Business Trip
Pekerjaan Ody bertambah tiap kali harus melakukan perjalanan bisnis bersama El. Awalnya ini menjadi siksaan berat bagi Ody. Namun berkat latihan ketat akhirnya dia berhasil mengatasi situasi itu dan menjadikan semua persiapan menjadi mudah untuk dilakukan. Semalam sebelum pulang ke apartemennya, Ody menyempatkan untuk kerumah El dan mempersiapkan segala keperluan selama 3 hari ke Singapore.
Dan pagi ini ketika jam menunjukkan pukul 4.30 Ody telah tiba di rumah El dengan membawa traveling bag ukuran sedang. Sebagai asisten pribadi El, Ody harus standby lebih awal. Semua barang sudah masuk ke dalam mobil tinggal menunggu El siap lalu mereka bisa berangkat.
"Bi, sudah siap sarapannya." Tanya Ody pada bi Pur yang berkutat di dapur.
"Bentar lagi Non."
"Okey, soalnya waktunya agak mepet dan harus ngejar penerbangan pagi."
"Nih udah siap."
"Good, Bi Pur memang andalanku."
"Bisa aja Non Ody. Eh Non, Bibi belum cerita yah."
"Cerita tentang apa nih?" Tanya Ody sambil menggigit sandwich buatan Bi Pur.
"2 hari lalu Pak El sama Mbak Chika ribut gede loh Non." Ujar Bi Pur agak berbisik.
"Oya, aku pikir mereka baik-baik aja Bi."
"Nggak Non, mereka tu sering berantem belakangan ini. Pernah loh sampai teriak-teriak." Kata bi Pur semakin semangat bergosip pagi-pagi.
"Ih Bibi. Udah ah jangan suka ngomongin Pak El. Nanti di potong gaji loh." Goda Ody sambil tersenyum.
"Jangan dong Non. Kasiani Bi Pur ini." Ucap Bi Pur memelas
"Bercanda Bi. Abis bibi hobi kok gibahin orang."
"Ih, lain gibah atuh Non, ini ma pakta."
"Fakta Bi."
"Iya, pakta."
"Hisss.. Sekalipun fakta nggak baik lagi Bi ngomongin kesusahan orang, lagian dosa tau Bi. Nanti kalau kuburannya sempit gimana, cuma ukuran 2x1. Ih kalau aku sih nggak mau ya." Ujar Ody sambil menyeruput cappucino di cangkirnya.
"Iya ya Non. Eh, tapi bukannya ukuran kuburan emang 2x1 ya Non. Non Ody ngerjain saya yah?" Ujar Bi Pur yang disambut tawa Ody.
"Pagi." Sapa El yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ah pagi Pak.." jawab Ody segera membersihkan mulutnya dan langsung mendekati El.
"Sudah siap semuanya Dy?"
"Sudah Pak. Permisi pak." Ucap Ody meminta izin untuk memasangkan dasi ke leher El. El segera menundukkan sedikit kepalanya.
"Sarapan saya apa Bi?"
"Sandwich tuna Pak." Jawab bi Pur
"Enak kelihatannya. Tolong di masukin box aja ya, nanti biar saya makan di jalan." Kata El
"Baik Pak." Ucap Bi Pur yang langsung bergegas membawa piring berisi sandwich milik El ke dapur untuk mengemasnya.
"Dy.." panggil El saat Ody masih membuat simpul dasinya.
"Ya Pak?"
"Lipstiknya baru ya?"
"Ah iya pak, agak terang yah?" Ujar Ody panik, pipinya langsung bersemu merah.
"It's okey. Bagus kok."
"Terus Ini bau parfum yang saya kasih kan?"
"Ah iya pak." Kata Ody terbata tak dapat menutupi kegugupannya.
"Nice." Ujar El sambil tersenyum manis membuat Ody berdebar hebat.
"Selesai pak." Ucap Ody lalu segera memundurkan tubuhnya dari El. Terlalu dengan El dalam waktu lama dapat membuat kesehatan jantungnya terganggu, maka tips terbaik adalah dengan menjaga jarak aman dengan El.
