Beranda / Romansa / My Possessive Bodyguard Matteo / 2. Dijebak saat malam pertunangan

Share

2. Dijebak saat malam pertunangan

Penulis: Yeny Yuliana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-09 20:04:33

"Apa yang membuat wajahmu babak belur begitu?" tanya Emily saat mendapati wajah Adrian memar.

"Bodyguard bodoh Luna menghajarku tanpa sebab." jawab Adrian berbohong dan memasang raut wajah polos, karena tidak mungkin dia mengaku kepada Emily bahwa memar di wajahnya terjadi karena dia berusaha mencium Luna, yang tak lain adalah saudara tiri Emily. Bisa-bisa Emily marah saat itu juga.

Pria itu menyesap minuman yang sudah Emily pesan beberapa menit sebelum pria itu datang ke cafe tempat mereka berada saat ini.

Di kursi seberang meja, Emily menatap lekat pada wajah kekasihnya tesebut. Karena sedingin apa pun pembawaan Matteo, tetapi menurutnya pria itu bukanlah orang dengan gangguan jiwa yang akan menyerang siapa pun tanpa alasan. Emily meragukan jawaban Adrian.

“Kau pasti berbohong! Pasti kau melakukan sesuatu yang membuat amarahnya tersulut.” desak Emily dengan tatapan penuh selidik.

Andrian pun menarik nafas berat dan menghembuskannya perlahan sebelum akhirnya mengakui kesalahannya.

“Baiklah aku mengaku." Adrian meletakkan cangkir kopi yang baru saja ia sesap. "Pukulan ini aku dapatkan saat aku hendak mencium Luna. Dan tanpa aku ketahui dari mana asalnya, bodyguard bodoh itu datang dan langsung menyerangku.”

Jantung Emily berdenyut nyeri dan menatap Adrian dengan tatapan nanar. Dada gadis itu mulai sesak, air mata menggenangi kedua matanya. Selama ini Adrian selalu berkata bahwa dia hanya mencintai Emily, bukan Luna!

Kini dia merasa ragu dengan cinta Adrian terhadapnya. Emily menangis dan berpikir bahwa di pertemuan malam itu Adrian akan berkata bahwa ia memilih untuk mengakhiri semuanya dan menerima acara pertunangan yang akan diberlangsungkan besok malam.

“Jika itu yang ingin kau katakan, sebaiknya kau tidak perlu memenuhi janji temu denganku!”

Alis Adrian bertaut, dia tidak mengerti kemana arah pembicaraan gadis itu.

"Apa maksudmu?"

"Jangan katakan padaku jika kau benar-benar mencintai Luna, dan kedatanganmu di sini untuk mengatakan bahwa kau ingin menyudahi semuanya!" Emily menutup kedua telingannya sembari terus menggeleng.

Adrian bangkit dan memegangi bahu gadis itu untuk meluruskan kesalahpahaman yang ada.

"Hey, Emily, sadarlah, kau hanya salah paham!" ucap Adrian dengan suara niak beberapa oktaf, membuat para pengunjung lain di cafe tersebut melihat ke arah pasangan tersebut. "Dengarkan aku, kau hanya salah paham. Bukankah dengan kejadian itu, kita akan lebih mudah membuat ayahmu berpikir bahwa ada sesuatu di balik sikap posesif bodyguard bodoh itu, bukankah begitu?" ujar Adrian berusaha memanipulasi Emily.

Adrian menyentuh lengan Emily dan manatap mata gadis itu lekat untuk meyakinkan padanya bahwa apa yang ada di dalam kepalanya tidak seperti yang Emily pikirkan. Dan semudah itu Emily percaya apa yang Adrian katakan.

"Apakah kau yakin lebih memilihku, sedangkan hari pertunanganmu akan diselenggarakan besok malam bersamaan dengan perayaan ulang tahun ayahku."

"Ada seribu jalan untuk menuju Roma. Begitu juga dengan pertunangan besok malam. Akan ada banyak cara untuk kita menggagalkannya." Adrian memeluk Emily untuk meyakinkan gadis itu atas keputusan yang dia ambil.

"Sungguh?" Emily bertanya untuk mendapat sebuah kepastian.

"Tentu saja. Setelah bertemu denganmu, rasa cintaku terhdap Luna hilang tak bersisa. Bukankah aku sudah mengatakan itu berulang kali?" jawab Adrian, lalu mendaratkan sebuah ciuman di pipi gadis tersebut. "Kau adalah perempuan penggodaku, Emily."

Setelah suasana kembali kondusif, Adrian dan Emily mulai menyusun strategi licik untuk menggagalkan pertunangan antara Adrian dengan Luna besok malam.

..............................................

