Beranda / Lainnya / My Sexy Bodyguard / Part 01 - Accident

Share

My Sexy Bodyguard
My Sexy Bodyguard
Penulis: Mrs.Juno

Part 01 - Accident

Penulis: Mrs.Juno
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-08 16:13:34

Part 01 - Accident

Desing suara knalpot motor melaju cepat di jalanan lenggang itu. Decitan dari ban yang beradu dengan aspal terdengar melengking hingga ke ujung jalan saat si pengendara bertubuh mungil itu melintasi tikungan jalan.

Luna mengingat kembali bayangan sebelum dirinya mendadak pergi dari apartemen.

Wanita bersurai coklat itu mendekati pintu balkon di mana sang kekasih tengah melakukan panggilan telepon. Suara pria dengan logat latin itu terdengar menyebutkan sebuah transaksi tentang mencelakai seseorang.

Bukan hanya itu, Luna juga mendengar sebuah jalan yang diduga menjadi tempat terjadinya tragedi. Dirinya semakin terkejut ketika membaca pesan dari sang kakak mengatakan sudah berada di jalan yang sama dengan perkataan Valerio dalam panggilannya.

“Baiklah, aku akan ke sana dalam waktu tiga puluh menit. Setelah memastikan kecelakaan itu terjadi, bayaranmu akan aku kirimkan.” Suara Valerio mengakhiri panggilannya.

Luna bergegas sambil menghubungi kakaknya. Beberapa kali nada dering terdengar, tetapi tak mendapat jawaban. Dia terus mendial ulang panggilan itu. Sambil menyalakan kendaraannya ia segera meluncur, tentunya setelah ia menyelipkan benda pipih itu di samping helm yang ia kenakan.

Hingga ketika di pertengahan jalan sambungan itu terjawab, tetapi baru saja kakaknya menyapanya seketika suara teriakan terdengar memekik kuat dan benturan mobil terdengar kencang.

Alona, apa yang terjadi?!” pekik Luna. Setelah mendengar decitan ban dan jeritan dari ujung sambungan itu, serta suara gaduh tabrakan kencang memekakan telinganya.

“Alona, jawab aku,” lirih Luna. Mempercepat lajunya agar segera tiba di tempat kejadian.

Kini hanya erang kesakitan yang terdengar dari panggilan itu, diiringi jerit tangis yang diduga Luna adalah suara Grace. Perlahan matanya mulai memanas merasakan cairan bening berkumpul di pelupuk matanya.

“Graceline,” lirih Luna memanggil, walau tahu tak akan ada jawaban.

Oh, ya Tuhan. Kumohon lindungilah mereka, harap Luna dalam hati. Seketika merasa sesak akibat menahan tangis yang tak diizinkannya keluar agar ia tetap bisa fokus mengendarai motor itu.

Sampai beberapa menit kemudian dirinya tiba dan tercengang dengan apa yang terjadi. Luna menghentikan kendaraan beroda dua itu dan meraih ponsel serta membuka helm lalu membuangnya sembarangan. Dengan sigap ia menghubungi ambulans dan polantas melaporkan kecelakaan yang terjadi di hadapannya.

Kedua kakinya terus melangkah mendekat pada dua mobil pribadi, dan satu truk pengangkut barang, juga sebuah minibus yang menutupi jalan tersebut. Luna mengenali satu mobil yang dalam posisi terbalik. Mendadak jantungnya sempat berhenti sedetik kemudian berdetak kencang, tatkala nomor plat yang dikenalnya benar milik Alona yakni sang kakak.

Langkahnya mulai melambat begitu ia melihat langsung penghuni di dalam mobil itu, dalam sekejap kedua kakinya terasa lemas dan aliran panas di matanya mulai mengalir. Dirinya tak dapat menahan lebih lama lagi. Air bening itu tumpah ruah membasahi pipinya saat Luna mendekat ke hadapan mobil yang terhimpit pembatas jalan dan limosin hitam di sisi satu lagi.

