- 17:12 PM -
Evie dan Angel kini tengah berada di dalam mobil. Lebih tepatnya, mereka menuju ke suatu tempat. Ah ... Jangan lupakan alunan lagu barat menemani perjalanan mereka berdua.
"Emangnya, kita mau ke mana, sih, Vie?" tanya Angel penasaran, pasalnya sebelum berangkat, Evie tidak memberitahu Angel, ke mana mereka akan pergi.
"Ke suatu tempat lah," jawab Evie santai.
"Iya, tahu. Enggak ada orang yang pergi gini tanpa tujuan, Vie. Kamu mau ke suatu tempat di mana?" tanya Angel.
"Enggak usah banyak tanya," kata Evie menjawab dengan malasnya.
"Tuh, kan!" kesal Angel.
"Ck! Gue mau bawa lo ke suatu tempat yang bisa buat Lo jadi wanita dewasa," kata Evie datar.
Angel mengerucutkan bibirnya dengan begitu lucu.
"Kamu kenapa misterius banget, sih?" tanya Angel penasaran.
Evie berdecak malas, lalu kemudian memutar kedua bola matanya dengan begitu malas.
"Hah! Habisnya kamu, sih! Ngapain pakai segala rahasiaan sama aku, sih
"Heh! Mana ada aku dekat sama Bryan?! Enggak ada, yah!" pekik Angel tak terima."Cih! Mana ada enggak dekat?! Lo tadi sama dia ngomong serius banget. Tadi pagi juga, gue lihat lo kontak fisik sama dia," kata Evie sinis.Angel membulatkan kedua bola matanya dengan lebar, kenapa bisa Evie tahu hal itu, padahal dia tak pernah sedikitpun membicarakan hal itu kepada Evie."Jangan dekat sama dia, Ngel. Nick tahu itu, mampus sendiri lo!" tegas Evie."Ih! Jangan bilang sama Nick dong!" kesal Angel sambil mengerucutkan bibirnya."Hum ... Yang penting janji sama gue. Jangan pernah dekat sama dia, dia itu orangnya enggak sebaik yang lo lihat, Ngel," kata Evie menjelaskan dengan seriusnya."Heh! Emangnya, kamu tahu darimana kalau dia itu enggak baik?!" tanya Angel tak terima."Gue tahu dari mana?" tanya Evie mengulangi dengan nada suara meledek."Ih! Kok, kamu.malah balik nanya, sih?!" tanya Angel kesal."Kita bisa lihat dari sifatnya," jaw
Angel dan Nick masih setia untuk terus berdebat. Lebih tepatnya, Angel yang selalu mencari celah untuk mengundang perkara."Ck! Bisa dewasa dikit enggak, sih, Ngel?!" tanya Nick dengan nada suara yang sedikit meninggi."Kamu-"Angel menghentikan ucapannya, lalu kemudian menjauhkan tangannya yang tadinya menunjuk Nick. Dia memalingkan wajahnya dari Nick."Kenapa?" tanya Nick dengan sebelah alis yang terangkat.Angel menghela napas panjang, dia berusaha sekuat tenaga untuk tersenyum kepada Nick."Okey! Aku akan belajar dewasa, asalkan kamu jangan seperti ini. Aku enggak suka kalau kamu punya sikap dingin kayak gini sama aku, Nick. Aku enggak suka dan enggak mau," kata Angel lembut. Lebih tepatnya, berusaha untuk tetap bersabar untuk menghadapi Nick."Gue hanya santai, Ngel. Enggak ada yang berbeda!" kata Nick tegas."Kamu berbeda!" pekik Angel."Enggak ada yang beda! Sama aja! Jangan naikkan suara lo sama gue!!"
Angel dan Evie duduk di atas sofa yang ada di dalam ruang tamu apartemen Angel. Tak lupa banyak makanan ringan yang terletak di atas meja yang tersedia di depan mereka. Tangan Angel maupun tangan Evie tak lupa untuk silih berganti mengambil cemilan yang tersedia di atas meja itu."Ngel, seketika gue kangen sama Hilde, padahal dia baru pergi beberapa jam dan belum cukup dua puluh empat jam," ujar Evie dengan sorot mata yang fokus pada televisi pintar yang ada di depannya."Kamu mah baru kangen sama dia, lah aku?! Pas Nick berhenti buat nginjak apartemen aku beberapa jam yang lalu langsung kangen aja," jelas Angel dengan nada sedihnya lalu mengerucutkan bibirnya.Evie yang tadinya fokus menonton televisi pintar langsung mengalihkan pandangannya dan menatap datar ke arah sahabatnya itu."Ck! Kenapa lo bucin banget, sih?!" tanya Evie dengan nada malasnya kepada Angel.Angel mengangkat kedua bahunya dengan acuh dan tidak menjawab pertanyaan Evie.Evie lalu k
