Sekujur tubuh Dominic kini membeku. Jantungnya seperti berhenti memompa darah ke seluruh tubuhnya. Napasnya tertahan begitu saja, melihat tim dokter dan perawat mondar mandir melakukan Z1 penanganan terhadap istrinya.
Belum sempat Dominic melangkah untuk menanyakan kondisi Cha kepada salah seorang tim medis, kakinya sudah tidak kuasa lagi berdiri. Dalam hitungan detik, pria itu pun terjatuh ke lantai dan membuat perhatian orang-orang teralih.
*****
"Dom."
"Dom, wake up!"
"Dom!"
Suara-suara itu berebutan memanggil nama Dominic yang mulai terlihat sadarkan diri. Kelopak mata pria itu bergerak-gerak dan membuka secara perlahan.
"Kau sudah sadar? Dasar payah!" Itu suara Marcus. Ayahnya. Di sebelah Marcus terlihat ada Miranda dan Brandon.
Dom memegang kepalanya yang dirasa begitu sakit. Mencoba menganalisa di mana dia sekarang.
"Aku di mana, Pa?" Bukannya tadi dia ada di ruang operasi Chalondra?
"Kau di ruang
Yang udah sport jantung, monmaap hahaha.
Proses persalinan secara caesar membuat fisik Chalondra masih lemah sampai sekarang, empat hari pasca persalinan. Dia masih di rumah sakit bersama bayi kecil dan bayi besarnya. Benefit rumah sakit punya keluarga sendiri membuat Chalondra merasa nyaman tinggal berlama-lama di sana. Amber dan Chris juga menetap di rumah sakit dan tinggal di kamar lain. Mereka sangat tau Chalondra membutuhkan banyak orang di sekelilingnya agar kesehatan psikis-nya tetap terjaga. Heidy juga datang setiap hari dan membuat keonaran di sana sini. 'Edricc ayo main sama tante, kamu ih tidur terus.' 'Dric Edriccc, tante punya siomay, mau nggak?' 'Edriccccc ya Tuhannnn, tante kok diompolin sih, Nakk? Kamu kalau mau pipis mbok ya ngomong-ngomong dulu to Nakkkk.' 'Tante, Edric ini kok mirip sama tetangga Tante yang di rumah ya?' Candaan tidak bermutu Heidy bisa dibilang menjadi hiburan Chalondra di tengah-tengah masa pemulihannya. Kekonyolan gadis itu muncul setela
Tepat saat usia Edric satu bulan, Dominic dan Chalondra memutuskan untuk pulang. Jahitan di perut Cha sudah benar-benar kering. Bahkan bekas lukanya sudah mulai tersamarkan karena dia rajin mengoleskan lotion penyamar bekas luka di san. Semua barang-barang mereka dikemas sendiri oleh Dominic dan Chalondra. Edric sendiri digendong oleh Janice. Ah ya, Janice. Dia dan Brandon masih survive dengan hubungan tanpa status mereka. Aneh bin ajaib, karena sampai sekarang Janice masih berhasil mempertahan mahkota-nya meskipun sudah puluhan kali tidur satu kasur dengan Brandon. Dia juga bahkan belum pernah melepaskan busananya di depan laki-laki itu. Janice benar-benar tipe wanita yang hanya akan tidur dengan suaminya kelak. Lantas bagaimana dengan Brandon? Seperti janjinya dulu, dia akan bersabar menunggu Janice menerima perasaannya. Entah kapan itu terwujud, Brandon sesungguhnya tidak tau. Tapi dia tetap bersabar. Toh Janice tetap menerima setiap perlakuannya dengan tidak ada
Tiga minggu kemudian... Kalender di atas meja kerja Dominic sudah menunjukkan lewat satu minggu dari masa aman Chalondra. In other words, sudah waktunya dia buka puasa. Dom sengaja mengundur waktu satu minggu agar Cha benar-benar siap dan tidak khawatir akan kondisi kesehatannya. [Daddy maunya aku pakai lingerie yang mana? Yang Victoria Secret atau yang Dior?] Salah satu pesan iseng dari Chalondra yang membuat celana Dom langsung mengetat. Sabar ya terong, sebentar lagi kamu bisa nyelup sepuasnya, katanya. [Surprise me, My little wife ], balas Dom. [Baiklah. Cepat pulang, Dad. Bibi dan Edric sudah mengungsi.] Ohhh, salahkan Chalondra jika Dominic memutuskan untuk segera pulang. Padahal tadi niatnya dia akan di kantor sampai jam lima sore. Ini masih jam dua siang tapi Chalondra sudah mengungsikan bayi mereka. Untuk apa lagi dia berlama-lama di kantor? Istrinya sudah sendirian di rumah. Dia membunyikan bel rumah dengan tidak saba
Dering ponsel menggema di kamar tidur bergaya minimalis dimana Chalondra sedang tidur siang bersama dengan bayi kecilnya, Edric. Seperti pesan Amber yang sedang menjaga mereka sekarang, Cha harus memanfaatkan waktu tidur Ed dengan ikut beristirahat demi mengganti jam begadangnya. Chalondra yang merasa terusik dengan bunyi tersebut pun terbangun dan meraih ponsel dari bawah bantal. Dia melihat suaminya memanggil dengan fitur video call. “Ya, Daddd?” Chalondra menjawab dengan suara parau sambil langsung mengarahkan kamera ke wajah Edric. “Kalian sedang tidur yaa?” “Hm-m." "Udah lama tidurnya?" "Baru, Dad. Setengah jam yang lalu Ed pup, aku baru ganti. Habis itu tidur lagi." “Oh, udah berapa kali pup sejak saya pergi?” “Dua kali, Dad. Banyakan pipis.” “Bagus lah. Udah kenyang 'kan dia?" "Hm. Udah kok, Dad." "Kamu mana mukanya, Cha? Saya mau liat muka kamu juga.” “Lagi ngantuk, Dad,” jawab Ch