“Alona,” lirihnya. Menatap kondisi sang kakak dan iparnya di dalam mobil dengan keadaan tak sadarkan diri.

Samar-samar Luna mendengar suara tangis kecil dari dalam mobil.

“Grace?! Oh, ya Tuhan. Tenanglah. Aunty akan membantumu keluar,” tekad Luna mulai panik. Ketika mendapati keponakannya masih selamat dan belum terlepas dari kursinya di dekat sisi pintu dekat pembatas jalan dalam kondisi ketakutan dan terus menangis.

Luna mencari cara dan memerhatikan mobil tersebut dari segala sisi. Posisi mobil yang terhimpit, menyulitkannya untuk membuka kedua pintu mobil.

Lantas ia bergegas mencari celah untuk menaiki kemudi limosin dengan menggeser sang supir yang sudah tak sadarkan diri, terlihat darah segar yang mengalir dari kepala hingga menutupi wajah pria itu. Luna mencoba berkali-kali menyalakan kendaraan panjang itu. Akan tetapi, belum juga berhasil.

“Oh, Jesus christ! C’mon!” Luna berseru mengharapkan keajaiban diberikan Sang Pencipta.

Sampai beberapa detik kemudian usahanya untuk membuat mesin itu menyala berhasil. “Yes, Thank God!” ucap Luna bersyukur, dengan segera ia bergegas memundurkan kendaraan itu sedikit agar mobil sang kakak memiliki ruang untuk membuka pintu dan bisa mengeluarkan Grace.

Luna mengeluarkan sang kakak dan iparnya yang dalam posisi terbalik dengan melepaskan seat belt mereka masing-masing, lalu ia berusaha menenangkan Grace yang terus menangis melihat keadaan orang tuanya.

It’s okay, Grace. I'm here,” lirih Luna.

Tangisan Grace membuat Luna juga tak dapat berhenti meneteskan air matanya. Ia berusaha menenangkan, tetapi dirinya juga tak kuat meratapi tubuh tak bernyawa itu. Gejolak di dadanya terasa menyesakkan setelah mengecek keadaan nadi keduanya yang tak lagi berdenyut. Luna hanya bisa memeluk Grace dengan erat dan menangis dalam diam yang menyiksanya seperti tercekik.

Hingga saat Luna dan Grace tengah terlarut dalam tangis, samar-samar mereka mendengar suara meminta tolong. 

“Tolong, siapa pun …. Tolong kami,” rintihan itu terdengar semakin lemah. Memaksa Luna mengajak Grace untuk melihat siapa kiranya yang meminta tolong.

***

"Enough, Mom!" seruan yang keluar dari mulut Axel mengejutkan kedua orang tuanya.

Hal tersebut membuat suasana di dalam limosin hitam yang ditumpanginya berubah dingin. Bak hakim yang sedang berada di ruang sidang, orang tua Axel memegang sejumlah dokumen di tangan mereka, menggunakannya untuk menghakimi pemuda itu. Isi dokumen tersebut tak lain merupakan informasi mengenai para wanita yang ingin dijodohkan dengan Axel.

"Axeleon! Beraninya kau membentak ibumu!" hardik sang ayah.

Axel menghela napas dan memilih membuang tatapannya. Ketiganya kini tengah dalam perjalanan untuk menghadiri jamuan makan malam dari rekan bisnis yang hendak menjalin kerja sama, sekaligus untuk memperkenalkan Axel pada putri rekan bisnisnya itu.

"Berapa kali harus kukatakan. Aku tak ingin dan tak akan mau dijodohkan. Bukankah kalian juga tahu, bahwa aku sudah memiliki kekasih?"

"Justru karena ayahmu tahu dan mengenal keluarga dari kekasihmu itu, Axel. Kami bertindak cepat agar kau berhenti bermain dengan wanita itu!" Balasan sang ibu membuat Axel semakin memanas dan hendak kembali menyanggah ucapan tersebut.