Menghadiri acara pertunangan Luna adalah sebuah kebodohan yang Matteo lakukan. Pria itu rela mempertaruhkan hatinya yang pasti akan hancur saat melihat gadis yang diam-diam dia sukai bertunangan dengan pria berengsek yang sempat ingin dia buat meregang nyawa di taman beberapa waktu lalu.

Berbalut setelan jas slim fit dan rambut tertata rapi, Matteo duduk di salah satu kursi tamu lebih awal sebelum tamu undangan lain berdatangan. Wajah pria itu menengadah ke langit-langit dengan mata terpejam, pria itu sedang bertarung dengan isi kepalanya; akankah dia tetap bertahan untuk menjadi bodyguard Luna, atau mengundurkan diri dan secepatnya melupakan gadis itu?

Kehadiran seseorang yang menepuk bahunya membuyarkan lamunan Matteo. Pria itu melirik pada seseorang yang baru saja menepuk bahunya.

"Hay, Brother." sapa Adrian.

Melihat pria di sampingnya yang sebentar lagi menjadi tunangan Luna, Matteo pun mendengus pelan.

"Aku minta maaf atas perbuatanku kemarin." Adrian menperlihatkan raut penyesalan di wajahnya.

"Untuk apa?" salah satu alis Matteo naik mendekati dahi, berpura-pura tidak tahu dengan apa yang Adrian katakan, padahal sebaliknya.

'Ternyata benar apa yang dikatakan Emily, bodyguard yang Alex pilihkan untuk Luna benar-benar seorang pria yang bodoh!' Adrian mengumpat dalam hati.

"Lupakan, Brother. Kita bisa duduk di taman sembari menunggu tamu undangan berdatangan." Adrian tersenyum sembari menatap ke sekeliling, hall belum dipadati para tamu. Ini adalah saat yang tepat untuk membawa Matteo pergi dari sana, agar tak seorang pun mengetahui apa yang akan dia lakukan setelahnya.

Matteo ingin sekali menolak ajakan pria itu. Namun, jika Matteo menolak, bukankah hal itu bisa memancing tanya Adrian bahwa dia menyukai Luna?

Setelah beberapa saat menimbang ajakan Adrian, Matteo akhirnya mengiyakan ajakan pria tersebut untuk mengobrol dengannya di gazebo yang ada di taman samping bangunan rumah Lucia.

Setibanya di gazebo, Adrian memberikan segelas mojito yang sejak tadi berada di tangan kanannya.

Untuk sekian detik, Matteo hanya melihat benda tersebut tanpa ada keinginan untuk mengambilnya, namun Adrian berhasil membujuknya hingga minuman tersebut berpindah ke tangan Matteo.

"Terima kasih sudah bersedia menemaniku di sini. Aku hanya merasa gugup dan membutuhkan teman bicara untuk menghilangkan kegugupanku." ucap Adrian yang sama sekali tidak Matteo tanggapi.

Matteo menyesap mojito dalam gelasnya. Sesekali pria itu merespon pembicaraan Adrian yang menurutnya sangat tidak penting untuk dibicarakan dan membuatnya merasa muak.

Adrian mencuri lihat pada wajah Matteo untuk memastikan psikedelik yang dia campur dalam minuman pria itu bekerja. Seperti kesepakatannya dengan Emily, dia akan menumbalkan Luna dan Matteo untuk menggagalkan pertunangan dirinya dengan Luna demi mempertahankan hubungannya dengan Emily, saudara tiri Luna yang selama ini mereka berselingkuh tanpa sepengetahuan Luna.

Beberapa belas menit setelah usaha kerasnya mengulur waktu pembicaraan, nampaknya hasil yang dia harapkan mulai terlihat, Matteo mulai mengalami penurunan kesadaran.

Adrian melihat ke sekeliling untuk memastikan bahwa keadaannya saat ini memungkinkan untuk membawa Matteo masuk ke dalam kamar pembantu yang kosong.

Pria itu menelepon Emily, dan dalam dering ketiga gadis itu baru mengangkat teleponnya.

"Emily, pria bodoh ini sudah tak sadarkan diri, kemana aku harus membawanya?" ucap Adrian sembari berbisik, dan melihat keadaan di sekitar yang hanya ada dia dan Matteo.

"Bawa Matteo ke kamar pembantu paling ujung." jawab Emily dengan nafas terengah. Adrian tahu, gadis itu juga pasti baru saja melakukan pekerjaan yang melelahkan sepertinya; membawa Luna ke dalam kamar pembantu yang terletak di belakang gedung rumah.

"Baiklah, aku segera ke sana." jawab Adrian lalu mematikan telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

Sekuat tenaga Adrian memapah tubuh Matteo yang lebih besar darinya, melintasi taman yang cukup luas dan menatap ke sekitar penuh antisipasi.

