Part 48 - Endless jealousy
Keesokan harinya. Roberto mengangkat ponsel Axel yang pecah telah dimasukan ke plastik seperti barang bukti kejahatan untuk diberikan pada tim forensik. Sayangnya, bukan seperti itu kejadiannya. Ponsel Axel justru adalah korban dari kekesalan Axel semalam yang berakhir mengenaskan seperti itu.
Bahkan Roberto masih tak percaya Axel mampu menghancurkan ponsel hanya karena tak mendapat jawaban dari panggilannya kepada Luna. Belum lagi kabar luka di telapak tangannya itu diketahui karena pria di hadapannya itu meremas gelas hingga hancur karena sempat bertengkar dengan Luna. Roberto hanya bisa menggeleng dan terkekeh merasa lucu dengan tingkah Axel.
“Apa yang kau tertawakan, Rob?”
“Kau,” jawab Roberto singkat dan kembali tertawa saat wajah tuannya tampak kesal. “Aku
Case close untuk Rob n Angel 💗 Tinggal Axel n Luna yang lagi2 kena badai 🤣😌 See you 💕N.J🦢
Part 49 - Ti amo “Please, Axel dengarkan penjelasanku!” seru Luna. Wanita itu terus mengikuti Axel hingga ke kamar, sejak mereka tiba di mansion dari pintu utama Luna sudah mengejar pria angkuh itu untuk menjelaskan tentang pertemuannya dengan Valerio di restoran tadi. Namun, hal itu tak cukup membuat Axel percaya terlebih pria itu mengatakan kejanggalan yang dikatakan banyak bicara dengan mantannya itu. “Apa lagi yang perlu kau jelaskan Luna! Kencanmu dengan mantan kekasihmu?!” tukas Axel di ambang pintu kamarnya. “Dari mana kau menyimpulkan aku banyak bicara juga kencan dengannya? Dia baru saja datang beberapa saat sebelum kau menegurku tadi,” jelas Luna.
Part 50 - Appetizer, Main course, Dessert “Ti amo, Luna.” Axel mendekat secara perlahan. Sedikit tak percaya dirinya yang tak pernah mengatakan hal cinta kini menyatakannya dengan tegas dan yakin bahwa ia tak bisa kehilangan wanita yang dicintainya. Sepelik apa pun pikiran tentang dirinya yang kemungkinan adalah anak dari pembunuh orang tua wanita itu. Axel tetap tak bisa membiarkan Luna pergi dengan tatapan kecewa. “Bagaimanapun aku menepis bahkan barusan aku mencoba menyakitimu dengan dusta, aku tak sanggup menyangkalnya lagi Luna.” Axel berhenti tepat di hadapan wanita itu dengan mata memerah dan suara tertahan dirinya kembali menyatakan, “Aku tak bisa menyangkal bahwa aku mencintaimu,” ulangnya menegaskan pernyataan cintanya sambil menatap iris emerald Luna begitu intens. Axel m
Part 51 - Let's stay like this for a while Luna meletakan gelas berisi air bening ke atas meja setelah ia menghabiskan makanannya. Dirinya sungguh terlihat kelaparan dan tak peduli dengan tatapan serta kekehan yang ditunjukkan Axel selama ia melahap makanannya dengan nafsu. “Oh, sepertinya aku harus mengatakan pada Calisto bahwa chef yang memasak kali ini sepuluh kali lebih lezat di banding sebelumnya.” Luna berkomentar random demi menyingkirkan kecanggungannya dari tatapan Axel saat ini. Wanita itu kembali mengambil potato chips dari atas pasta yang tinggal sedikit dan menggigitnya sebagian. “Aku akan sampaikan.” Axe