Namun, seketika kedua orang tuanya terlempar ke hadapannya akibat guncangan dari tabrakan yang terjadi secara tiba-tiba.

"Mom, Dad!" seru Axel.

Pria itu baru saja mengangkat sang ibu dari pangkuannya dan melihat keadaan wanita paruh baya itu. Sialnya dari samping mobil,  tepatnya di hadapan tempat Axel duduk. Ia mendengar suara klakson dari sebuah bus.

"Philipe, get out of the way!" perintahnya lantang.

Mengingat pembatas tempatnya dengan pengemudi tertutup kaca—walau kaca itu terlihat telah hancur dan menyebabkan kepingan beling itu menusuk ke tubuh Ayah dan Ibunya.

Nahas, seketika hantaman dari bus di samping limosinnya kembali menabrak sisi kirinya yakni tepat dari hadapannya yang duduk menyamping. Sehingga limosin hitam itu terdorong kembali menabrak sebuah sedan putih yang telah terjungkal dan menyeret mereka ke pembatas jalan.

Hal tersebut semakin memperparah keadaan di dalamnya, membuat Axel menunduk lantaran jok di sebrangnya menghajar kakinya hingga terjepit, dan serpihan kaca jendela menusuk ke dada serta dari belakang juga mengenai punggungnya yang  mengakibatkan cairan merah mengalir membasahi tubuhnya. Di sisi kirinya terdapat sang ayah yang sudah tak bergerak dengan darah bersimba memenuhi seluruh wajah paruh baya itu. Sementara sang ibu berada di sisi kanannya dengan kondisi yang sama mengenaskannya.

“Mom, Dad, sadarlah,” lirih Axel. Suaranya begitu berat menahan rasa sesak dan sakit di sekujur tubuhnya.

Axel berusaha untuk tetap sadar dan meraih kedua orang tuanya sebisa jangkauan tangannya. Ia menyentuh mereka sambil terus mengharapkan keduanya dapat tersadar, setidaknya sampai bantuan datang untuk memberikan pertolongan. Sedangkan kondisinya saat ini begitu tersiksa, keadaan kakinya yang terjebak pada jok mobil itu.

“Argh! Damn!” erangan disertai umpatan kembali terlontar saat ia mencoba untuk mengeluarkannya dari himpitan tersebut. Rasa ngilu begitu menusuk hingga ke tulang. 

Dirinya menatap dari celah pembatas ke arah pengemudi. Terlihat Philipe juga tak berkutik dengan kepala di atas kemudi. Cukup lama dirinya memerhatikan sekitar menjaga kesadarannya tetap ada. Suasana gelap di jalan itu tampak tak ada pengendara yang melintas. Karena memang jalan tersebut hanya dilalui oleh penghuni perumahan baru yang menjadi tempat pertemuan Axel dengan rekan bisnis yang mengundang jamuan makan di rumah baru mereka.

Ya, Tuhan. Bagaimana bisa ini terjadi? keluhnya dalam hati. Menyayangkan hal ini terjadi hanya demi kesepakatan bisnis.

Beberapa menit ia menunggu bantuan datang, hingga dirinya sempat terpejam setelah lelah menahan rasa sakit. Sampai suara mesin limosinnya terdengar berusaha dinyalakan berkali-kali dan berhasil. Kemudian kendaraan itu bergerak mundur. Axel membuka matanya dan mengintip sekilas siluet dari pembatas tempatnya ke posisi pengemudi. Menunjukkan sebuah sosok wanita dengan rambut gelombang terikat menjadi satu.

Axel baru saja hendak memanggil. Namun, wanita itu bergegas keluar dan meninggalkannya. Memaksa Axel yang masih ingin bertahan hidup menoleh ke belakang pada jendela kaca yang telah hancur. Dirinya melihat apa yang tengah dilakukan wanita itu pada mobil yang bertahan oleh besi pembatas jalan.

