Part 27 - Jealousy makes me upset
Setelah perdebatan kecil antara Luna dan Axel berlalu. Mereka akhirnya kembali melanjutkan perjalanan. Di dalam limosin, Luna langsung sibuk menggunakan ponselnya. Ia terlihat tengah mengetikkan sesuatu sambil tersenyum pada layar canggih itu. Hal tersebut jelas menarik perhatian Axel yang kembali memicingkan matanya dengan sorot tajam.
“Luna berikan ponselmu,” pinta Axel.
Luna melirik Axel dengan kening berkerut, begitu juga dengan Roberto yang bahkan bertanya dalam hatinya. Kali ini apa lagi yang ingin Axel lakukan?
Axel menggerakkan keempat jarinya seraya menunjuk ponsel Luna. Hingga wanita itu dengan perlahan hendak memberikannya, tetapi saat ponsel itu hendak mendarat di telapak tangan Axel, Luna menari
Harusnya aku buat judulnya tingkah absurd axel 🙄 Tapi apalah daya pengennya keliatan kebarat2an gitu walau isinya kaga begitu wkwk Maaf telat update 🙏🏻 setelah memaksakan diri, aku tumbang juga dikira bs jd robot 😌🤖 Jangan lupa kasih tebaran cinta untuk akohhh 🥰🤩🤩 Thank u😚 Stay health guys n see you 😘 💕N.J 🦢
Part 28 - Disavowed recognition Roberto dan Angelica tampak canggung ketika Axel keluar. Mereka tak tahu, lebih tepatnya Roberto tak tahu harus membicarakan hal lain apa selain bisnis dan kerjasama dengan Axel. Hingga akhirnya Roberto mengingat kejadian malam setelah Angelica berkunjung ke menara Dante pada siang hari. Malam harinya ia mendapat telepon dari nona muda di hadapannya itu. “Bagaimana keadaan kakimu, Nona de Luca?” tanya Roberto. “Angelica saja,” ujarnya. “Well, kakiku baik-baik saja. Akan tetapi, karena itu harusnya Valerio bisa dipecat,” ujar Angelica. “Lalu kenapa dia masih bekerja?” Angelica tampak mengedikkan bahunya dan mulai menengg
Part 29 - Wild fantasy “Pamannya.” Axel menggumamkan sebuah klue yang didapatkan Roberto semalam. Sarapan paginya kini dipenuhi dengan tanda tanya besar mengenai ucapan Angelica yang begitu mengganggunya. Roberto juga mengatakan bahwa ia sudah memberitahu detective sewaannya untuk mencari tahu siapa sebenarnya sang paman. Akan tetapi, kini Luna kembali berniat mendekati Valerio. “Bagaimana, Ax? Apa kali ini kau akan mengizinkan Luna mencari tahu dari Valerio? Karena memang jika benar paman Angelica terlibat, maka kemungkinan yang bisa menjalankan prosesnya hanya Valerio, orang kepercayaan mereka.” Roberto berspekulasi membuat Axel kembali membayangkan kejadian semalam. Pria itu mengingat ucapan Luna setelah mereka meninggalkan Roberto. “Ax, p
Part 30 - “You're very gorgeous” Suasana mendung menyelimuti pagi saat Axel, Luna dan Grace mendatangi pemakaman. Kondisi cuaca yang seolah mewakili suasana hati mereka yang kini tengah berusaha tegar di balik kacamata hitam demi menutupi duka yang masih membekas. Helaian daun yang gugur mulai berputar membentuk lingkaran lalu berhenti dan berhambur, kembali bergulung mengikuti arah angin yang berembus kencang dan menerbangkan helaian rambut Luna. Sapuan dingin juga menerpa kulit mereka yang tak merasakan dingin karena sesungguhnya hati mereka lebih dingin dari angin tersebut. Maafkan aku, Al. Maaf jika sampai detik ini aku belum bisa menemukannya. Namun, aku berjanji akan terus mencecar Valerio. Karena hanya dia kunci dari semua yang terjadi padamu juga Axel. Tatapan Luna beralih kepada
Part 31 - Reality is more exciting Luna bergeming mengerjapkan matanya saat kedua netra abu Axel menyorot tajam padanya. Dadanya kembali berdebar kencang saat embusan napas Axel terasa menerpa kulit wajahnya hingga merona. “Ak-aku akan katakan nanti malam, jika kau menepati janjimu,” ujar Luna terbatah. Kedua matanya berkedip berkali-kali demi menyingkirkan rasa gugupnya sambil mengalihkan tatapan ke sembarang arah. Namun, tangkupan dingin dari kedua tangan Axel mengembalikan fokusnya untuk bertemu tatap dengan sorot tajam itu. “Janji apa? Apa yang kujanjikan?” tanya Axel tak sabaran. “Kau … akan membuat pertemuan makan malam tak disengaja dengan Angel agar aku bisa kembali mendekati Valerio untuk meletakkan alat pelacak,” jawab Luna tampak sedikit ragu.