Part 52 - Act to love [Luna's Version] Beberapa hari kemudian …. “Good morning, Sir,” sapa Luna. Axel tersenyum menatap Luna yang tetap profesional bekerja walau mereka telah melewati malam-malam panas menggairahkan juga pengakuan cinta Axel yang terasa manis. Meskipun, nahas sampai saat ini tuan arogan itu belum juga mendapat pengakuan balasan dari Luna. Wanita itu seakan senang menarik ulur Axel yang semakin geram dengan kelakuan Luna. “Good morning, My sexy bodyguard,” balas Axel tersenyum sambil menyesuaikan penglihatannya dan d
Part 53 - Who has a secret? Axel dan Luna kembali menjalani aktivitas seperti biasa sampai malam kembali tiba dan Roberto sudah berada di mansion menunggu Axel pulang. Sayangnya, kali ini Luna memilih pulang karena sudah beberapa hari dia menginap atas permintaan Axel yang tak mengizinkannya pulang dan malah meminta Grace tinggal di sana. Luna tak menyetujui, karena sesekali Damian dan istrinya suka berkunjung saat berada di Roma. “Baiklah, aku pamit, Ax, Rob,” ujar Luna beranjak dari duduknya. “Tunggu Luna.” Axel beranjak dari kursi dan menghampiri Luna yang berada di ambang pintu ruang kerjanya. Axel mendekatkan bibirnya ke samping telinga Luna dan berbisik, “Ingat, aku masih ingin membuat perhitungan denganmu,” desis Axel sambil mengusapkan tangannya ke belakang Luna, tepatnya meremas
Part 54 - Honesty “Rob, buka pintumu. Ini keadaan mendesak, apa kau sudah tidur?” tanya Axel sambil menggedor pintu kamar sekretarisnya. “Belum. Ada apa, Ax?” “Luna diculik oleh mantan berengseknya, Valerio!” jawab Axel berteriak. Seketika pintu kamar Roberto terbuka. “Bagaimana kau tahu?” “Kujelaskan di jalan. Kau ingin ikut ke rumah Luna atau tidak?” tanya Axel merapikan mantel dan tak peduli dengan kursi sialan untuk menutupi identitas, karena kini Luna lebih penting dari semua itu. “Baiklah, ada hal yang harus kujelaskan juga, sepertinya ini ada kaitannya dengan gadis kecil yang kucari.” Roberto bergegas memasukan beberapa lembaran kertas, foto ke dalam
Part 55 - Fazio & Lanzo Axel menghentikan mobilnya di belakang dua sedan hitam yang berjejer rapi dan di tengahnya terdapat sebuah harley berwarna senada. Ia dan Roberto turun dari mobil langsung bergegas masuk saat yakin di sanalah titik GPS Luna terhenti di dalam bangunan tua di hadapan mereka. “Ax, lihat.” Roberto menunjukkan pesan dari pengirim misteriusnya yang menyuruhnya segera masuk. Axel mengangguk dan mulai melangkah mendekati pintu ukiran unik. Suara ‘kriet’ terdengar saat Roberto mendorongnya secara perlahan, lalu kedua pria itu masuk. Ruangan yang awalnya gelap, kini mulai menyala di beberapa sisi dan pintu itu tertutup seketika dengan suara berdebum yang cukup mengejutkan. “Selam
Part 56 - Goodbye and See you “Kau sudah tahu semuanya?” tanya Louisa setelah rekaman video berakhir. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Axel yang masih tak percaya dengan semua cerita tersebut. “Sekalipun Axel sudah tahu, kau tak memiliki bukti untuk melakukan semua ini, Lou!” sergah Roberto. Pandangan Louisa beralih pada sosok yang juga tak menyukai perlakuannya terhadap keluarga Axel. Louisa mendekati Roberto dan terkekeh sambil merapikan kerah kemeja pria itu, tetapi ditepis kasar oleh Roberto. Wanita itu terkekeh dengan senyum licik tercetak di wajahnya. “Aku tak memerlukan bukti untuk melakukan hal ini. Aku hanya perlu percaya pada ayahku dan menemukan saksi yang tersisa,” desis Lou.