“Tolong, siapa pun …. Tolong kami.” Dengan bibir yang bergetar, Axel berusaha memanggil dan meminta tolong agar dirinya dikeluarkan juga dari sana.

Sialnya, ia tak mempunyai cukup tenaga untuk berteriak lebih kencang. Dirinya hanya bisa mengeluarkan suara kecil dan lirih akibat rasa sakit yang menusuk dadanya tadi, bahkan kini cairan merah keluar dari mulutnya.

Kumohon, siapapun kau …, semoga kau mendengarku. Axel berharap dalam hati melirik kedua orang tuanya bergantian. Mom, Dad. Bangunlah, kalian harus selamat, kumohon. Tetaplah bertahan. Dia kembali berharap dalam hatinya.

"Tuan, kau baik-baik saja?!" pekik suara wanita berpakaian serba hitam itu.

Axel menatap samar wanita itu, melihat aliran darah yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa mengangguk lemah, dan mengusap kedua tangan orang tuanya yang sejak tadi ia genggam.

“Bertahanlah, aku akan membantumu keluar,” ujar lagi wanita itu dengan wajah paniknya yang samar, tersorot cahaya remang dari lampu jalan.

Wanita itu terlihat cekatan menyingkirkan jok yang menindih kakinya, hingga seketika erangan terdengar saat jok itu berhasil disingkirkan. Lalu wanita itu hendak membantunya melihat kondisi kakinya, akan tetapi Axel menggeleng.

“Tolong selamatkan kedua orang tuaku lebih dulu, kumohon,” lirihnya pelan. Kesadarannya semakin menipis, ia memejamkan mata walau masih bisa mendengar apa yang diucapkan wanita itu.

“Ambulans akan segera datang, Tuan. Jadi bertahanlah sebentar lagi.” Wanita itu hanya bisa meyakinkan hal tersebut.

Dirinya sudah melihat kedua paruh baya di samping pria tersebut sudah tak bergerak, dan nadinya tak lagi berdenyut. Sama halnya dengan keluarganya. Ia hanya mencoba menolong yang masih bisa tertolong. Hingga suara sirine dari ambulans terdengar mendekat. Beberapa kendaraan lain yang sesekali melintasi jalan itu, kini mulai berdatangan hingga menyebabkan kemacetan akibat kecelakaan tersebut.

Wanita itu yang tak lain adalah Luna, bergegas keluar dan memanggil petugas yang baru saja tiba dan hendak melakukan pertolongan.

“Para petugas! Di sini masih ada yang bisa diselamatkan!" Teriakan suara itu masih samar terdengar oleh Axel.

Walau beberapa suara bising keramaian orang yang mengalami kepadatan kendaraan mulai meramaikan suasana yang tadinya terasa sunyi. Kini setelah Luna meminta pertolongan untuk membantu Axel beserta tiga orang lain yang berada di mobil itu, dirinya memilih mundur dan kembali pada Grace.

Namun, suasana ramai itu tetap tak mengganggu pendengaran Axel akan suara Luna yang tengah mengatakan keluarganya yang juga terkena imbas dari tabrakan tersebut. Axel hanya mendengar suara lantang itu dengan jelas tanpa mendengar keributan lain. Dia memaksakan matanya untuk terbuka walau terasa berat. Memastikan kedua orang tuanya telah diselamatkan lebih dulu. Menyisakan dirinya yang menangkap sosok Luna semakin menjauh.

Bibirnya hendak mengucapkan terima kasih. Namun, pandangannya sungguh semakin kabur. Axel hanya bisa menatap punggung berbalut jaket kulit hitam yang dikenakan wanita itu, menunjukan sebuah lambang sindikat tertentu yang tercetak di punggung tersebut.