Part 32 - Regret Makan malam terlaksana setelah pulang sebentar ke mansion untuk mengganti pakaian juga menyiapkan Grace untuk di jemput Damian ke rumah kakeknya. Kini Axel dan Luna sudah tiba di restoran. Restoran dengan desain elegan yang berada di tengah gedung terbuka dan dinding yang hanya dilapisi kaca itu diapit oleh hotel bagian atas sebagai kamar para elit Italia. Sementara bagian bawah diperuntukan untuk kalangan menengah ke bawah. Gedung itu tampak mewah dengan menempatkan kursi meja di bagian pinggir yang dibatasi pembatas kaca yang terdapat lampu hias di sepanjang pembatas. “Wow, Ax. Aku tak pernah melihat pemandangan seindah ini di Italia.” Luna tak berhenti takjub dengan apa yang dilihatnya pemandangan langit dan pencakar gedung lainnya tampak memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. “Bukan aku yang memilih, tapi Angelica. Tempat ini milik salah satu calon yang hendak dijodohkan padanya,” ungkap Axel. Kali in
Part 33 - What is the truth is Luna hiding? Axel meratapi wajah lelap Luna yang belum juga terbangun sejak semalam. Wajahnya tampak frustrasi mengingat kejadian semalam yang membuat rasa bersalah masih mengganjal di hatinya hingga saat ini. Kondisinya masih tampak kacau, ia bahkan masih mengenakan kemeja bekas semalam yang dibiarkan berantakan dengan kancing teratas terbuka, lengan yang digulung asal dan noda hitam berbekas di mana-mana yang tidak mencerminkan dirinya sama sekali. Entah sudah berapa kali ia merutuki kebodohannya karena berkeras menutupi kelumpuhannya bahkan hingga detik ini. Semua itu karena ucapan Valerio semalam saat pria itu datang dan memaksa menemui Luna. Membuatnya harus meladeni omong kosongnya. “Pernahkah kau berpikir kenapa Luna begitu mencurigaiku?” tanya Va
Part 34 - “Hai, Leon, long time no see you.” Luna mengibas-ngibaskan asap yang mengepul di sekelilingnya. Ia berusaha mencari jalan untuk menghindari setiap kobaran api dari pilar dan dinding yang hampir terbakar habis. Langkahnya terhenti saat jalan di hadapannya telah terhalang api yang menyulut semakin besar sehingga ia tak menyadari adanya puing dari langit-langit yang terjatuh di belakangnya. Ia terkejut saat mendengar suara Axel yang berteriak memanggilnya. Benar saja saat ia berbalik tepat di hadapannya puing atap tersebut terjatuh di depannya, beruntung Axel memeringatinya sehingga ia masih sempat menghindar. Akan tetapi, kini Luna tak memiliki jalan keluar. Dirinya terkepung api yang membuat pandangannya semakin kabur tak bisa bertahan lebih l
Part 35 - Interrogation Kedatangan Louisa ke Italia cukup menambahkan masalah antara Axel dan Luna. Pasalnya kini bukan lagi perihal rahasia apa yang dimiliki Luna dengan Valerio. Akan tetapi, ada hubungan apa antara Louisa dengan Axel. Hal tersebut tengah menjadi pemikiran utama Luna setelah di rumah sakit tadi dirinya tampak memikirkan Axel yang terasa nyata berjalan begitu lancar. Walau kenyataan yang terlihat begitu mengecewakan. Luna mengingat bagaimana tadi dirinya segera keluar setelah dokter yang memeriksanya mengatakan ia baik-baik saja dan bisa beristirahat di rumah. “Axel, aku belum selesai bicara,” ujar Luna memelankan suaranya begitu melihat sosok cantik yang menghampiri Axel dan hendak mencium pipi Axel. Sayangnya, pria itu menghindar dan malah menahan pergeraka