Brandon mengangkat kepalanya dari atas paha Janice. Dion? Bukan kah Kinan, almarhum ibunya Janice dan Felisha, ibunya Dion, lsatu ayah biologis, yaitu opa Richard? Bagaimana bisa mereka berdua menjalin hubungan seperti itu? “Kau bercanda ‘kan? Kalian saudara satu kakek, Janice.” “Kami cuma berpacaran, apa salahanya?” Brandon sepertinya langsung kehilangan selera. Dia turun dari kasur dan keluar dari kamar Janice begitu saja. Ada sebersit rasa kecewa yang muncul di hati pria itu saat Janice menolaknya dengan cara berbohong yang seperti ini. Hah, mustahil dia dan Dion berpacaran. Amber saja sudah menceritakan semuanya. Janice tidak pernah berhubungan dengan laki-laki mana pun. Perempuan itu introvert dan sangat susah bergaul. Sebaliknya, Janice menghembuskan napas lega. Brandon mungkin akan kesal dan marah. Tapi jika itu yang dapat membuat laki-laki itu melonggarkan ikatan mereka, tidak apa-apa. Janice masih butuh waktu untuk meyakinkan dirinya akan hub
Pernikahan Dominic, pewaris tunggal Inti Global dengan Chalondra, putri bungsu owner Cakrawala Paper, sempat membuat khalayak ramai mengira kedua perusahaan bonafit tersebut akan melakukan merger. Karena kalau dipikir-pikir, akan aneh rasanya jika keluarga dengan status besan itu bersaing dengan produk sejenis dan target pasar yang sama. Namun kenyataannya, Dominic dan Brandon tetap menjalankan perusahaan mereka tanpa saling mengganggu sistem yang sudah tercipta sebelumnya. Saat sebelum ada Ares yang sempat ingin memecah belah. Mereka berjalan di rel-nya masing-masing tanpa mengganggu satu sama lain. Belum ada wacana untuk bersatu dan menjadikan mereka sebagai raja di industri pulp and paper Indonesia. Kalau pun ada, kemungkinannya masih jauh. Hingga sebuah kesempatan besar datang menghampiri mereka. Yang membuat mata Dominic terbuka lebar dan terpesona akan peluang yang kini ada di depan mata. "Dubai, Dad??" "Iya, Cha. Temannya opa Louis mengirim ema
Brandon membuang napas kasar saat dilihatnya Dion datang dengan mobil sport yang hanya memiliki dua seat. Bagaimana dia bisa ikut serta jika sepertinya mereka sudah sengaja merencanakan ini? Brandon dan Dion saling bertukar sapa. Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, keduanya tampak sedikit kesulitan untuk berkomunikasi. Brandon melihat Dion sudah sejahtera sekarang. Sepertinya opa Richard benar-benar memberikan segala kebaikan untuknya karena sejak kecil sudah terlantar bersama tante Felisha, ibunya. “Apa kabar tante Felisha?” tanya Brandon saat mereka masih berada di dalam rumah. Janice masih berkemas di atas sementara Chris dan Amber kebetulan sedang mengunjungi Edric. “Mama baik. Sayang sekali tante dan om sedang tidak di rumah. Aku juga merindukan mereka.” “Biasa, bro, malam minggu seperti ini mereka sering mengunjungi cucu mereka,” balas Brandon ramah. “Ah ya, waktu itu aku mendengar kabar pernikahan Chalondra dari opa Richard. Tapi aku
Janice terpaku di tempatnya mendengar kedua anak manusia itu saling bertukar akun social media. Satu hal yang membuat perasaan Janice seperti tersentil adalah, dia sendiri tidak tau jika Brandon mempunyai akun Instag**m. “Oke, aku sudah follow.” Terdengar Chelsea berucap lagi. “Kau ternyata benar-benar seorang influencer. Kalau followers sudah mencapai empat ratus ribu seperti ini, itu artinya kau cukup terkenal.” Tawa Chelsea lagi-lagi mengusik gendang telinga Janice. “Ya, lumayan lah, B.” B? B? Chelsea memanggilnya dengan sebutan yang sama seperti bagaimana Janice memanggil Brandon?? Kepala Janice tiba-tiba seperti berasap. Telinganya memerah dan sangat panas. Hampir saja kakinya melangkah keluar dari balik tembok dan menghampiri mereka. Tapi kemudian dia berpikir lagi … untuk apa? Dia membuang napas dan kembali masuk ke dalam toilet. Mengambil scraf dari dalam clutch-nya dan memakainya dengan gerakan lambat. Tangannya sibuk