Disaat yang bersamaan gambaran tersebut menghilang lantaran dirinya telah dimasukan ke mobil ambulans. Axeleon masih bisa merasakan setiap alat penunjang kehidupan dipasangkan pada tubuhnya disertai suara paramedis yang bertindak melakukan pertolongan pertama pada dirinya.

Whoever you are …. Thank you, for saving me and my parents. Hanya di dalam hati dirinya dapat berucap terima kasih.

Perlahan gelap mengambil penglihatan Axel dan suara melengking mendominasi seluruh indera pendengarannya. Kesadarannya benar-benar telah menghilang. Pria itu tak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya.

**

Mrs.Juno

Haii selamat datang bagi pembaca yang menunggu karya terbaruku, ini adalah yang terbaru dariku. silakan klik tanda + untuk ditambahkan ke daftar bacaan kalian. Well , karena ini baru, jadi akan menjadi ongoing di sini, yeay!!! semoga suka yaa. with love, N.J

| 5
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Novalia
terima kasih sudah mampirrr, semoga sukaa ♡´・ᴗ・`♡
goodnovel comment avatar
Sabrina Candramaya Gayatri
yuuuukkk...mulai selancar ke dunia haluu selanjutttnyaaa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • My Sexy Bodyguard   Extra Part 02

    Extra Part 2 Keesokan harinya. Axel mendapat kabar bahwa keadaan perusahaan Dante yang terlalu lama ditinggalkan Axel, kini sedang membutuhkannya kembali memimpin. Hal tersebut memaksanya untuk segera pulang hari itu juga. Terlebih ada hal penting lainnya yang hendak ia persiapkan. Oleh sebab itu, pagi-pagi sekali Axel berkemas setelah beberapa hari ia menginap di kediaman Salvatore dan mendapatkan jamuan terbaik dari Nathaniel yang begitu ramah juga terbuka dengannya, berbeda dengan Damian yang selalu mencecarnya menggunakan berbagai pertanyaan untuk menyudutkannya seolah mengibarkan bendera perang pada Axel yang gencar untuk menguasai Luna. Namun, bukan karena Axel mau berlama-lama di sana. Semua itu karena ia berjuang keras meyakinkan Luna untuk kembali ke mansionnya. Akan tetapi, wanita itu sungguh keras kepala dan menahannya lebih lama di kebun anggur. Axel bahkan sempat turun tangan ikut berkebun karena dikerjai Damian y

  • My Sexy Bodyguard   Extra Part 01

    Extra part 1 Malam pun tiba setelah Axel dan Luna menyelesaikan ronde kedua percintaan mereka yang mengakibatkan keduanya terlambat berkumpul dan tentunya tanpa membantu Sheina menyiapkan anggur. Namun, tampaknya semua tak masalah seolah mereka memahami juga memaklumi kedua sejoli yang sedang romantis itu memadu kasih hingga lupa waktu. “Luna, ajaklah Axel melihat gudang anggur dan biarkan dia memilih beberapa botol anggur buatan kita untuk dibawa pulang. Anggaplah sebagai hadiah dariku,” ujar Nathaniel. “Sungguh kau tak perlu repot-repot, Tuan.” “Tidak sama sekali, aku memaksa jadi ambillah. Hadiah itu tak seberapa dengan terungkapnya kasus kematian anak angkatku,” ungkap Nathaniel. “Ayolah, Ax. Kakek jarang sekali memberikan tamu hadiah anggur. Kau beruntung hari ini,” goda Luna hendak beranjak dari duduknya. Namun, Damian menahannya. “Biar aku saja, Luna. Sekalian aku ingin bicara dengannya,” ujar Damian. “Ayo, kawa

