Musuh Bebuyutan
Pagi ini kehebohan sudah hadir di rumah El, Bobby berlari tergopoh-gopoh menghampiri El dan Ody yang sedang sarapan di meja makan. El dan Ody agak terkejut dengan kehadiran Bobby pagi ini, karena tak biasa-biasanya dia mau berkunjung ke rumah El, apalagi ketika hari masih pagi.
“Dy, kenapa telepon gue nggak diangkat?” ucap oy dengan nafas terengah-engah.
“Telepon? HP aku masih di charge di kamar.” Ody hendak melenggang pergi meninggalkan meja makan namun ditahan El.
“Kenapa juga istri gue harus jawab telepon dari lo? Wajib gitu?”
“Bukan itu masalahnya! Lo nggak lihat berita pagi ini?!” Seru Bobby panik.
<Tanda tanya El baru saja keluar dari ruang kantornya, saat dia melihat ayahnya memasuki lift khusus direksi dengan wajah yang sulit dideskripsikan. El tahu ayahnya sedang sangat marah, hanya dengan melihat wajahnya yang seperti orang kesetanan. Kecemasan El semakin menjadi tatkala tak melihat Ody ada di meja kerjanya. "Riz, Ody mana?" Tanya El pada Riza. "Itu ... itu Pak." Riza sulit menjawab, kata-katanya terbata-bata. "Itu, itu kenapa, sih?" Seru El mulai kesal. "Tadi d
Tikungan TajamPerasaan El jadi tak karu-karuan, sejak mendengar suara seorang wanita yang diam-diam masih dirindukanya, beberapa bulan ini. Pikirannya kacau dan kalut, El yakin bahwa perempuan yang sedang bersama dengan Bobby saat ini adalah perempuan yang dicarinya. Entah kenapa hatinya begitu diselimuti perasaan cemburu yang membara.El melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat Bobby berada saat ini. Setibanya di depan lobby, El berlari kencang menuju lantai 12, tempat apartemen Bobby berada. Wajahnya memerah, menahan amarah sambil menggedor pintu apartemen Bobby keras-keras.Dok dok dok"Buka pintunya!!" Teriak El, "Bobby, cepat buka, kalau nggak, gue dobrak sekarang!!" Ketika Bobby membuka pintu apartemennya, dia l
Now I Know"Hai, Ben," sapa Chika sambil melangkah mendekati El, pria yang sempat mengisi hari-harinya 3 tahun belakangan."Babe, kamu kemana aja? Selama beberapa bulan ini aku cariin kamu," ucap El sambil mendekap tubuh Chika erat, namun perlahan Chika mendorong tubuh El menjauhinya."Buat apa kamu cari aku lagi? Kita, kan, udah putus, Ben?" kata Chika sambil menunjukkan senyum simpulnya yang menawan hati. Dia berjalan melewati El menuju ke dapur apartemen Bobby."Aku nggak pernah setuju buat putus sama kamu, Babe." El tampak frustasi karena Chika yang begitu dirindukannya malah menghindarinya."Kenapa, sih, kamu nggak mau lepasin aku aja?" Tanya Chika sambil menatap mata
Dingin El baru saja keluar dari tol Baros menuju ke rumah orang tua Ody. Otaknya bekerja dengan cepat sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju ke Bandung. Memorinya kembali ke beberapa tahun belakangan, banyak momen kebersamaannya dengan Chika yang ternyata dirancang bahkan berhasil terlaksana atas bantuan Ody. Setiap kado yang diterima El yang ternyata semua adalah pilihan Ody. Ody memang tahu secara pasti apa dan bagaimana seleranya. Selama ini El tak pernah menyadari betapa spesialnya keberadaan seorang Ody. Dia mengatur bahkan mempermudah seluruh kehidupannya. Selama ini El terlalu egois hingga dia lupa untuk memperhatikan bahkan menghargai dan bersyukur untuk setiap hal kecil yang diterimanya. Mobil El memasuki halaman sebuah rumah yang terlihat cukup besar, dengan kebun yang cukup lua
Mencari RestuJam menunjukkan pukul 9 pagi ketika El mulai membuka matanya dan menyadari bahwa Ody tak lagi ada disampingnya. El menggosok matanya yang masih terasa berat, saat pandangannya menjadi jelas dia mulai mengamati sekeliling kamar Ody. Ada banyak foto kecil Ody bersama kedua orang tuanya dan juga Aryo. Ody tampak cantik saat mengenakan seragam SMA membuat El tersenyum.Kamar Ody tidak terlalu besar, namun begitu nyaman, udara sejuk Bandung masuk ke dalam kamar begitu El membuka jendela kamar yang menampakkan pemandangan gunung yang membentang indah di hadapannya. El kembali tersenyum ketika melihat sebuah polo shirt warna putih dan celana pendek coklat sudah tersedia di atas ranjang. Ody memang begitu perhatiannya, El benar-benar baru menyadari setiap perhatian Ody padanya.El segera ke
Sampai titik darah penghabisan Ini, merupakan hari ke 3 El berada di Bandung, El bertekad tak akan pulang sebelum berhasil mendapatkan restu dari Erina dan Aryo. Ini memang bukanlah hal yang mudah, karena baik Erina maupun Aryo sama-sama masih tidak terima dengan perbuatan El yang sudah mengahancurkan hidup Ody dan dengan lancangnya menikahi Ody tanpa meminta restu pada ibu dan kakaknya. "Bao, abis dari mana? Kok, badan kamu kotor semua gini sih? Ih, bau amis lagi," "Aku tadi abis dari empang, Aryo minta tolong aku bantuin kuras empang." "Ya ampun, Bao. Ya udah, sekarang kamu mandi dulu, nanti aku siapin baju ganti," "Thanks," ujar El langsung membuka kaos yang d
Malam Pertama Mengandung konten 21+ harap bijaksana. El baru saja selesai mandi lalu berbaring di ranjang, tubuhnya lelah dan penat. Seharian ini dia begitu sibuk dipekerjakan Aryo di empang, hingga kulitnya mulai terbakar matahari dan belang. Ody dengan telaten mengambil lotion lalu mengusapkannya ke kulit El. El menikmati setiap sentuhan lembut Ody yang membuatnya begitu nyaman. "Bao," panggil Ody sambil berbaring di samping El yang sudah memejamkan matanya. "Hemm…." "Kamu mau bertahan disini sampai kapan?" Tanya Ody sambil menyibakkan anak rambut El. "Sampai aku dapat restu dari Mami sama Aryo," ujar El sambil menoleh dan menatap wajah istrinya.
Sahabat LamaSudah 1 minggu ini, El ada berada di rumah Ody, namun Erina masih saja bungkam. Tak ada 1 orangpun didalam rumah yang bisa mengajaknya bicara. Entah apa yang saat ini dipikirkannya tapi Erina lebih memilih mengacuhkan mereka semua.Saat ini hanya ada Ody dan Erina di rumah, sedangkan El sudah pergi ke kebun bersama dengan Aryo sejak hari masih begitu pagi. Aryo benar-benar kejam memperlakukan El, dia selalu meminta El untuk melakukan banyak pekerjaan berat seorang diri. Namun demi mendapatkan restu Aryo, El bersedia melakukannya.Tok tok tok"Permisi.""Ya, sebentar," ucap Ody berjalan dari dapur menuju pintu depan.