Bayangan wajah Rosea terpantul di cermin, wanita itu meneliti penampilannya yang masih baik dan tidak membutuhkan perbaikan make up.
Sudut bibir Rosea terangkat membentuk senyuman, mengatur ekspresi yang harus dia tunjukan di depan banyak orang asing yang tidak dia mengerti bahasanya.Suara langkah kaki seseorang terdengar masuk ke dalam toilet.Melalui cermin yang dilihatnya, Rosea melihat Mikhaila yang datang dan kini wanita itu berdiri di sisi Rosea, saling memandang melalui cermin di hadapan mereka.Atmosfir di sekitar berubah menjadi kuat dan penuh ketegangan.Mikhaila sudah tidak dapat menyembunyikan kerisauan di dalam hatinya sejak dia kembali melihat sosok Rosea, mantan kekasih Leonardo yang tiba-tiba muncul di pesta pertunangannya.Keriasauan itu kian menjadi ketika dia tersadar jika Leonardo tidak pernah berhenti memandangi Rosea dan tidak mempedulikan hal yang lainnya.Leonardo mengabaikannya, dan pria itu terang-terangan menunjukan perasaannya yang masih utuh pada Rosea.Mikhaila sempat mengadu kepada Berta dan meminta pembelaannya, namun menyebalkannya kini Berta tidak lagi seperti dulu. Berta lebih memilih untuk tidak melakukan apapun dibandingkan harus memperkeruh suasana.Harga diri Mikhaila terluka, wanita itu bertanya-tanya, apa kekurangannya hingga bisa dikalahkan oleh perempuan yang dibawah levelnya?Mikhaila tidak ingin kebahagiaannya yang baru saja akan dibangun kini diusik. Leonardo dan Prince harus menjadi miliknya, tidak ada yang lebih pantas selain Mikhaila.“Untuk apa kamu kembali? Apa yang kamu rencanakan hingga memutuskan muncul di hari pertunangan kami?” tanya Mikhaila.Kening Rosea mengerut tidak dapat menutupi kebingungannya. Rosea bertanya-tanya. Apa maksud dari ucapan wanita asing itu?Mikhaila tersenyum meremehkan. “Kamu sungguh murahan, kamu jauh-jauh datang ke Paris hanya untuk mengacaukan pesta pertunanganku?”“Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan,” jawab Rosea tanpa embel-embel berbicara formal. Rosea akan menghormati orang yang menghormatinya juga.“Apa kemiskinan membuat kamu bodoh juga? Berhenti berpura-pura polos, itu sangat menjijikan. Kamu tidak mungkin kembali menunjukan diri di hadapan Leonardo tanpa alasan.”Tangan Rosea terkepal menahan amarah. “Jangan mencela seseorang tanpa alasan.”“Tanpa alasan? Dasar munafik,” hina Mikhaila.“Aku datang untuk bersenang-senang dengan temanku,” jawab Rosea berpura-pura menyembunyikan kebingungannya atas tuduhan dan hinaan yang tiba-tiba harus dia terima tanpa alasan.Mikhaila berdecih tidak percaya, wanita itu bersedekap dengan angkuh dan berkata, “Terserah dengan apapun yang kamu katakan, tapi aku harus memberitahumu, sebaiknya kamu jangan terlalu percaya diri karena itu hanya akan mempermalukan diri kamu sendiri.”Rosea terdiam, semakin tidak memahami perkataan Mikhaila yang kasar dan terus memojokannya seakan Rosea sudah membuat kesalahan yang besar.Mikhaila mendekat satu langkah. “Apa kamu berpikir akan mendapatkan perhatian Leonardo jika kembali muncul mendadak seperti ini?” Tawa Mikhaila terdengar seperti meremehkan. “Berhentilah bermimpi. Kamu itu tidak berharga, Leonardo menganggapmu tidak lebih dari wanita penghangat ranjangnya seperti wanita yang lainnya yang dia pakai hanya untuk kepuasan sesaat. Sepertinya kamu lupa dengan nasihatku waktu itu.”Hati Rosea mendadak panas, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada wanita sinting yang mengatainya dengan sembarangan. Rosea tidak tahu tentang apa yang sebenrnya telah terjadi pada dirinya di masa lalu, namun dia tidak terima bila harga dirinya diinjak-injak seperti ini.“Apa kamu sudah selesai bercelotehnya?” tanya Roea dengan tenang.Mikhaila kembali mendekat satu langkah, ketidak senangan Mikhaila tersirat jelas di wajahnya karena Rosea tidak terpengaruh sedikitpun dengan intimidasinya.