  • My Sexy Bodyguard   THE END

    Kedatangan Axel ke kebun anggur milik Salvatore menjadi kehebohan tersendiri bagi Luna. Bukan hanya karena dirinya seorang yang berada di sana. Damian dan Nathaniel yakni sang kakek juga sudah menantikan pria yang berhasil membuat cucu angkatnya memuji pria angkuh itu. Setelah bercengkrama membicarakan segala hal tentang dirinya juga bisnis yang mungkin akan terjalin, Axel dipersilakan beristirahat sejenak di kamar yang sudah di siapkan untuknya sebelum makan malam tiba. Diantarkan Luna sampai di depan pintu kamar untuknya, Axel merasa tak puas dan menarik Luna masuk lalu menciumnya tak sabaran. “Axel, aku harus membantu Sheina menyiapkan anggur untuk makan malam!” peringat Luna berbisik. “Aku tak peduli. Sejak kedatanganku kakekmu dan Damian menyerangku dengan berba

  • My Sexy Bodyguard   Part 71 - Revelations of Lanzo

    Ditemukannya Lanzo dan tertangkapnya Fausto menjadikan suasana sidang tampak begitu tegang. Terlebih saat ini Lanzo tengah bersaksi tentang apa yang sebenarnya terjadi pada pembunuhan lampau yang dilakukannya. “Saat itu aku memang hendak menyerahkan diri, tetapi Fausto menyuruhku pergi agar aku tidak membocorkan identitasnya yang menyuruhku melakukan perampokan.” Tatapan Lanzo tertuju pada Axel. Pria itu memalingkan tatapannya. Walau Axel tahu cerita Lanzo benar karena bukti dari rekaman sang ayah yang mengatakan Lanzo hanya pion catur dan sang ayah terseret dalam masalah yang tak diinginkan terjadi. “Semua itu terjadi karena hasutan Fausto. Dia yang menyuruhku untuk melarikan diri dan bersembunyi selama belasan tahun. Bahkan aku kehilangan momen penting dalam hidup, kelahiran putriku dan tak dapat mendidiknya de

  • My Sexy Bodyguard   Part 70 - Discovery another secret life [Bag.II]

    Roberto dan Damian tengah bersiap melakukan penyergapan tanpa menunggu malam tiba. Prediksi mereka ternyata benar bahwa Fausto merencanakan pelarian sebelum gelap. Dengan anggota tim bodyguard profesional mereka membentuk dua tim. Tim satu bersama Damian memimpin penyergapan dari pintu depan. Tim dua Roberto bersama sisa anak buah Damian menunggu dari pintu belakang. Para pasukan berbaris di belakang Damian. Lalu Damian memberikan instruksi untuk bersiap di sisi pintu masuk sambil menoleh pada semua anak buahnya yang mengangguk siap. “Rob, kau sudah siaga?” tanya Damian melalui alat komunikasi yang tertempel di telinganya. “Kami sudah siap, Dam. Kapanpun kau menyergap.” “Baiklah, dalam hitungan ketiga,” balas Da

  • My Sexy Bodyguard   Part 69 - Discovery another secret life (Bag. I)

    Part 69 - Discovery another secret life (Bag. I)Setelah bermalam di tempat kakek Damian, pagi-pagi sekali keduanya berangkat ke tempat yang sudah dipastikan oleh anak buah Damian bahwa terdapat tanda kehidupan pada sebuah rumah yang diyakini seorang wanita paruh baya tengah keluar dari rumah tersebut.Roberto meyakini foto yang dikirimkan anak buah Damian adalah bibinya yang selama ini tak terlihat di mana pun. Sementara itu di dalam perjalanan mereka, Roberto mendapatkan telepon dari rumah sakit, tentang kepulangan Axel dan Luna. Hal tersebut menambahkan beban pikiran Roberto yang masih harus menyusuri perjalanan jauh. Dia sengaja tak mau mengatakan apa pun tentang pencariannya itu kepada Axel karena ia yakin, pria arogan itu akan menyusulnya dan berpotensi menggagalkan penyusupan mereka.“Aku yakin ada ruang rahasia tempat Fausto bersembunyi, ia tak mungkin bisa mengurus diri tanpa istrinya.” Roberto menatap lurus jalanan di depannya.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status