Mikhaila menyeka air matanya yang berjatuhan, suara napasnya yang tersenggal akibat tangisan terdengar begitu jelas. Mikhaila mengangguk membenarkan.Hati Mikhaila begitu hancur melihat ayahnya duduk tidak berdaya dalam keadaan terluka parah dan tidak mendapatkan penanganan apapun. Dia harus segera membawa ayahnya ke rumah sakit sebelum terlambat.Dagu Leonardo bergerak pelan, mengisyaratkan pengawal yang menahan pergerakan Mikhaila melepaskan cengkramannya.Dalam beberapa langkah Leonardo mendekat dan berdiri di hadapan Mikhaila. “Kamu bisa membawanya pergi hanya setelah memenuhi dua syarat dariku,” ucap Leonardo.“Katakan, apa syaratnya?” jawab Mikhaila tanpa keraguan.“Satu, tandatangani penyerahan hak asuk Prince kepadaku, kamu harus mengalah dipengadilan dengan alasan kekurangan financial. Dua, kamu jangan pernah lagi muncul dihadapanku, kamu hanya bisa menemui Prince jika Prince menginginkannya.”Mikhaila tercekat kaget, napas tertahan didada, air matanya kembali terjatuh memba
Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui jendela, hangatnya membelai kulit. Kening Rosea mengerut terusik dari tidur lelapnya, bulu mata panjangnya bergerak dan perlahan dia membuka kedua matanya.Rosea membuang muka menghindar dari silau sinar matahari pagi yang menyakitkan pandangannya.Setelah empat hari menghabiskan waktunya dirumah sakit untuk melewati berbagai pengobatan yang menyakitkan dan melelahkan, ini adalah pagi pertama Rosea di villa usai kejadian kecelakaan yang menimpanya terjadi.Sampai detik ini, Rosea tidak tahu seperti apa kondisi kesehatan dia yang sebenarnya, para dokter dan perawat yang menanganinya berbicara bahasa Yunani.Namun, dengan seiring berjalannya waktu, setelah melakukan berbagai terapi secara intens, kini sakit kepalanya sudah mulai berkurang dan Rosea sudah mulai bisa berjalan sendiri meski harus dengan bantuan tongkat dan terkadang kursi roda.Mengalami kecelakaan hebat untuk kedua kalinya dan dilukai oleh orang yang sama menciptakan trauma yang
Gemercik suara air shower yang berjatuhan terdengar di lantai. Rosea tengah duduk di sebuah kursi, membiarkan tubuhnya tersapu oleh air hangat yang membasahi tubuhnya. Tangan dan kaki yang masih terluka terlihat gemetaran tidak lagi terbungkus oleh gips.Luka-luka yang masih membutuhkan penyembuhan terasa cukup perih begitu merasakan hangatnya air yang menyapu. Bibir Rosea terkatup rapat berusaha untuk tidak menimbulkan suara ringisan yang mungkin nanti akan membuat Leonardo panik.Leonardo berdiri di belakangnya, membilas rambut Rosea dengan penuh kehati-hatian agar tidak menimbulkan tekanan.“Butuh waktu yang lebih lama untukku bisa sembuh, aku akan sangat merepotkan seperti seorang bayi. Tidakkah kamu berpikir dua kali?” tanya Rosea.“Aku suka saat direpotkan oleh kamu, apalagi yang harus aku pikirkan?” jawab Leonardo begitu tenang, menyapu setiap busa yang menempel di rambut Rosea.Wajah Rosea sedikit terangkat menengadah, belum sempat dia berbicara lagi, Leonardo sudah membungk
“Kamu gila Leo,” maki Rosea terengah menerima cumbuan lembut lidah Leonardo disepanjang tengkuknya, sapuan napas yang hangat menggelitik permukaan kulit.Mengingat kondisi tubuhnya yang masih sakit, Rosea ingin menolak kegilaan ini semua, namun dia tidak memiliki tenaga untuk berlari dengan kedua kakinya terluka. Pada akhirnya Rosea terkurung dalam permaian panas Leonardo yang tidak berhenti menyentuhnya seperti orang kelaparan.Percikan gairah terbangun menyingkirkan pikiran rasional Rosea. Kaki Rosea terbuka dipangkuan Leonardo, terayun di udara bersama suara desahan lemahnya terdengar diantara gemercik air yang jatuh. Rosea bersandar pada dada Leonardo, merasakan degup jantung pria itu seirama dengan napasnya yang kasar karena gairah, matanya berkedip lemah melihat bayangan mereka di dinding berembun.Tangan Leonardo mendekapnya, menangkup satu dadanya dan memainkan puncaknya di diantara dua jari, sementara satu tangannya lagi memijat lipatan basah Rosea.Kedua jemari panjang itu
