Share

BAB 6: Pertengkaran

Bayangan wajah Rosea terpantul di cermin, wanita itu meneliti penampilannya yang masih baik dan tidak membutuhkan perbaikan make up.

Sudut bibir Rosea terangkat membentuk senyuman, mengatur ekspresi yang harus dia tunjukan di depan banyak orang asing yang tidak dia mengerti bahasanya.

Suara langkah kaki seseorang terdengar masuk ke dalam toilet.

Melalui cermin yang dilihatnya, Rosea melihat Mikhaila yang datang dan kini wanita itu berdiri di sisi Rosea, saling memandang melalui cermin di hadapan mereka.

Atmosfir di sekitar berubah menjadi kuat dan penuh ketegangan.

Mikhaila sudah tidak dapat menyembunyikan kerisauan di dalam hatinya sejak dia kembali melihat sosok Rosea, mantan kekasih Leonardo yang tiba-tiba muncul di pesta pertunangannya.

Keriasauan itu kian menjadi ketika dia tersadar jika Leonardo tidak pernah berhenti memandangi Rosea dan tidak mempedulikan hal yang lainnya.

Leonardo mengabaikannya, dan pria itu terang-terangan menunjukan perasaannya yang masih utuh pada Rosea.

Mikhaila sempat mengadu kepada Berta dan meminta pembelaannya, namun menyebalkannya kini Berta tidak lagi seperti dulu. Berta lebih memilih untuk tidak melakukan apapun dibandingkan harus memperkeruh suasana.

Harga diri Mikhaila terluka, wanita itu bertanya-tanya, apa kekurangannya hingga bisa dikalahkan oleh perempuan yang dibawah levelnya?

Mikhaila tidak ingin kebahagiaannya yang baru saja akan dibangun kini diusik. Leonardo dan Prince harus menjadi miliknya, tidak ada yang lebih pantas selain Mikhaila.

“Untuk apa kamu kembali? Apa yang kamu rencanakan hingga memutuskan muncul di hari pertunangan kami?” tanya Mikhaila.

Kening Rosea mengerut tidak dapat menutupi kebingungannya. Rosea bertanya-tanya. Apa maksud dari ucapan wanita asing itu?

Mikhaila tersenyum meremehkan. “Kamu sungguh murahan, kamu jauh-jauh datang ke Paris hanya untuk mengacaukan pesta pertunanganku?”

“Aku tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan,” jawab Rosea tanpa embel-embel berbicara formal. Rosea akan menghormati orang yang menghormatinya juga.

“Apa kemiskinan membuat kamu bodoh juga? Berhenti berpura-pura polos, itu sangat menjijikan. Kamu tidak mungkin kembali menunjukan diri di hadapan Leonardo tanpa alasan.”

Tangan Rosea terkepal menahan amarah. “Jangan mencela seseorang tanpa alasan.”

“Tanpa alasan? Dasar munafik,” hina Mikhaila.

“Aku datang untuk bersenang-senang dengan temanku,” jawab Rosea berpura-pura menyembunyikan kebingungannya atas tuduhan dan hinaan yang tiba-tiba harus dia terima tanpa alasan.

Mikhaila berdecih tidak percaya, wanita itu bersedekap dengan angkuh dan berkata, “Terserah dengan apapun yang kamu katakan, tapi aku harus memberitahumu, sebaiknya kamu jangan terlalu percaya diri karena itu hanya akan mempermalukan diri kamu sendiri.”

Rosea terdiam, semakin tidak memahami perkataan Mikhaila yang kasar dan terus memojokannya seakan Rosea sudah membuat kesalahan yang besar.

Mikhaila mendekat satu langkah. “Apa kamu berpikir akan mendapatkan perhatian Leonardo jika kembali muncul mendadak seperti ini?” Tawa Mikhaila terdengar seperti meremehkan. “Berhentilah bermimpi. Kamu itu tidak berharga, Leonardo menganggapmu tidak lebih dari wanita penghangat ranjangnya seperti wanita yang lainnya yang dia pakai hanya untuk kepuasan sesaat. Sepertinya kamu lupa dengan nasihatku waktu itu.”

