Home / Romansa / My Possessive Bodyguard Matteo / 3. Terbangun dalam keadaan tanpa busana

Share

3. Terbangun dalam keadaan tanpa busana

Author: Yeny Yuliana
last update Last Updated: 2024-03-10 05:16:13

"Bastard!" geram Matteo saat mendapati tubuhnya terjerembab di atas lantai tanpa menyadari siapa pelaku yang mendorongnya.

Pria 32 tahun itu berjalan gontai menuju ke sebuah ranjang, karena dalam keadaan mabuk berat pun dia tau bahwa berbaring di ranjang jauh lebih nyaman dari pada di atas lantai yang dingin.

Dibawah pengaruh psikedelik yang Adrian masukkan ke dalam minumannya, menjadikan Matteo berhalusinasi dan mulai bereuforia saat melihat gadis yang dia sukai terlelap di atas ranjang hanya menggunakan pakaian dalam, sementara gaun indah yang melekat pada tubuhnya tergeletak di atas lantai.

"Ah, Luna, aku nyaris berpikir bahwa harapanku akan pupus malam ini." gumam Matteo sembari menyentuh pipi Luna yang sehalus porseline cina. "Ternyata aku salah, kau datang dan menyerahkan tubuhmu sepenuhnya padaku! Sekarang aku sadar, cintaku tidak bertepuk sebelah tangan!"

Dalam halusinasinya, Matteo melihat Luna seolah sangat berhasrat padanya, sehingga ia pun tertawa renyah karenannya.

"Baiklah, Look at this, Baby," gumamnya sembari melepaskan pakaian yang melekat pada tubuh, sebelum ahirnya mencumbu tubuh terlelap Luna yang dalam halusinasinya gadis itu melenguh kenikmatan dengan segala sentuhan yang Matteo beri.

"Aku harap ini bukan mimpi." gumam Matteo lagi dengan suara seraknya.

Pria itu melepas celana dalam renda yang menutupi bagian tubuh paling sensitif Luna.

"I will do my best, love, ku harap kau masih perawan." ucap Matteo sebelum akhirnya menghujamkan kejantanannya yang telah menegang pada bagian tubuh sensitif Luna yang semula tertutup oleh celana dalam renda.

...................................

Semua tamu undangan dibuat bertanya-tanya atas ketidakadiran Luna di panggung pertunangannya. Hal tersebut tentunya memancing kepanikan Alexander yang mulai mengkhawatirkan keadaan putri kesayangannya.

Luna pernah berkata padanya bahwa dia sangat menantikan hari pertunangan itu, mustahil jika Luna dengan sengaja menghilang di malam pertunangannya.

Tidak jauh dari tempat Alexander berdiri, Adrian berpura-pura bergerak gelisah sebagaimana yang Alexander lakukan.

"Paman, dimana Luna? Bukankah seharusnya dia sudah ada di sini? Waktu dimulainya acara bahkan telah lewat 20 menit, tetapi Luna belum juga muncul." ucap Adrian sembari menarik siku untuk melihat jam yang melingkar di tangan dan memainkan mimik wajahnya agar terlihat segelisah mungkin untuk menutupi perbuatan busuknya.

Alex yang bisa memahami kegelisahan Adrian hanya bisa menarik nafas dalam sebelum menghembuskannya perlahan.

"Kita tunggu dulu sebentar, aku yakin Luna pasti segera datang dan acara dapat segera dimulai." ucap Alexander berusaha menenangkan diri Adrian.

Sederet pertanyaan memenuhi benak pria paruh baya itu. Apa yang sedang menimpa Luna, sehingga putri kesayangannya itu tidak hunjung turun ke hall? Bukankah dia sangat menanti acara malam ini?

Kemunculan seorang pelayan bernama Greta di tengah kegelisahan yang Alex alami seketika mencuri perhatian Alex dan beberapa orang yang ada di sana, termasuk kedua orang tua Adrian.

"Maaf, Tuan, sepertinya Nona Luna berada di koridor kamar pembantu. Tadi saya melihat Nona berjalan di sana." ucap pelayan itu dengan kesaksian palsu, sesuai dengan arahan Emily.

"Benarkah?" tanya Alex tak percaya.

Untuk apa Luna berada di koridor kamar pembantu? Setahunya putri kesayangannya tersebut tidak akrab dengan salah satu pelayan yang ada di sana. Batin Alex bertanya.

Hal itu tentu saja memancing kejanggalan dalam benak Alex.