“Sea, bagian mana yang kembali sakit?” tanya Prince dengan bisikan lembut, dia mengusap wajah Rosea dengan penuh kehati-hatian, meneliti setiap luka yang sudah dokter periksa.Prince takut, dia kembali mendengar tangisan rintihan Rosea lagi, dia takut melihat Rosea kembali berdarah. “Mulai hari ini, aku yang akan menjaga Sea ya?” ucap Prince dengan penuh tekad.Bibir Rosea berkedut tidak dapat menahan senyuman lembutnya, dia mengusap rambut Prince dengan penuh kehati-hatian agar bahunya yang kembali cedera tidak sakit.Rosea jauh lebih tenang jika dijaga oleh anak kecil ataupun orang asing dibandingkan terlalu berdekatan dengan Leonardo, semakin Rosea tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan untuk menolak, Leonardo semakin suka mengambil kesempatan. “Terima kasih Prince. Aku senang Prince mau menjagaku, mulai sekarang aku mau didekat Prince saja, bukan ayah Prince,” jawab Rosea menciptakan binar senang di mata Prince.“Apa yang bisa aku lakukan untuk Sea sekarang?” tanya Prince.Ro
“Kalian mau pergi kemana?” Leonardo menutup tabletnya, melihat Prince terkopoh-kopoh tengah berusaha membuka kursi roda elektrik yang diletakan di sudut jendela. “Kami akan pergi keluar sebentar,” jawab Rosea.Leonardo beranjak dari duduknya, hendak membantu putranya yang tengah kesulitan, namun belum sempat Leonardo menawarkan bantuan, tangan Prince sudah lebih dulu terangkat memberi isyarat.“Tidak perlu Ayah, aku bisa melakukannya sendiri,” tolak Prince.Leonardo mendengus geli.“Itu berat.”“Aku sudah dewasa, Ayah,” jawab Prince dengan penuh percaya diri.“Kamu yakin Prince?”“Aku yakin Ayah! Jangan tanya aku terus, aku kan sedang berkonsentrasi,” tegur Prince terganggu, dengan kesulitan anak itu mulai membuka lipatan kursi roda dan mengatur bagian belakangnya agar siap digunakan.Rosea menutup mulutnya menyembunyikan suara tawa yang keluar, Rosea terhibur melihat Leonardo yang kini mencebikan bibirnya, pria itu merenggut seperti seorang anak yang tengah kesal karena diabaikan dan
“Berhentilah bercermin, kamu sudah sangat cantik.” Mendengar komentar temannya yang berdiri di ambang pintu, Rosea mendengus malas. “Diamlah!” “Aku serius Sayang, semakin kamu mencari celah kekurangan yang sebenarnya tidak ada, kamu akan tidak percaya diri dan memikirkan hal sebenarnya membuang waktu.”“Sudah ceramahnya?”Sontak Jacob tertawa, pria itu membuang muka dan melenggang pergi untuk memberi ruang kepada Rosea yang sejak tadi terus berdiam diri di depan cermin, sibuk dengan dirinya sendiri.Suara hembusan napas yang kasar terdengar keluar dari mulut Rosea, wanita itu mencoba mengatur napasnya untuk mengurangi kegugupan.Ini untuk pertama kalinya Rosea kembali hadir di sebuah acara besar setelah satu tahun yang lalu mengalami kecelakaan.Satu tahun yang lalu, Rosea tergelincir jatuh saat bermain es skating, kecelakaan itu menyebabkan Rosea koma dalam waktu lama hingga dia kehilangan banyak ingatannya hingga dia melupakan banyak anggota keluarganya sendiri.Kecelakaan itu mem
Acara pesta sudah dimulai, para tamu undangan berdatangan, menyapa keluarga besar Abraham AbrahamLeonardo bersikap formal menyambut para rekan bisnisnya yang mengajak berbicara, namun pria itu tampak kaku ketika harus memperkenalkan Mikhaila kepada mereka, beruntungnya Mikhaila dapat menutupi celah kekurangannya dengan bergelayut mesra pada pria itu.Berkat Mikhaila, keduanya terlihat seperti pasangan yang serasi dan sempurna di depan umum, banyak senyuman bahagia yang di tebarkan Mikhaila disetiap kali dia berbicara dengan orang-orang yang menyapanya dan mengajaknya berbicara.Kedua terlihat seperti sepasang bintang yang bersinar, orang-orang yang melihat jelas berpikir jika keduanya tengah berbahagia dan seperti sepasang jodoh yang sudah saling ditakdirkan.Di tempat yang sama, Jacob dan Rosea masuk ke dalam ruangan pesta, mereka langsung berbaur dengan beberapa tamu lainnya sebelum memberikan ucapan selamat kepada pemilik pesta.“Aku tahu kamu muak berada di sini, tapi apa sulitny