"Permisi, ini Non Ody bekalnya Pak El." Kata Bi Pur sambil menyerahkan kotak makan berisi sandwich dan tumbler berisi hot coffee untuk El.
"Makasih Bi."
"Okey, kita berangkat sekarang. Bi saya titip rumah ya." Ucap El.
"Baik Pak." Jawab bi Pur
"Tinggal dulu ya Bi." Kata Ody sambil menepuk bahu Bi Pur.
"Ati-ati ya Non." Ucap Bi Pur sambil melambaikan tangan yang hanya di balas senyuman manis dari Ody.
Saat dalam perjalanan menuju bandara El banyak tersenyum sambil sesekali melirik ke arah Ody. Ody tau bahwa dalam diamnya El sedang memperhatikannya. Rasanya tidak ada yang salah dengan penampilannya hari ini, Sheath dress pink yang dipadukan dengan cape blazer warna putih.
"Maaf Pak, apa ada yang salah dengan penampilan saya?" Tanya Ody mencoba mengkonfirmasi perasaannya.
"Nggak ada Dy. Hari ini kamu kelihatan cantik, dan terima kasih karena sudah mau pakai hadiah dari saya."
"Ah.. iya Pak." Ujar Ody agak salah tingkah. El jelas menangkap gerak gerik tersebut. Ody memang tak pernah dapat menyembunyikan ketika dia sedang malu karena pipinya selalu memerah.
"Oya, semua dokumen sudah kamu bawa kan?" Tanya El mencoba mengalihkan topik pembahasan.
"Sudah lengkap Pak. Oya Pak ini passport dan tiketnya."
"Oya terima kasih." Ucap El menerima pasport dan tiket yang diserahkan Ody. Tanpa sengaja tangan El menyentuh tangan Ody. Ody agak terkejut namun berusaha menutupinya dengan seakan -akan sedang mencari sesuatu di dalam hand bagnya.
Melihat hal tersebut membuat El semakin gemas. Asisten pribadinya ini memang manis. Sepanjang perjalanan, Ody lebih banyak diam dan menghindari kontak mata dengan El. Dia hanya bicara ketika El bertanya, selain itu Ody seperti sedang berkutat dengan pikirannya sendiri hingga waktu makan siang tiba.
"Dy, kamu kenapa?" Tanya El sambil menyerahkan piring dengan daging steak yang telah dipotong-potong olehnya untuk Ody lalu mengambil piring di hadapan Ody yang belum sempat disentuhnya.
"Ah, nggak ada apa-apa Pak." Ujar Ody agak gugup menerima perlakuan manis dari El.
"Saya tau kamu sedang memikirkan sesuatu."
"Nggak papa Pak, saya hanya.. Hanya rindu rumah." Jawab Ody mencari alasan yang masuk akal.
"Ooo.. Kapan ya kamu terakhir kali ambil cuti?"
"Ehm.. Hampir 1 tahun lalu Pak."
"Wah udah lama yah."
"Iya Pak." Jawab Ody sambil tersenyum.
"Okay deh, nanti setelah perjalanan bisnis kita yang terakhir ke Macau kamu boleh ambil cuti."
"Betulan Pak? Saya dikasih ijin cuti?"
"Iya, saya izinkan kamu cuti. 1 minggu aja ya, jangan lama-lama bisa pusing saya nanti."
"Wah terima kasih ya Pak."
"Sama-sama. Sudah jangan ngelamun lagi, cepat habiskan steaknya keburu dingin. Setelah ini kita ke hotel dulu, nanti malam kamu bebas kalau mau jalan sendiri kebetulan saya ada urusan."
"Baik Pak."
*****
Namanya perjalan bisnis bersama El artinya jadwal padat. Jika kemarin Ody bebas tugas, hari ini jadwal padat merayap bagaikan si komo lewat.
"Excuse me.” Kata Ody menyela obrolan El dan Roy salah satu partner bisnis mereka asal singapura
“Pak maaf mengganggu, kita sudah di tunggu untuk meeting dengan Mr. Chan dari Fastcomm." Ucap Ody agak berbisik mengingatkan El.
"Thank you ya Dy." Ucap El setengah berbisik sambil tersenyum yang membuat jantung Ody berdegup tak karuan.