Kerja kerasnya terbayar lunas dengan sampainya ia di kamar pembantu yang terletak paling ujung, tempat di mana sekarang Emily membawa tubuh Luna yang tak berdaya di bawah kendali obat tidur.

"Sssst, Adrian," panggil Emily dengan berbisik sembari menatap sekitar penuh antisipasi, yang dengan cepat Adrian respon dengan anggukan.

Pria itu menarik nafas untuk nengumpulkan kembali tenaganya yang nyaris habis karena tubuh Matteo begitu berat.

Situasi cukup aman, para pelayan sedang bekerja untuk menyiapkan jamuan acara ulang tahun dan pertunangan di hall.

"Cepat, kita hanya perlu memasukkan Matteo di ruangan itu dan langsung pergi dari sini," kembali Emily berbisik sembari bergerak gelisah, khawatir jika ada seseorang yang tiba-tiba datang.

"Jangan hanya bicara dan berdiri di situ, bantulah, tubuh si bodoh ini begitu berat," rintih Adrian yang merasakan bahunya nyaris patah.

Emily pun segera berjalan ke depan dan membantu Adrian untuk memapah tubuh Matteo masuk di ruangan tersebut.

"Bagaimana dengan Luna? Apa kau sudah memastikan kondisinya?" tanya Adrian sembari menyapukan kedua tangannya, seolah tubuh Matteo adalah sesuatu yang berdebu.

"Tentu saja. Aku bahkan melepas gaun yang melekat pada tubuhnya." Emily menyeringai licik yang diikuti oleh Adrian. "Kita harus cepat pergi dari sini sebelum ada yang melihat kita." bisik Emily sembari berlari kecil yang diikuti Adrian.

Sepasang sejoli itu menjauhi kamar pembantu dimana dia dan Adrian secara licik menjadikan Luna dan Matteo sebagai korban atas keegoisan mereka agar tetap bersama.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • My Possessive Bodyguard Matteo   72. Kabar duka atau kabar bahagia?

    Luna memang memukili tubuhnya. Tapi entah mengapa Emily merasakan kebas akan pukulan itu. 'Bagaimana kalau pria tua itu meninggal? Bukankah itu artinya Luna akan mengambil alih rumah dan semua harta Alexander yang masih tersisa? Apa yang harus aku lakukan sekarang?' batin Emily menjerit pilu. Gadis itu bahkan menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangan. Dia tahu, Matteo tentu akan mambantu Luna untuk kembali mengambil alih rumah Alxander jika pria itu meninggal. Melihat kekayaan keluarga Matteo yang terdiri dari orang-orang terpandang dan berpengaruh tentu saja menyingkirkan Emily dan Rosaline adalah hal sangat mudah. Matteo menarik napas dalam sebelum mengunci tubuh Luna dengan kedua tangan kekarnya. "Kau tak perlu melakukannya. Aku sudah menyiapkan orang-orangku untuk mengatasi mereka, Sayang," bujuk Matteo seraya membopong Luna menjauh. Luna berusaha meronta sekuat tenaga dan berteriak histeris. Ingin rasanya dia menghabisi Emily saat itu juga. "Luna, ku mohon tenanglah. Ingat

  • My Possessive Bodyguard Matteo   71. Belum pusakah?

    Seketika Rosaline dan Emily menatap Matteo dengan mata bergetar. Niat mereka untuk menenangkan pikiran sejenak dengan menghadiri tempat indah-Villa d'Este jusru membuatnya merasakan sensasi seakan-akan itu adalah akhir dari kehidupan mereka. 'Scandal? Apakah maksud Matteo mengundang Greta di acara ini untuk ...' batin Emily sembari bergidik. Gadis itu menutup telinganya dengan kedua tangan sembari menunduk. Dia tidak ingin mendengar percakapan yang menyudutkannya setelah ini. Alessia mengangguk pelan, masih mengipas lehernya dengan kipas lipat berwarna merah yang selalu dia bawa. "Tentu saja Ibu ingin melihat seperti apa bentuk para kera itu," sungut Alessia dengan emosi berapi-api. "Mereka berdualah, orangnya, Ibu." Matteo menunjuk Emily dan Rosaline. Berbanding terbalik dengan Emily yang pasrah akan keadaan berikutnya sehingga gadis itu menunduk, Rosaline justru mengetakan rahang dan berusaha menyangkal. "Bagaimana kau yakin kalau kami yang melakukannya!" bentak Rosaline, k