Diikuti oleh Rosaline-istri keduanya, Adrian, Emily dan beberapa pelayan yang ada di sana, Alex berjalan menuju koridor kamar pembantu untuk mencari keberadaan putrinya. Rombongan berpencar membuka satu persatu pintu yang berada di sepanjang koridor kamar pembantu.

"Tuan, lihat apa yang saya temukan!" teriak salah satu pelayan dengan gesture terkejut, sehingga Alex dengan cepat melangkah ke arah kamar yang memancing keterkejutan pekerjanya.

Diam-diam Emily dan Adrian saling menatap dan tersenyum, upaya mereka untuk bersama akan segera terwujud, tanpa mempedulikan nasib Luna dan Matteo setelahnya.

Mata Alex terbuka lebar sementara salah satu tangannya memegang dada. Jantungnya terasa berdenyut nyeri di bawah telapak tangan, melihat penemuan memalukan yang juga dilihat oleh beberapa pelayan dan Adrian yang merupakan calon tunangan Luna.

"Apa yang sudah dia lakukan?" geram Adrian, berpura-pura marah dengan kondisi Luna yang berada di atas satu ranjang dengan Matteo tanpa sehelai kain menutupi tubuh keduanya.

Alex hanya dapat menarik nafas dalam untuk menelan segala kekecewaan atas perbuatan Luna yang mencoreng wajahnya. Pria paruh baya itu tidak dapat lagi berkata-kata untuk menyangkal, bukti terpampang jelas di depan mata, putri kesayangannya melakukan hal tak senonoh dengan bodyguard yang sangat dia percaya selama dua tahun terahir.

Untuk sesaat mata Alex terpejam dan menarik nafas dalam. Kejadian sehari yang lalu, di mana Luna mengadukan ketidak sukaannya atas keberadaan bodyguard yang dia percaya untuk menjaga putrinya tersebut membuat pelipisnya berdenyut.

'Drama apa yang sebenarnya ingin kau tunjukkan kepada ayah, Luna.' batin batin Alex dalam hati sembari meringis. Jantungnya terasa diiris oleh penghiantan yang Luna dan Matteo lakukan.

Rosaline yang juga sudah tahu rencana busuk Adrian dan Emily menyentuh punggung suaminya lalu berkata,"Seperti itukah kelakuan putri kesayanganmu, Alex?" lirih Rosaline sembari mengerling jijik ke arah Luna dan Matteo yang berbaring di atas ranjang. "Selama ini kau terlalu memanjakannya dan hanya sedikit menaruh perhatian pada Emily. Dan, ya, sekarang kau lihat dengan mata kepalamu sendiri. Bahwa anak yang paling mengecewakanmu justru anak kesayanganmu."

Ucapan Rosaline semakin menyalakan bara amarah Alex terhadap Luna, membuat kedua tangan Alex terkepal di samping tubuh, sementara wajah pria itu mengetat.

"Keluar kalian semua dari ruangan ini, dan jangan berusaha membangunkan mereka. Aku sendiri yang akan menginterogasi mereka begitu mereka bangun dari tidur." ucap Alex dengan suara datar, namun berhasil membuat semua orang yang ada di sana satu persatu meninggalkan ruangan tersebut.

Karena kekecewaan yang mendalam, Alex memilih untuk membiarkan Luna dan Matteo tetap berada di posisi semula. Pria itu hanya berpikir bahwa putrinya dan Matteo hanya tertidur lelap setelah melakukan aktivitas panas mereka, dia tidak tahu bahwa sebenarnya Luna dan Matteo berada di bawah kendali obat-obatan tertentu yang menjadikan keduanya tidak sadar kan diri.

Sebelum benar-benar beranjak dari ruangan tersebut, Adrian membidik kamera ponselnya ke arah Matteo dan Luna, sebelum akhirnya seringai tipis terbit dari wajahnya dan memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku celananya.

.............................................

"Kyaaaaa!" jerit Luna terkejut saat mendapati dia terbangun dalam keadaan tanpa busana bersama Matteo.

Matteo yang merasa terusik dengan jeritan Luna perlahan mengerjabkan mata, dan seketika itu juga pria itu menjerit saat mendapati tubuhnya dan gadis itu tanpa busana.

"Apa yang sudah kau lakukan, pervert!" Luna menutupi tubuhnya dengan gaun pertunangannya yang semula tergeletak di atas lantai.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Matteo balik bertanya yang seketika itu berbalas tamparan keras di salah satu sisi wajahnya.