“Kamu selalu sombong seperti biasanya, sangat tidak sebanding dengan harga dirimu yang seperti pelacur,” bisik Mikhaila semakin menghina.Rosea tercekat kaget, merasakan hatinya meletup panas dan sakit atas hinaan kasar Mikhaila.Mikhaila berdecih, wanita itu menunjuk wajah Rosea dan menatapnya dengan tajam. “Aku memperingatkanmu Rosea, jangan pernah mencoba berpikir sedikitpun untuk kembali kepada Leoanardo karena kini dia milikku. Aku tidak segan melakukan melakukan sesuatu yang mengerikan jika kamu mencoba mengusik hubungan kami.”Bibir mungil Rosea menyeringai, menutupi segala sakit hati yang telah diterimanya. “Bukankah tadi kamu bilang, jika aku tidak berharga untuk tunanganmu? Jika kamu yakin dengan ucapanmu itu, kamu tidak perlu repot-repot menemuiku dan memperingatkanku. Atau jangan-jangan, justru kamu yang tidak berharga?”Mikhaila terbelalak kaget, kata-kata Rosea berhasil menampar mukanya dengan keras dan membuatnya malu.Diam-diam Mikhaila mengepalkan tangannya dengan kuat menahan diri untuk terpancing emosi dan menampar Rosea, Mikhaila tidak inign tindakannya yang gegabah itu akan membuatnya terkena masalah.“Kamu akan menyesal sudah berurusan dengan orang yang salah,” ancam Mikhaila.“Kamu yang datang membawa masalah,” jawab Rosea dengan ketenangan yang sama.Tanpa berbicara apapun lagi Mikhaila langsung pergi keluar dari toilet meninggalkan Rosea yang kini berusaha untuk mengatur amarahnya karena tiba-tiba di usik.Rosea terhuyung ke belakang kehilangan tenaga, amarah dan ketakutan bercampur menjadi satu sampai membuat wajah cantiknya pucat.“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku terlibat dengan orang gila seperti itu?”***Leoanardo berdiri di pinggiran jendela, pria itu terlihat sibuk dengan handponenya dan menguhubungi seseorang seseorang secara rahasia, Leonardo ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa dia tunda.“Leo,” panggil Dewa, ayahnya Mikhaila.Leonardo menurunkan handponenya seketika dan melihat ke arah Dewa. “Ya?”“Pesta malam ini sangat bagus, Mikhaila juga terlihat bahagia, terima kasih.”Leonardo mengangguk tidak bersuara.Dewa mengedarkan pandangannya, melihat Mikhaila yang baru kembali dari toilet.“Sekarang Mikhaila sudah resmi menjadi tunangan kamu, apakah bisa mulai besok kamu memasukan Mikhaila ke dalam jadwal pekerjaan kamu agar dia bisa menemani kamu dibeberapa pertemuan?” tanya Dewa pelan.Kening Leonardo mengerut samar mendengar ucapan Dewa. “Yang menjadi tunangan saya adalah Mikhaila, bukan Anda, masalah pekerjaan seperti ini adalah urusan saya dan Mikhaila,” jawab Leonardo dingin.“Maksud saya bukan seperti itu. Setelah resmi menjadi tunangan, kalian perlu pendekatan lebih jauh dan menghabiskan waktu lebih lama, saya yakin Prince akan senang juga melihatnya,” jawab Dewa gelagapan.“Saya akan mendiskusikannya dengan sekretaris saya.”Dewa sempat terdiam terkejut, dia pikir Leonardo akan menolak. “Saya akan memegang kata-katamu, permisi,” ucap Dewa sebelum pergi menemui Mikhaila.“Parasit,” bisik Leonardo memaki dan tidak lagi menyembunyikan kebenciannya.To Be Continued..“Parasit."Leonardo masih bisa mengingat betul seberapa kerasnya Dewa berusaha mempersatukan Leonardo dan Mikhaila semenjak Abraham meninggal. Dewa juga adalah orang yang berusaha keras untuk menuntut ke pengadilan agar hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila.Semenjak hak asuh Prince jatuh ke tangan Mikhaila, Dewa juga mengambil kesempatan dan menjadikan Prince sebagai alat hanya untuk bisa mendapatkan suntikan dana dari perusahaan keluarga Abraham.Leonardo benar-benar sangat muak, mereka mengambil keuntungan dengan menggunakan Prince dalam segala alasan, tidak ada yang benar-benar menyayangi Prince selain kekuasaan dan uang. Leonardo tidak akan pernah membiarkan hal gila ini terjadi lebih lama, sidang akan kembali berlangsung dua bulan lagi, dia ingin hakim memutuskan hak asuh Prince dinilai bersadarkan pilihan Prince sendiri.Leonardo membuang napasnya dengan kasar, kembali melihat handponenya yang sempat terabaikan, pria itu memeriksa pesan dari Adam yang memberi kabar jika kin
