Share

MSDiaM - 07

Author POV

"Baiklah, saya mengerti." Angguk Harley mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Lylia.

"Kamu bisa menggunakan dapur sekarang. Aku akan mencari Kepala Chef untuk mengawasimu." Ucap Harley berjalan meninggalkan Lylia.

"Terima kasih, Tuan Harley." Balas Lylia dengan matanya yang berbinar lalu segera berlari ke arah gudang penyimpanan untuk mencari bahan dasar pembuatan dessert-nya. 

Ia benar-benar bersemangat membuktikan bahwa dia tidak seperti dengan apa yang Alicia bayangkan. Ia bukan anak yang selalu dimanja oleh keluarganya meski ia lahir di keluarga yang sangat berkecukupan. Ia merasa mampu dan berhak untuk tinggal di istana ini, demi kelangsungan hidupnya dan membayar hutang kedua orang tuanya. Tak berselang lama Kepala Chef datang dan mulai memperhatikan gerak gerik Lylia dari dekat saat membuat dessert.

'Serasa ujian praktek! Jangan gugup. Jangan gugup.' Batin Lylia.

  .

  .

  .

Menjelang siang di ruang kerja, tampak Dante yang terlihat sangat sibuk dengan berbagai berkas yang di bawa oleh seorang pria berjas abu-abu yang tampak sedang menunggu Dante menyelesaikan kegiatan menandatangani berkas tersebut. Dan salah satu serigala setia Dante yang bernama Victor itu tampak dengan tenang berdiri di sudut ruangan sambil memperhatikan gerak gerik pria berjas abu-abu tersebut yang teridentifikasi sebagai General Manager salah satu perusahaan besar milik Dante.

"Baiklah, pertahankan kinerjamu. Kalau ada yang mencurigakan segera melapor!" Perintah Dante setelah dirinya menandatangani dokumen terakhir.

"Baik, Pak. Terima kasih pujiannya. Kalau begitu, saya permisi dulu." Ucapnya seraya menunduk lalu bergegas keluar ruangan di ikuti oleh Victor.

Selang beberapa detik kemudian, sebelum pintu benar benar ditutup oleh Victor, tampak sosok pria lain yang sedang menggunakan kemeja biru cerah berjalan santai masuk ke dalam ruang kerja Dante.

"Permisi kawanku." Ucapnya saat melewati Victor.

"Halo pria tua!" Teriaknya sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Bobby, berhenti mengejekku." Ucap Dante tersenyum smirk.

"Apa yang salah? Kau sebentar lagi ulang tahun ke-43, jadi wajar menurutku kalau ada seseorang yang memanggilmu Paman atau Kakek." Ejek Bobby sambil tertawa puas.

Dante hanya membalasnya dengan senyum smirknya itu, mengingat ada seorang gadis yang baru saja memanggilnya Paman.

"Nico saja belum menikah, jadi siapa yang harus memanggilku Kakek? Hah?" Balas Dante sambil membakar satu batang rokok.

"Kudengar dia pulang? Apa dia tidak membawa seorang wanita?" Tanya Bobby.

Dante menggelengkan kepala.

"Bahkan tim pengintai yang kukirim untuk mengawasinya saja tidak pernah melaporkan apapun padaku, kalau anak itu pernah memasukkan wanita ke mansionnya atau hanya sekedar menggunakan jalang untuk memuaskan nafsunya aku seharusnya sudah memberitahukanmu."

Bobby cekikikan.

"Apa kau yakin anak kesayanganmu itu bukan gay?"

Dante kembali menggelengkan kepala .

"Beban dan tanggung jawab yang harus dia pegang sangat besar, Bobby.Anak itu tidak punya nyali melakukannya."

"Sangat berbeda dengan Ayahnya, yang masa mudanya di habiskan dengan mencicipi jalang satu persatu." Bobby tertawa mengingat masa lalu.

"Dan sayangnya aku berhenti di jalang yang salah." Balas Dante menghembuskan asap rokoknya.

Bobby melirik Dante, ia menilai ekspresi datar sahabat lamanya dan menemukan ada rasa penyesalan yang tersirat di dalamnya.

"Lalu apa dia masih bisa memuaskanmu?" Tanyanya kemudian.

Dante terdiam.

"Ya, tentu Bob." Balasnya lalu kembali menghisap rokoknya dalam dalam.

"Aku tidak munafik, dia masih bisa memuaskanku. Tapi semakin aku menyentuh tubuhnya, semakin hilang rasa itu." Lanjutnya menghembuskan nafas.

"Lalu apa bedanya dia dengan jalang di luar sana?" Tanya Dante putus asa.

"Setidaknya dia masih berstatus sebagai istrimu." Balas Bobby santai sembari menyisip segelas vodka yang di sajikan oleh Victor.

Dante terdiam kembali.

"Berhentilah memikirkan Nico. Dia sudah dewasa. Aku yakin dia akan paham dengan situasimu. Jadi pergilah mencari seseorang yang bisa membuatmu merasakan bara api itu lagi. Seseorang yang bisa membuatmu mabuk kepayang, yang akan selalu kau rindukan karena kasih sayangnya yang tulus tanpa memandang siapa dirimu." Lanjutnya.

"Atau kau mau menghabiskan sisa hidupmu seperti ini?" Tanya Bobby to the point.

Dante menyerap setiap perkataan Bobby, sahabatnya sedari bangku sekolah itu.

"Aku tidak tau, Bob. Rasanya aku sudah terlalu tua untuk memulai semua itu kembali." Pasrah Dante.

"Hahaha! Pada akhirnya kau mengaku tua!" Tawa Bobby.

"Tapi ayolah! Mulai dari awal saja kalau begitu. Atau kalau tidak, kau bisa mencari udara segar mungkin? Tau kan? Bermain main sejenak." Racau Bobby.

"Tidak Bobby, aku tidak mau memakai jalang jalanan yang tubuhnya sudah dinikmati oleh ratusan pria di luar sana. Seleraku sudah tidak seperti dulu lagi." Tolaknya.

"Kau tau? Kau benar-benar ke tinggalan zaman kawan!" Kekeh Bobby sambil menggelengkan kepalanya.

"Carilah Sugar Baby!" Tambahnya.

Author POV END

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status