"Jangan pura-pura bodoh Matteo, aku tahu bahwa kau sebenarnya adalah pria yang sangat licik!" ucap Luna dengan suara bergetar, air mata yang semula menggenangi kedua matanya kini telah luruh melintasi pipi.

Matteo berusaha mengingat-ingat apa yang telah membawanya berada dalam satu ranjang dengan Luna, namun sekeras apapun dia mengingat, tetap saja dia tidak menemukan ingatan bahwa dia memasuki ruangan tersebut bersama Luna.

Jeritan yang berasal dari koridor kamar pembantu menyadarkan para penghuni kamar yang berada di sekitar kamar yang Luna tempati saat ini.

Segera salah satu dari mereka melaporkan kepada Alex.

Tak berselang lama, pintu ruangan diketuk yang seketika membuat Luna dan Matteo menatap ke arah sumber suara.

"Siapa di luar?" sahut Luna.

"Saya Donna, Nona. Tuan menyuruh Anda dan Matteo menemuinya di ruang tamu."

Seketika nafas Luna tercekat, dia merasakan sebuah firasat buruk. Akankah Alex memanggilnya dan Matteo terkait peristiwa memalukan yang dia alami saat ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Possessive Bodyguard Matteo   72. Kabar duka atau kabar bahagia?

    Luna memang memukili tubuhnya. Tapi entah mengapa Emily merasakan kebas akan pukulan itu. 'Bagaimana kalau pria tua itu meninggal? Bukankah itu artinya Luna akan mengambil alih rumah dan semua harta Alexander yang masih tersisa? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Emily menjerit pilu. Gadis itu bahkan menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangan. Dia tahu, Matteo tentu akan mambantu Luna untuk kembali mengambil alih rumah Alxander jika pria itu meninggal. Melihat kekayaan keluarga Matteo yang terdiri dari orang-orang terpandang dan berpengaruh tentu saja menyingkirkan Emily dan Rosaline adalah hal sangat mudah. Matteo menarik napas dalam sebelum mengunci tubuh Luna dengan kedua tangan kekarnya. "Kau tak perlu melakukannya. Aku sudah menyiapkan orang-orangku untuk mengatasi mereka, Sayang," bujuk Matteo seraya membopong Luna menjauh. Luna berusaha meronta sekuat tenaga dan berteriak histeris. Ingin rasanya dia menghabisi Emily saat itu juga. "Luna, ku mohon tenanglah. Ingat

  • My Possessive Bodyguard Matteo   71. Belum pusakah?

    Seketika Rosaline dan Emily menatap Matteo dengan mata bergetar. Niat mereka untuk menenangkan pikiran sejenak dengan menghadiri tempat indah-Villa d'Este jusru membuatnya merasakan sensasi seakan-akan itu adalah akhir dari kehidupan mereka. 'Scandal? Apakah maksud Matteo mengundang Greta di acara ini untuk ...' batin Emily sembari bergidik. Gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangan sembari menunduk. Dia tidak ingin mendengar percakapan yang menyudutkannya setelah ini. Alessia mengangguk pelan, masih mengipas lehernya dengan kipas lipat berwarna merah yang selalu dia bawa. "Tentu saja Ibu ingin melihat seperti apa bentuk para kera itu," sungut Alessia dengan emosi berapi-api. "Mereka berdualah, orangnya, Ibu." Matteo menunjuk Emily dan Rosaline. Berbanding terbalik dengan Emily yang pasrah akan keadaan berikutnya sehingga gadis itu menunduk, Rosaline justru mengetakan rahang dan berusaha menyangkal. "Bagaimana kau yakin kalau kami yang melakukannya!" bentak Rosaline, k

  • My Possessive Bodyguard Matteo   70. Balas budi

    "Bukankah, itu Nico, mantan pacar Anda, Nona Emily?" pertanyaan dari seseorang yang duduk di belakangnya seketika membuat Emily dan Rosaline menoleh. Dia merasa tidak asing dengan suara itu. "Greta ... kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Emily dan Rosaline nyaris bersamaan. Ibu dan anak tersebut tampak heran melihat keberadaan Greta dan ibunya-Grace berada di acara yang sama. Grace yang tampak payah karena kondisi kesehatannya itu bahkan menghadiri acara pernikahan Luna menggunakan kursi roda. Greta tersenyum. "Anda tak perlu heran, Nona. Tuan Matteo yang mengundangku di acara pernikahannya." Seketika Rosaline dan Emily menautkan alisnya seakan tak percaya dengan jawaban Greta. Dari sekian banyak pelayan di kediaman Alexander Winterbourne, Matteo hanya mengundang Greta. Emily memiliki firasat bahwa hal buruk akan segera terjadi. "Kalian," panggil Greta yang merujuk pada Emily dan Rosaline yang masih tercenung menatap dirinya dan ibunya. "berhenti menatapku seperti itu. Lebi