Musim dingin di kota Paris terasa lebih kuat menjelang pagi, matahari mulai bergerak muncul memancarkan cahaya terang.Rosea menyibakan gordeng kamarnya dan berdiri di depan jendela, wanita itu menikmati segelas juss sambil melihat pemandangan kota yang memanjakan mata. Rosea ingin jalan-jalan hari ini, karena masalah ingatannya yang hilang, Rosea harus membutuhkan seseorang yang mendampinginya.Rosea kehilangan kemampuannya dalam berbicara bahasa asing.Rosea mendengus kesal, kepalanya bergerak ke belakang, melihat pintu kamar Jacob yang terbuka sejak semalam.Jacob benar-benar belum pulang semalam, dia hanya menghubungi pihak hotel agar mengantarkan sarapan dan bunga permintaan maaf kepada Rosea.Setelah menghabiskan sarapannya, Rosea memilih meluangkan waktu awalnya dengan bersiap-siap pergi ke gym hotel yang berada di lantai dasar.Tidak membutuhkan waktu lama untuknya mengikat rambut, mengenakan jaket olahraga dan hot pan yang nyaman, beruntung saja dia juga tidak lupa membawa se
Suasana gym terlihat tidak begitu ramai dan hanya segelintir orang yang terlihat untuk berolahraga.Rosea segera melakukan pemanasan sebelum pergi ke treadmill. Rosea berencana melakukan olahraga dalam waktu yang lebih lama sambil menunggu Jacob pulang.Ada hal penting yang harus Rosea katakan kepada Jacob. Perasaan Rosea tidak tenang semenjak semalam, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan membuat Rosea takut. “Kamu sendirian?” Suara lembut seseorang yang mengajak bicara membuat Rosea memelankan laju treadmillnya.Rosea menengok ke sisi, melihat kedatangan Leonardo yang berapakaian eksekutif tengah berdiri di sebelahnya.Untuk apa pria itu memanggilnya?Rosea kian memelankan laju treadmillnya dan berganti dengan berjalan santai.“Apa kamu akan terus berpura-pura tidak kenal denganku?” tanya Leonardo lagi dengan senyuman tenangnya.Rosea tidak bersuara, dia tidak ingin terlibat apapun dengan laki-laki aneh yang membuat dirinya tidak nyaman, terlebih semalam dia terlibat perdebatan ko
“Katakan sekali lagi,” desak Leonardo tidak percaya.Tubuh Rosea menegang merasakan himpitan tubuh besar Leonardo yang kian menekannya di pintu, Leonardo membungkuk, meraih wajah Rosea agar mereka bertatapan.Wajah Rosea terangkat dalam tangkupan tangan besar Leonardo.Leonardo berusaha mencari-cari apakah ada kebohongan di mata Rosea? Jika apa yang Rosea katakan benar, lantas inikah alasan Rosea bersikap biasa saja saat mereka kembali bertemu semalam? Ataukah Rosea sengaja membuat alasan agar dia bisa menghindar darinya?Ibu jari Leonardo bergeser, menekan bibir lembut Rosea dan memisahkannya.Wajah Rosea memerah, malu dan marah dengan sentuhan fisik yang keterlaluan lancang dari orang asing yang baru kedua kalinya bertemu.“Kamu tidak berbohong kan Sea?” Leonardo masih tidak percaya.Napas Rosea tertahan, seluruh darah di nadinya memanas berdesir, merespon sentuhan Leonardo yang mengusap wajahnya dan tatapan yang tajam membuat Rosea terintimidasi.Ibu jari Leonardo yang basah, men