"Ya Pak."
"Okey Roy, thanks for today. I will call you soon."
"Okey El. I'm waiting for your call bro."
"Sure. Bye Roy." Ucap El lalu meninggalkan Roy diikuti Ody.
Seperti yang diketahui bahwa tugas Ody adalah mempermudah pekerjaan El. Rapat yang seharusnya berjalan alot jadi terasa begitu mudah, ringan, dan cepat. Kesepakatan dibuat oleh kedua belah pihak tanpa ada banyak perubahan, semua urusan selesai dengan cepat dan tenang. El benar-benar puas dengan hasil kerja Ody. Tak salah menempatkannya sebagai asisten pribadinya.
"Dy, ini buat kamu."
"Apa ini Pak?"
"Buka saja, semoga kamu suka dan mau memakainya."
"Pak ini..." Kata Ody terhenti karena termangu menatap sebuah jam tangan role* yang begitu indah ada di hadapannya.
"Ini sepadan dengan semua kerja keras kamu untuk saya. Saya sungguh menghargainya, jadi saya rasa apa yang saya berikan untuk kamu sudah sepantasnya."
"Apa ini tidak berlebihan Pak?" Tanya Ody yang tau harga jam itu tidaklah murah.
"Tidak jika itu untuk asisten saya. Sini saya pakaikan."
"Biar saya pakai sendiri Pak. Terima kasih banyak Pak."
El memang boss yang mengagumkan. Menurut Ody bekerja untuk El adalah kesempatan langka yang tak akan pernah disia-siakan nya. El merupakan boss tampan dengan sejuta pesona dengan perhatian-perhatian kecil yang tak terduga.
Mak Comblang Hari ini adalah perjalanan yang melelahkan menuju ke Shanghai. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam waktu setempat ketika mereka tiba di Shanghai. Sebelumnya Ody dan El harus terbang dari Jakarta menuju ke Singapore terlebih dahulu selain untuk transit juga karena ada kontrak kerjasama dengan Roy rekan bisnis El yang harus mereka selesaikan. Ody ingin melepas penatnya dengan mandi air hangat. Rasanya dia ingin segera membasuh tubuhnya yang terasa begitu lengket setelah beraktivitas seharian lalu berbaring karena esok hari dia harus bangun pagi dan mempersiapkan meeting penting dengan Mr. Choi. Dia mau kontrak kerjasama yang sudah dipersiapkannya dengan susah payah berjalan mulus. Usai mandi dan berendam air hangat rasa kantuk mulai menghinggapi Ody, sayang tidak begitu dengan p
Chaos "Pagi Pak El." Sapa Ody. "Pagi Dy." "Permisi Pak." Ujar Ody yang minta ijin untuk merapikan simpul dasi El. "Ehm, Dy... Saya mau minta maaf untuk..." "It's Okey Pak. Mungkin semalam Bapak sudah terlalu lelah saja, jadi tolong jangan terlalu dipikirkan. Kita sekarang hanya harus fokus dengan meeting pagi ini dengan Mr. Choi. Meeting ini sangat penting untuk perusahaan kita Pak." "Okey, Thanks Dy." "Bapak, mau sarapan di bawah atau saya bawakan saja? Pak Bobby sudah ada di restoran."
