Kamu Istriku
Sejak pertikaiannya di kantor Fastcomm, El lebih memilih untuk banyak diam. Dia tak mau menjawab sedikitpun pertanyaan Ody bahkan mengacuhkan Ody. Buat Ody ini jadi PR yang berat, merasakan tubuhnya yang begitu tak karu karuan, belum lagi menjaga moodnya agar tetap baik, berusaha bekerja seprofesional mungkin, masih harus menjaga pikiran dan kewarasannya dalam menghadapi El suami sekaligus bossnya yang mendadak menyebalkan.
"Mau sampai kapan diemin aku?" Tanya Ody saat mereka berdua sudah didalam mobil. El masih saja diam seribu bahasa, mulutnya digembok rapat dan entah dibuang kemana kuncinya. Ody hanya bisa menggelengkan kepala menatap suaminya yang sedang kesal, demi menjaga kewarasannya Ody harus mengambil sebuah langkah keras.
"Pak, tolong berhenti di MRT station depan yah
Bocah SD yang jadi CEO, hu yeahhh... El mulai kena pawangnya nih... Seperti apa kelanjutan ceritanya? Ikutin terus cerita ini yah.. Jangan lupa beri komentar, vote, juga rating untuk cerita ini.. Love you kesayangan Mommy..
Welcome HomeJam menunjukkan pukul 4.30 waktu Singapura saat El, Ody, dan Amara tiba di terminal 3 bandara Changi, Singapura. Rasa kantuk benar-benar membuat Ody berulang kali memejamkan matanya belum lagi morning sick yang masih datang di jam subuhnya. Biasanya untuk semua urusan check-in tiket, bagasi, dan imigrasi akan diurus Ody, tapi kali ini berbeda. El yang mengambil inisiatif untuk mengurus semua tugas itu, namun saat El kembali dari konter check-in dia tak melihat istrinya."Ra, Ody mana?" Tanya El saat tak melihat Ody di dekat Amara."Tadi mau ke toilet dulu katanya." Ujar Amara sambil memainkan ponselnya."Okey, kamu duluan aja ke lounge biar aku jemput Ody, kita ketemu disana." Ujar El
New HabitsSemenjak tinggal di rumah El rutinitas pagi Ody masih juga sama, bangun pagi dan segera menyiapkan dirinya serta keperluan El untuk ke kantor. Namun yang membedakan saat ini dia tak harus tergesa-gesa menuju rumah El dan hanya perlu membangunkan El yang tidur disampingnya. Pagi ini dia berusaha bangun lebih dulu dibanding El. Walaupun sudah hampir 2 minggu menikah dengan El tapi rasanya masih canggung untuk tidur satu ranjang dengan suaminya itu. Ody perlahan-lahan turun dari ranjang agar tak membangunkan El, tapi nampaknya suaminya terlalu siaga dengan setiap pergerakan yang dibuatnya.“Mau kemana?” Tanya El dengan mata yang masih terpejam.“Kamar mandi.” Jawab Ody“Mual?”&nb
Menantu Mama Pagi ini, Ody sudah siap dengan pakaian kantornya dan sedang berkutat di dapur bersama Bi Pur, saat tiba-tiba Riana muncul di dekat pintu dapur. "Dy ...," panggil Riana "Mama," "Nyonya," seru Ody dan Bi Pur bersamaan, mereka agak terkejut dengan kehadiran Riana yang memang hampir tidak pernah datang ke rumah El. "Lagi buat sarapan?" tanya Riana sambil tersenyum lebar, senyumnya begitu meneduhkan hati. "Iya, Ma," jawab Ody sambil mendekati Riana, "Mama, mau Ody buatkan sesuatu?" "Teh aja, Dy," "Oke. Mama duduk dulu aja, sebentar Ody bu
Welcoming PartyHari mulai gelap ketika Ody keluar dari salon. Dia benar-benar menahan rasa kantuk dan lelah menggelayutinya, belum lagi rasa nyeri yang hilang timbul di perut bagian bawahnya."Kita langsung ke tempat acara ya Pak," ucap Riana saat memasuki mobil.“Baik, Bu.” Mobil mulai melaju membelah kemacetan kota Jakarta di jam pulang kantor."Ma, nanti acaranya dimana?" Tanya Ody."Ada deh.""Ody, kok, jadi deg-degan, ya?""Santai aja, Dy. Dengerin kata-kata Mama ya, Dy, kamu itu cantik dan cerdas, jadi jangan suka minder. Sekarang status kamu
Musuh BebuyutanPagi ini kehebohan sudah hadir di rumah El, Bobby berlari tergopoh-gopoh menghampiri El dan Ody yang sedang sarapan di meja makan. El dan Ody agak terkejut dengan kehadiran Bobby pagi ini, karena tak biasa-biasanya dia mau berkunjung ke rumah El, apalagi ketika hari masih pagi.“Dy, kenapa telepon gue nggak diangkat?” ucap oy dengan nafas terengah-engah.“Telepon? HP aku masih di charge di kamar.” Ody hendak melenggang pergi meninggalkan meja makan namun ditahan El.“Kenapa juga istri gue harus jawab telepon dari lo? Wajib gitu?”“Bukan itu masalahnya! Lo nggak lihat berita pagi ini?!” Seru Bobby panik.
Tanda tanya El baru saja keluar dari ruang kantornya, saat dia melihat ayahnya memasuki lift khusus direksi dengan wajah yang sulit dideskripsikan. El tahu ayahnya sedang sangat marah, hanya dengan melihat wajahnya yang seperti orang kesetanan. Kecemasan El semakin menjadi tatkala tak melihat Ody ada di meja kerjanya. "Riz, Ody mana?" Tanya El pada Riza. "Itu ... itu Pak." Riza sulit menjawab, kata-katanya terbata-bata. "Itu, itu kenapa, sih?" Seru El mulai kesal. "Tadi d
Tikungan TajamPerasaan El jadi tak karu-karuan, sejak mendengar suara seorang wanita yang diam-diam masih dirindukanya, beberapa bulan ini. Pikirannya kacau dan kalut, El yakin bahwa perempuan yang sedang bersama dengan Bobby saat ini adalah perempuan yang dicarinya. Entah kenapa hatinya begitu diselimuti perasaan cemburu yang membara.El melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke tempat Bobby berada saat ini. Setibanya di depan lobby, El berlari kencang menuju lantai 12, tempat apartemen Bobby berada. Wajahnya memerah, menahan amarah sambil menggedor pintu apartemen Bobby keras-keras.Dok dok dok"Buka pintunya!!" Teriak El, "Bobby, cepat buka, kalau nggak, gue dobrak sekarang!!" Ketika Bobby membuka pintu apartemennya, dia l
Now I Know"Hai, Ben," sapa Chika sambil melangkah mendekati El, pria yang sempat mengisi hari-harinya 3 tahun belakangan."Babe, kamu kemana aja? Selama beberapa bulan ini aku cariin kamu," ucap El sambil mendekap tubuh Chika erat, namun perlahan Chika mendorong tubuh El menjauhinya."Buat apa kamu cari aku lagi? Kita, kan, udah putus, Ben?" kata Chika sambil menunjukkan senyum simpulnya yang menawan hati. Dia berjalan melewati El menuju ke dapur apartemen Bobby."Aku nggak pernah setuju buat putus sama kamu, Babe." El tampak frustasi karena Chika yang begitu dirindukannya malah menghindarinya."Kenapa, sih, kamu nggak mau lepasin aku aja?" Tanya Chika sambil menatap mata