Di sisi lain, Prince duduk sendirian terlihat kesepian, anak itu memperhatikan Mikhaila yang tengah melakukan perawatan kuku dari seorang pegawai salon langganannya.Hari ini Mikhaila lebih banyak mengacuhkannya lagi seperti biasa.Suasana hati Mikhaila sedang buruk, sepanjang malam dia tidak tidak bisa tidur dengan nyeyak meski tadi malam adalah dia sudah melakukan pesta pertunangan yang selama ini dimimpikannya.“Ibu, aku mau pergi menemui ayah,” ucap Prince bersuara.Mikhaila melirik putranya sekilas, lalu kembali melihat handponenya. “Tunggu saja di sini, nanti kita pergi bersama-sama menemui ayah.”“Sejak tadi Ibu terus berkata seperti itu.” Prince tertunduk kecewa, sejak tadi dia menunggu, tapi Mikhaila masih belum selesai mempercantik diri. “Aku bosan di sini,” ungkap Prince lagi.“Ibu tidak suka kamu mengeluh seperti itu, kamu itu laki-laki, jangan manja,” jawab Mikhaila tanpa mengalihkan pandangannya dari handpone. “Jika kamu bosan, belajarlah, dengan begitu kamu tidak akan bo
Leonardo mengendarai mobilnya melakukan perjalanan menuju tempat pemotretan Mikhaila, meski dia tidak begitu suka untuk mengantarnya, namun ada baiknya jika Leonardo mengalah dibandingkan harus berdebat.Cuaca yang cerah hari ini membuat beberapa orang terlihat keluar untuk beraktivitas dan berjalan kaki, beberapa angkutan umum ikut dibuat penuh oleh penduduk local dan turis.Kendaraan Leonardo memelan dan berhenti, orang yang menyebrang terlihat berlalu lalang di depannya.Diantara banyak keramaian, pria itu terpaku melihat ke sebrang jalan, melihat sesuatu yang sudah berhasil menarik perhatiannya.Rosea, dia tengah berjalan di antara keramaian orang yang menyebrang.“Ibumu akan pulang hari ini?” Tanya Mikhaila memulai percakapan.“Benar,” jawab Leonardo singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari Rosea.Hari ini Rosea mengenakan pakaian yang lebih terbuka, dia melangkah percaya diri dengan heelsnya.Wanita itu terlihat menarik di antara kerumunan, segala yang ada pada dirinya sangat
Setibanya di tempat tujuan, Mikhaila keluar lebih dulu dari mobil, wanita itu melihat ke sekitar dan tersadar jika hampir semua orang yang bekerja hari ini sudah datang.Mikhaila berdiri di sisi pintu Leonardo berada, dia membungkuk dan melihat Leonardo yang terlihat akan kembali pergi.“Turun dan masuklah sebentar, teman-temanku ingin berkenalan denganmu, saat di pesta semalam, ada banyak yang tidak bisa datang,” ajak Mikhaila.“Aku akan melakukannya lain waktu. Untuk sekarang kamu masuk saja sendirian, aku sudah terlambat karena temanku menunggu,” jawab Leonardo terdengar tenang.“Leonardo, aku mohon, ayo turun,” pinta Mikhaila sekali lagi sambil memasang ekspresi memelas.Mikhaila tidak ingin melewatkan kesempatan agar terlihat sebagai pasangan yang sempurna di depan semua orang. Mikhaila ingin semua orang yang ada di sekitarnya tahu bahwa dia dan Leonardo saling mencintai meski Leonardo tidak pernah sekalipun mengajaknya pergi ke acara resmi.“Apa kamu tidak mengerti ucapanku Mikh
Rosea kehilangan kata-kata, keberaniannya benar-benar hilang tanpa sisa dan kakinya melangkah terantuk-antuk mengikuti langkah Leonardo yang menariknya pergi menuju mobil.Tubuh Rosea terhuyung dalam dorongan lembut Leonardo yang mendorongnya masuk ke dalam mobil.Ketika Leonardo menyusul masuk ke dalam, dia melepaskan jaket golf-nya dan menutupi paha Rosea.“Aku tidak butuh,” tolak Rosea menyingkirkan jaket Leonardo.Leonardo menghela napasnya dengan berat, pria itu membungkuk dan membuat wajahnya berdekatan dengan Rosea yang terlihat ketakutan. “Aku mudah bergairah jika melihat kamu berpakaian terbuka, karena itu pakailah.”Wajah cantik Rosea berubah pias, dengan cepat dia menutupi pahanya lagi."Good!"Hanya saja, sepanjang jalan, Rosea duduk dengan gelisah. Sesekali, dia melirik Leonardo yang kini mulai menyetir. Terjebak dalam ruangan sempit bersama pria yang berkepribadian menakutkan membuat Rosea sangat khawatir.“Kamu akan membawaku ke mana?” tanya Rosea waspada, tangan mungiln