Galau Beberapa jam sebelumnya. Seharian ini El dan Chika berjalan-jalan mengelilingi Makau, menghabiskan waktu berdua untuk merayakan anniversary mereka yang ke 3. Bahagia bagi El karena setelah sekian lama El bisa mengajak Chika untuk jalan-jalan tanpa gangguan pekerjaan. Ya ini berkat Ody dan Bobby yang dengan sigapnya menyelesaikan semua tugas dan pekerjaan untuknya. Saat ini El dan Chika sedang duduk di salah satu restoran yang merupakan tempat pertama kali mereka bertemu. Brasserie yang ada di Parisian. Restoran ini cukup ramai, namun lagi-lagi berkat Ody mereka bisa mendapat tempat yang cukup spesial. "Happy anniversary yah babe." Ucap El usai memasangkan sebuah kalung dengan liontin b
Crash Mengandung adegan 21++ , Mohon kebijakan pembaca sekalian. "Ketemu Dy?" Tanya Bobby panik melalui sambungan telepon. "Ketemu Pak, di klub dalam kondisi mabuk parah." Ucap Ody agak terengah-engah karena sedang membopong El. "Hah?" "Iya ini saya baru mau bawa ke kamarnya sama security klub." "Aduh pak El, jangan teriak-teriak." pekik Ody karena El mulai berteriak-teriak lagi seperti orang kesurupan jenglot "Memangnya kenapa? Kok kamu ribut sih." ucap El dengan suara lantang. Perasaan selama bekerja dengan El, Ody tak pernah melihat El mabuk hi
Broken Perlahan-lahan Ody beranjak dari ranjang El menuju kamar mandi. Dia duduk di bawah pancuran shower, merasakan bagian intinya yang masih terasa perih dan nyeri. Ody berusaha mengatur akal dan emosinya walaupun rasanya sulit dan ingin rasanya berontak. Ody menangis meratapi nasibnya yang begitu malang, suara tangisnya begitu memilukan hati. “Tuhan kenapa ini harus terjadi kepadaku sekarang? Kenapa harus aku yang mengalami ini, disaat aku masih harus bekerja keras untuk keluargaku.” Gumam Ody di sela tangisannya “Apa dosaku Tuhan? Apa kesalahanku hingga aku bernasib begini? Kenapa Engkau mengujiku dengan jalan seperti ini Tuhan?” Ucap Ody lagi dengan tangisan yang menyayat-nyayat. Hampir 1 jam Ody ada dibawah guyuran ai
What Happened? Jam menunjukkan pukul 4 pagi saat El tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Rasa nyeri di kepalanya benar-benar luar biasa bagai ditusuk ribuan paku. Dia memaksakan bangun dan berjalan menuju lemari pakaian. Biasanya Ody akan selalu membawakan kotak obat-obatan untuknya, dan menyelipkannya di antara pakaiannya. Begitu menemukannya dia segera mencari obat sakit kepala di dalam kotak tersebut dan meminumnya. Setelah itu El berjalan gontai menuju kamar mandi lalu menyalakan keran dan membasahi kepala dengan air panas. Beberapa menit kemudian saat yang diminumnya tadi mulai bekerja dan pusing yang dialaminya mulai mereda, kesadaran El perlahan mulai pulih. Ruang kamar mandi menjadi semakin hangat seperti di sauna, hingga uap panas memenuhi seluruh ruangan. Di bawah kucura
Masalah Ternyata meminta bantuan dari Bobby tidak lantas membuat perasaan El menjadi damai dan tenang, yang ada malah semakin kacau mengingat begitu banyak masalah yang menimpa dirinya secara bertubi-tubi hanya dalam satu malam. Mulai dari putus dengan Chika, ditambah urusan kontrak dengan Mr. Choi yang akan dibatalkan, dan yang paling membuatnya pusing adalah mungkin saja dia telah tidur dan menghancurkan hidup seorang perempuan yang entah siapa. Semua masalah itu bagaikan batu besar diatas bahunya. El sedang duduk di sofa kamarnya menatap jauh ke luar jendela, memikirkan segala hal yang mungkin terjadi setelah ini juga langkah yang akan di buatnya. Dia sungguh menata pikirannya serta menyusun prioritas masalah yang harus diselesaikannya segera. Tit... Cekrek...
Are you Okey? Seusai acara runding ulang tadi, Ody memang lebih banyak diam. Dia selalu berusaha menghindari El dan tidak mau menatap wajah El dengan memilih untuk selalu berada di belakang Bobby. El sendiri masih bingung bagaimana harus mulai mengajak bicara Ody tentang kejadian semalam. Kepalanya berputar cepat memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikatakan, tapi tiap kali akan mulai bicara selalu saja lidahnya terasa kelu. "Bob.." Panggil El "Hemm.." Jawab Bobby yang sudah memejamkan matanya, rasa kantuk mendera dirinya. "Gue mulai ngomongnya ke Ody gimana ya?" "Ya ngomong aja."