  • My Possessive Bodyguard Matteo   69. Bunga pengantin

    Alexander berjalan keluar rumah saat seorang pelayan mengatakan bahwa seseorang yang mengaku sebagai utusan Matteo untuk menjemputnya sudah datang. Pria itu berjalan keluar dengan koper berisi barang yang dia perlukan, diikuti Emily dan Rosaline yang dia abaikan beberapa hari ini. Rosaline menatap seorang pria berbadan tinggi besar dengan rambut ikal yang baru saja keluar dari sebuah Rolls Royche Phantom. Seketika perempuan paruh baya itu menyikut lengan Emily. "Apa menurutmu pemuda itu memiliki hubungan saudara dengan Matteo?" tanya Rosaline dengan berbisik. Dia berpikir untuk membuat anak gadisnya menggait hati pria tersebut kalau saja pria itu kaya raya seperti Matteo. Emily mencuri lihat dari balik tubuh ayah tirinya untuk melihat siapa pria yang dimaksud ibunya. "Itu Stefano, aku berpikir kalau dia adalah anak buah Matteo, Bu," jawab Emily, mengingat sebelum Matteo mengakui siapa dirinya, Stefanolah yang melakukan tugas CEO di Magnolia spring Resort. 'Bawahan Matteo ... meng

  • My Possessive Bodyguard Matteo   68. Alasan Matteo

    "Tutup mulutmu, Rosaline!" bentak Alexander yang seketika membungkam mulut Rosaline. Membuat wanita paruh baya itu kembali tersadar dengan kemarahan Alex yang diakibatkan oleh ulah Emily. Wanita paruh baya itu pun bersikap lebih tahu diri untuk saat ini. Melihat keberanian dan kewibawaan yang terpancar nyata pada diri Matteo membuat Alex ingin mendengar lebih banyak apa yang hendak Matteo sampaikan. "Lanjutkan," pinta Alex. "Begini, Tuan. Dalam satu pekan ke depan, saya dan putri Anda akan melangsungkan pernikahan. Kiranya Tuan bersedia menghadiri acara pernikahan kami." Matteo berucap lugas. Luna menatap kagum pada Matteo yang dengan tenang mengatakan maksud kedatangannya ke rumah itu. Dadanya dipenuhi rasa hangat mendengar suara menenangkan Matteo, sehingga muncul keberanian Luna untuk berbicara kepada Alex. "Benar. Kami akan segera menikah. Kami harap Ayah merestui dan sudi untuk datang ke acara pernikahan kami." Rosaline yang berpikir bahwa Luna terlalu naif tertawa ker

  • My Possessive Bodyguard Matteo   67. Matteo Vicenzo

    Seketika ucapan yang keluar dari bibir Adrian memantik amarah Rosaline dan Alexander. "Apa maksudmu tidak mungkin?" tanya Alex dengan rahang mengetat. Pria paruh baya itu yakin bahwa Adeia adalah satu-satunya pemuda yang menjalin kedekatan dengan anak tirinya. Adrian tertawa hambar. Tampak sekali dia sedang mentertawakan semua orang yang ada di ruang tamu itu. "Bagaimana mungkin dia hamil anakku, sedangkan aku selalu membuang sepermaku di wajah dan mulutnya. Itu semua aku lakukan semata-mata agar dia tidak hamil. Aku bahkan tidak mencintai Emily, Tuan Alex yang terhormat," jawab Adrian sembari tersenyum miring. Seketika ulu hati Emily terasa sakit, rasa sesak memenuhi dadanya. Sesaat dia lupa bagaimana cara bernapas. "Adrian ..." lirih Emily dengan suara parau, air mata menggenangi kedua matanya. "Jadi selama ini kau ..." Adrian menoleh ke arah Emily dan menatap gadis itu dengan sorot mata penuh amarah. "Aku apa? Hanya menjadikanmu pelampiasan nafsuku? Harusnya kau ingat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status