Hati Rosea mendadak panas, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja ada wanita sinting yang mengatainya dengan sembarangan. Rosea tidak tahu tentang apa yang sebenrnya telah terjadi pada dirinya di masa lalu, namun dia tidak terima bila harga dirinya diinjak-injak seperti ini.

“Apa kamu sudah selesai bercelotehnya?” tanya Roea dengan tenang.

Mikhaila kembali mendekat satu langkah, ketidak senangan Mikhaila tersirat jelas di wajahnya karena Rosea tidak terpengaruh sedikitpun dengan intimidasinya.

“Kamu selalu sombong seperti biasanya, sangat tidak sebanding dengan harga dirimu yang seperti pelacur,” bisik Mikhaila semakin menghina.

Rosea tercekat kaget, merasakan hatinya meletup panas dan sakit atas hinaan kasar Mikhaila.

Mikhaila berdecih, wanita itu menunjuk wajah Rosea dan menatapnya dengan tajam. “Aku memperingatkanmu Rosea, jangan pernah mencoba berpikir sedikitpun untuk kembali kepada Leoanardo karena kini dia milikku. Aku tidak segan melakukan melakukan sesuatu yang mengerikan jika kamu mencoba mengusik hubungan kami.”

Bibir mungil Rosea menyeringai, menutupi segala sakit hati yang telah diterimanya. “Bukankah tadi kamu bilang, jika aku tidak berharga untuk tunanganmu? Jika kamu yakin dengan ucapanmu itu, kamu tidak perlu repot-repot menemuiku dan memperingatkanku. Atau jangan-jangan, justru kamu yang tidak berharga?”

Mikhaila terbelalak kaget, kata-kata Rosea berhasil menampar mukanya dengan keras dan membuatnya malu.

Diam-diam Mikhaila mengepalkan tangannya dengan kuat menahan diri untuk terpancing emosi dan menampar Rosea, Mikhaila tidak inign tindakannya yang gegabah itu akan membuatnya terkena masalah.

“Kamu akan menyesal sudah berurusan dengan orang yang salah,” ancam Mikhaila.

“Kamu yang datang membawa masalah,” jawab Rosea dengan ketenangan yang sama.

Tanpa berbicara apapun lagi Mikhaila langsung pergi keluar dari toilet meninggalkan Rosea yang kini berusaha untuk mengatur amarahnya karena tiba-tiba di usik.

Rosea terhuyung ke belakang kehilangan tenaga, amarah dan ketakutan bercampur menjadi satu sampai membuat wajah cantiknya pucat.

“Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku terlibat dengan orang gila seperti itu?”

***

Leoanardo berdiri di pinggiran jendela, pria itu terlihat sibuk dengan handponenya dan menguhubungi seseorang seseorang secara rahasia, Leonardo ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa dia tunda.

“Leo,” panggil Dewa, ayahnya Mikhaila.

Leonardo menurunkan handponenya seketika dan melihat ke arah Dewa. “Ya?”

“Pesta malam ini sangat bagus, Mikhaila juga terlihat bahagia, terima kasih.”

Leonardo mengangguk tidak bersuara.

Dewa mengedarkan pandangannya, melihat Mikhaila yang baru kembali dari toilet.

“Sekarang Mikhaila sudah resmi menjadi tunangan kamu, apakah bisa mulai besok kamu memasukan Mikhaila ke dalam jadwal pekerjaan kamu agar dia bisa menemani kamu dibeberapa pertemuan?” tanya Dewa pelan.

Kening Leonardo mengerut samar mendengar ucapan Dewa. “Yang menjadi tunangan saya adalah Mikhaila, bukan Anda, masalah pekerjaan seperti ini adalah urusan saya dan Mikhaila,” jawab Leonardo dingin.

“Maksud saya bukan seperti itu. Setelah resmi menjadi tunangan, kalian perlu pendekatan lebih jauh dan menghabiskan waktu lebih lama, saya yakin Prince akan senang juga melihatnya,” jawab Dewa gelagapan.

“Saya akan mendiskusikannya dengan sekretaris saya.”

Dewa sempat terdiam terkejut, dia pikir Leonardo akan menolak. “Saya akan memegang kata-katamu, permisi,” ucap Dewa sebelum pergi menemui Mikhaila.

“Parasit,” bisik Leonardo memaki dan tidak lagi menyembunyikan kebenciannya.

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status