- Apartemen Angel, 06:12 AM -Suasana di apartemen Angel tiba-tiba menjadi sangat ricuh di pagi hari itu.Suara pecahan, suara jeritan, suara tangisan, dan bahkan suara teriakan terdengar begitu kencang di dalam sana. Evie yang tengah santai menggunakan make up-nya langsung kaget dan turun dengan cepat ke ruang tamu.Kedua bola mata Evie membulat dengan begitu lebar saat melihat kalau ruang tamu itu bagaikan kapal pecah saja.Tak lupa dengan tiga orang yang tengah menatap satu sama lain sambil memasang ekspresi seriusnya.Angel yang terus menerus melempar banyak barang di atas lantai, bahkan menangis menjerit dengan begitu keras.Nick yang hanya diam mematung.Hilde yang berusaha untuk menenangkan Angel yang tengah menangis dan memberontak."Angel!" seru Evie keras sambil berlari menghampiri sahabatnya itu."Aaaaa! Kenapa kamu giniin aku?! Kenapa tiba-tiba datang kayak gini?! HA?!" tanya Angel emosi sambil men
Saat Nick menghentikan langkahnya, Angel langsung berlari dengan cepat untuk menghampiri Nick."Terima kasih karena sudah menerbangkanku, lalu menjatuhkan serta menghempaskan tubuhku dengan begitu keras dan sadis. Terima kasih, aku sangat amat berterima kasih sama kamu, Nick Brechtje yang terhormat," kata Angel datar.Nick bergeming."Nick ... Aku kira kamu yang terakhir, tetapi ternyata kamu berengsek. Tapi, semuanya hanya ekspektasi, hanya ekspektasi belaka. Ya, ekspektasi," kata Angel lagi sambil terkekeh pelan dan menghapus air matanya dengan kasar.Angel menarik napasnya dalam-dalam."Okey, kalau emang kamu mau pisah sama aku, aku terima. Aku juga udah muak sama kamu yang punya sifat yang begitu toksik," kata Angel."Dengarkan kalimatku!" kata Angel tegas, lalu memaksa Nick untuk berbalik dan menghadap dirinya.Angel menghela napas panjang, lalu kemudian menggenggam kedua tangan Nick dengan erat."Bilang sama
"Eh ... Evie ... Kok, kamu bisa ada di kamar aku?" tanya Angel serak saat baru-baru bangun dari tidurnya."Nick di mana, Vie? Lalu, kamu kenapa enggak ke sekolah? Aku juga kenapa enggak ke sekolah?" tanya Angel linglung, tetapi Evie tahu kalau itu hanya drama Angel saja agar terlihat tegar, karena dia bisa membacanya melalui kedua bola mata Angel yang berkaca-kaca ingin menangis."..."Seketika Angel terdiam dan juga Evie yang melakukan hal yang sama."Vie ... Ma ... Masa aku bermimpi kalau Nick pergi meninggalkan aku, Vie. Di ... Dia membentak aku dan aku menamparnya ..." lirih Angel."Ke ... Kenapa mimpi burukku itu seperti kejadian yang begitu nyata, Vie?" tanya Angel.Angel perlahan memegang pipinya."Dan kenapa pipiku terasa basah? Kenapa aku menangis? Hahaha!" kata Angel sambil tertawa layaknya orang gila."Aku terlalu menghayati mimpi aku, Vie. Aku harus cerita sama Nick kalau aku mimpi buruk, sampai-sampai aku nangis beneran!
Seorang pria paruh baya berjalan masuk ke apartemen dua lantai itu. Ditunggu dengan begitu setia oleh sang istri di ruang tamu apartemennya."Papa sudah pulang?" kata sang istri dengan lembut.Pria yang berstatus ayah Angel, suami Choi Anneliz itu bernama lengkap Lai Hwang. Dia duduk di depan istrinya, lalu melirik ke arahnya."Ada apa dengan Angel? Aku ada meeting penting hari ini, tapi kutunda karena tiba-tiba kamu menelepon dalam keadaan panik," kata Lain bertanya."Nick ..." jawab Choi pelan.Lay mengangkat pandangannya dengan cepat, dia menatap istrinya dengan begitu kaget beberapa detik."Anak itu? Ada apa dengannya?" tanya Lay pelan, lalu menghela napas panjang."Angel, dia baru saja siuman," jawab Choi dengan lemah."Siuman? Memangnya, apa yang terjadi?" tanya Lay."Beberapa jam yang lalu dia tidak sadarkan diri," jawab Choi sedih."Kenapa bisa seperti itu? Ada apa?" tanya Lay penasaran."Dia
High School - 07:45 AM -Angel langsung menarik tangannya dengan begitu cepat saat setelah tangan Bryan berhasil menggenggam kedua tangannya beberapa detik yang lalu. Angel terdiam mematung karena dirinya benar-benar merasa bingung sendiri, kenapa dia diam saja saat Bryan menyentuh pergelangan tangannya? Saat Bryan menggenggam kedua tangannya dengan waktu beberapa detik? Wajah Angel mulai terlihat kebingungan sendiri."Apa yang aku lakukan?!" tanya Angel pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Bryan terdiam melihat reaksi wanita yang ada di depannya itu, reaksi wanita yang baru saja dia genggam tangannya beberapa detik. Awalnya dia heran sendiri karena kenapa Angel mengizinkan dia untuk menggenggam kedua tangannya, padahal dulu dulunya ataupun kemarin-kemarin Angel sangat anti dipegang ataupun disentuh oleh Bryan. Tapi, Bryan yang memang notabenenya sudah sedari dulu ingin terus memegang Angel lebih memilih untuk tersenyum tanpa merasa bers