  • My Possessive Bodyguard Matteo   70. Balas budi

    "Bukankah, itu Nico, mantan pacar Anda, Nona Emily?" pertanyaan dari seseorang yang duduk di belakangnya seketika membuat Emily dan Rosaline menoleh. Dia merasa tidak asing dengan suara itu. "Greta ... kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Emily dan Rosaline nyaris bersamaan. Ibu dan anak tersebut tampak heran melihat keberadaan Greta dan ibunya-Grace berada di acara yang sama. Grace yang tampak payah karena kondisi kesehatannya itu bahkan menghadiri acara pernikahan Luna menggunakan kursi roda. Greta tersenyum. "Anda tak perlu heran, Nona. Tuan Matteo yang mengundangku di acara pernikahannya." Seketika Rosaline dan Emily menautkan alisnya seakan tak percaya dengan jawaban Greta. Dari sekian banyak pelayan di kediaman Alexander Winterbourne, Matteo hanya mengundang Greta. Emily memiliki firasat bahwa hal buruk akan segera terjadi. "Kalian," panggil Greta yang merujuk pada Emily dan Rosaline yang masih tercenung menatap dirinya dan ibunya. "berhenti menatapku seperti itu. Lebi

  • My Possessive Bodyguard Matteo   69. Bunga pengantin

    Alexander berjalan keluar rumah saat seorang pelayan mengatakan bahwa seseorang yang mengaku sebagai utusan Matteo untuk menjemputnya sudah datang. Pria itu berjalan keluar dengan koper berisi barang yang dia perlukan, diikuti Emily dan Rosaline yang dia abaikan beberapa hari ini. Rosaline menatap seorang pria berbadan tinggi besar dengan rambut ikal yang baru saja keluar dari sebuah Rolls Royche Phantom. Seketika perempuan paruh baya itu menyikut lengan Emily. "Apa menurutmu pemuda itu memiliki hubungan saudara dengan Matteo?" tanya Rosaline dengan berbisik. Dia berpikir untuk membuat anak gadisnya menggait hati pria tersebut kalau saja pria itu kaya raya seperti Matteo. Emily mencuri lihat dari balik tubuh ayah tirinya untuk melihat siapa pria yang dimaksud ibunya. "Itu Stefano, aku berpikir kalau dia adalah anak buah Matteo, Bu," jawab Emily, mengingat sebelum Matteo mengakui siapa dirinya, Stefanolah yang melakukan tugas CEO di Magnolia spring Resort. 'Bawahan Matteo ... meng

  • My Possessive Bodyguard Matteo   68. Alasan Matteo

    "Tutup mulutmu, Rosaline!" bentak Alexander yang seketika membungkam mulut Rosaline. Membuat wanita paruh baya itu kembali tersadar dengan kemarahan Alex yang diakibatkan oleh ulah Emily. Wanita paruh baya itu pun bersikap lebih tahu diri untuk saat ini. Melihat keberanian dan kewibawaan yang terpancar nyata pada diri Matteo membuat Alex ingin mendengar lebih banyak apa yang hendak Matteo sampaikan. "Lanjutkan," pinta Alex. "Begini, Tuan. Dalam satu pekan ke depan, saya dan putri Anda akan melangsungkan pernikahan. Kiranya Tuan bersedia menghadiri acara pernikahan kami." Matteo berucap lugas. Luna menatap kagum pada Matteo yang dengan tenang mengatakan maksud kedatangannya ke rumah itu. Dadanya dipenuhi rasa hangat mendengar suara menenangkan Matteo, sehingga muncul keberanian Luna untuk berbicara kepada Alex. "Benar. Kami akan segera menikah. Kami harap Ayah merestui dan sudi untuk datang ke acara pernikahan kami." Rosaline yang berpikir bahwa Luna terlalu naif tertawa ker

  • My Possessive Bodyguard Matteo   67. Matteo Vicenzo

    Seketika ucapan yang keluar dari bibir Adrian memantik amarah Rosaline dan Alexander. "Apa maksudmu tidak mungkin?" tanya Alex dengan rahang mengetat. Pria paruh baya itu yakin bahwa Adeia adalah satu-satunya pemuda yang menjalin kedekatan dengan anak tirinya. Adrian tertawa hambar. Tampak sekali dia sedang mentertawakan semua orang yang ada di ruang tamu itu. "Bagaimana mungkin dia hamil anakku, sedangkan aku selalu membuang sepermaku di wajah dan mulutnya. Itu semua aku lakukan semata-mata agar dia tidak hamil. Aku bahkan tidak mencintai Emily, Tuan Alex yang terhormat," jawab Adrian sembari tersenyum miring. Seketika ulu hati Emily terasa sakit, rasa sesak memenuhi dadanya. Sesaat dia lupa bagaimana cara bernapas. "Adrian ..." lirih Emily dengan suara parau, air mata menggenangi kedua matanya. "Jadi selama ini kau ..." Adrian menoleh ke arah Emily dan menatap gadis itu dengan sorot mata penuh amarah. "Aku apa? Hanya menjadikanmu pelampiasan nafsuku? Harusnya kau ingat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status