max 64GB. Ia ngiler, anaknya diberi hp yang begitu mahal. Sedangkan ia hanya memakai hp biasa aja. Ah apaan sih!Ceklek.. Bagas masuk kedalam kamar, dan duduk disebelah Rendy. Salsa berpura-pura tidak memperhatikan Bagas yang baru saja masuk."Anak ayah main hp terus." Ucap Bagas seraya mengusap kepala Rendy.Rendy menjauh dan memeluk Salsa, ia menyusupkan kepalanya dalam pelukan mamahnya."Om itu jahat." Bisik Rendy, ia melemparkan hp iPhonenya ke lantai.Salsa menatap Bagas. "Kenapa? Apa yang dia lakukan?" Tanya Salsa.Rendy menggelengkan kepalanya tidak ingin berbicara. "Dia jahat." Jawab Rendy.Salsa menatap Bagas tidak suka. "Apa yang kamu lakukan kepada Rendy? Dia membencimu." Tanya Salsa.
Soraya pamit pulang, ketika berbincang sebentar bersama Salsa dan Bagas. Dimata Bagas dan Salsa, Soraya adalah wanita yang ramah, baik, dan sopan. Tidak terlihat wajah Jahatnya sama sekali. Mungkin dari awal hanya pikirannya saja yang sudah menuduh yang tidak-tidak."Salsa, malam ini kamu tidur disini ya bersamaku." Ucap Bagas.Tubuh Salsa menegang. "Satu kamar?" Tanya Salsa."Kamu memang mau satu kamar denganku?" Tanya Bagas balik.Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku akan tidur bersama Rendy." Jawab Salsa, seraya berdiri dan membawa gelas serta makanan itu kedapur."Padahal aku mau tidur sekamar denganmu." Gumam Bagas.Delina keluar dari kamar dan menghampiri Bagas yang sedang duduk diruang tamu. "Bagaimana dengan Soraya?" Tanya Delina.Bagas mengkerutkan dahinya. "Bagaimana apanya mom?" Tanya Bagas tidak mengerti."Kamu tertarik padanya? Dia wanita
Bagas dan Salsa mengunjungi kediaman orangtua Bagas. Ada mobil daddy nya yang terparkir di depan rumah. Mereka keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Kalau ada daddynya, mommy tidak bisa menyakiti Rendy."Mom Dad!" teriak Bagas, "Kamu duduk diruang tamu sementara aku mencari Rendy." Salsa mengangguk.Bagas mencari Rendy di semua kamar yang ada di rumah orangtuanya ini. Dan ternyata Rendy ada dikamar tamu bersama Daddynya. Anaknya sedang tertidur dikamar.Akas melihat kedatangan Bagas, ia mengarahkan tangannya ke Bagas agar tidak berisik. Ia turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar. Ditutupnya pintu dengan hati-hati."Ada apa?" Tanya Akas."Aku dan Salsa mencari Rendy, takut terjadi apa-apa padanya dad. Dan ternyata dia baik-baik saja bersama Daddy disini. Mana mommy?" Tanyanya."Mom lagi pergi bersama seseorang, entahla sekarang Dad tidak peduli mommy mu mau pergi deng
Salsa sudah makan dan ia disuapi oleh Bagas, pria itu memanjakan dirinya. Dan ia sekarang baru saja beres mandi, Bagas sedang mengurus pekerjaannya dulu sebelum pergi dengannya bertemu Rendy.Ia melihat-lihat kamar Bagas, dan membuka satu persatu lemari dikamar ini. Ada satu kotak merah yang ia temukan dilemari baju Bagas. Ia membawanya ke ranjang dan membuka kotak itu.Ternyata kotak itu berisikan surat-surat penting seperti surat buku nikah dengannya dulu, surat perceraian pun ada, dan banyak foto-foto dirinya dan Bagas. Mengingat masa seperti ini, ia merindukan hari itu. Dimana cinta dan sayangnya Bagas melimpah dan dicurahkan kepadanya. Namun, seiring berjalannya waktu. Cinta itu memudar oleh keegoisan masing-masing. Menjalankan rumah tangga tidak segampang yang dipikirkan, kita bisa gagal kalau tidak benar-benar membangun keluarga yang penuh kejujuran, saling sayang, setia, dan hilangkan