Buat kalian yang sudah membaca sampai part ini, bagaimana? Apa kalian menikmati alur konfliknya? Comment for me to know^^ Thankyou!
Dante POV Butuh beberapa kali panggilan agar Bobby benar-benar mau mengangkat teleponku. Suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. Dari situ aku bisa menyimpulkan dia sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, sesuatu pasti berjalan lebih buruk dari bayanganku. "Dari mana saja kau?!" Marahnya saat mengangkat panggilan teleponku. Aku diam tidak membalasnya. "Kau tidak tau betapa gilanya aku, Dante!" Marahnya. Aku tetap bergeming tidak menjawab. "Kau hanya meneleponku untuk diam? Hah?! Bantu aku, brengsek!" Makinya. Untuk pertama kalinya aku mendengarnya memakiku setelah beberapa puluh tahun aku berteman baik dengannya. Sesuatu ternyata sudah berjalan di luar kendalinya. "Dante tolong..." Suaranya semakin putus asa memanggil namaku. Kuhirup asap rokokku seolah siap untuk menerima apapun kabar buruk yang akan keluar dari mulutnya nanti. Kuhembuskan nafasku saat hatiku siap untuk mendengar penjelasan darinya. "Jelaskan situasinya." Ucapku sedikit memerintah. "Gadis itu,
Nicholas POV Mom tersenyum di hadapanku. Wajahnya tidak terlalu banyak berubah. Hanya terlihat lebih pucat dengan kantung mata yang sedikit menggembung, mungkin karena sudah terlalu banyak menangis atau begadang. Yang jelas tampilannya masih cantik seperti bisanya. "Mom, ada apa ini?? Lepaskan aku.." Rintihku dengan mengguncangkan sedikit badanku yang terikat. Mom masih tersenyum sambil mengelus wajahku pelan. "Mommy kangen, Nico... Kenapa kamu tidak pernah menghubungi Mommy?" Tanyanya dengan wajah sendu. "Mom!"Pekikku semakin mengguncang badanku. Mommy hanya terus melihatku dengan tatapan kosongnya itu. Meski begitu, ada kilauan bahagia yang terpancar dari matanya sekilas. "Tolong Nico, Mom..." Pintaku terus menatap wajahnya. "No honey, no.. Kamu harus diam di sini. Tidak usah banyak bergerak. Mommy akan urus semuanya. Kamu hanya perlu menjadi anak baik saja yang nurut sama Mommy." Ucapnya seraya mengelus rambutku. "Mom.. Listen to me!" Pekikku. "Dad will find you! Dan dia m
Lylia POVDengan kekuatan yang kumiliki, kuberanikan diriku untuk menatap mata seseorang yang sedari tadi hanya berjongkok di hadapanku dan melihatku dengan kedua matanya yang penuh rasa benci itu. Meski jantung dan tubuhku bergetar hebat karena bayangan penyiksaan yang sudah ia lakukan waktu itu kembali melintas di kepalaku, tetap kupaksakan netra ini menatap netra hitamnya. Sesekali tatapan matanya itu beralih melihatku dari atas ke bawah seolah sedang menilai dan merendahkanku. Aku membalas tatapan dari mantan istri Daddy, Alicia, untuk mempertahankan harga diriku."Apa semenyenangkan itu menghancurkan kehidupan orang lain?" Tanyanya tiba-tiba.Aku diam tidak mau membalas apapun yang dia ucapkan.'Bukan keinginanku untuk menghancurkan kehidupanmu! Siapa yang menghancurkan siapa lebih tepatnya?!' Batinku kesal."Aku bingung dengan selera anakku dan pria itu. Sebenarnya apa yang mereka lihat darimu, hm?" Ia meraih daguku, membolak balikkannya lalu membuangnya."Tidak ada yang spesial.
Dante POV"Laporkan situasinya!" Perintahku pada Victor yang bertugas mencari informasi mengenai keberadaan anak dan gadisku."Kami berhasil mendapatkan beberapa gambar dari kamera pengawas di gedung sekitar rumah sakit Tuan, dan memang benar gerombolan yang Tuan maksud adalah para anggota Ronan Cross." Jelas Victor di sepanjang perjalanan menuju kediaman Bobby."Lalu apa Nico dan Lylia selamat?""Maaf Tuan kami belum mendapatkan kepastian, tapi dari gambar tersebut tampak Tuan Nicholas sedang di seret masuk ke mobil dalam keadaan lemas, sedangkan Nona Lylia dibopong sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri." Balas Victor.Kuhantamkan tanganku sekuat mungkin di kursi penumpang yang kosong di sebelahku untuk menyalurkan emosi yang tidak tertahankan lagi. Sungguh diluar ekspektasiku, seseorang bisa lolos dari bawah pengawasan Bobby yang teliti. Tidak. Ini bukan salah Bobby. Semua karena ulah orang itu! Orang yang sejak awal sudah berniat untuk memisahkanku dari sisi Lylia. Seseorang yang
Lylia POVKupaksa mataku untuk terbuka saat samar-samar rasa dingin dan basah menghampiri tubuhku. Bunyi gemericik air membuatku dengan mudah tersadar kalau saat ini posisiku sedang terendam di dalam air. Dengan susah payah kupaksakan kesadaranku untuk segera kembali. Mataku segera menjelajah melihat kondisi di sekitarku yang sudah berpindah ke dalam kamar mandi, lebih tepatnya di dalam bak mandi."Kau sudah bangun?" Suara pria yang kukenal itu mengagetkanku dari belakang.Tubuhku membeku seketika saat langkahnya berjalan mendekatiku lalu duduk tepat di samping bak mandiku dengan membawa wadah yang berisi dengan cairan yang berbusa lengkap dengan sponge-nya.Aku melihat sekilas wajahnya yang kini terlihat lebih rapi di bandingkan dengan sebelumnya. Ia sudah membersihkan kumis dan bahkan jenggot halus yang tadinya sempat menghiasi wajahnya. Pakaiannya juga sudah berganti dan aku bisa mencium bau wangi parfum yang bersumber darinya."Maaf, tapi kau harus mandi." Ucapnya yang mulai membas
Lylia POV"Daddy...." Rintihku.Rasa panas kini timbul di lengan bekas suntikannya tadi. Rasanya nyeri dan kesemutan mulai terasa menyakitkan. Namun perlahan tapi pasti rasa itu leyap dan di gantikan dengan rasa lemas, lebih tepatnya mati rasa. Kulawan perasaan itu namun tubuh ini sudah tidak bisa menoleransi obat asing yang masuk kealiran darahku. Lenganku kini sepenuhnya tidak bisa di gerakkan. Aku tersungkur tidak berdaya di lantai.Mark berjalan mendekatiku. Kesadaranku masih bisa kukendalikan. Aku bisa melihat wajahnya yang menatapku dengan ekspresinya yang dingin. Di saat tubuhku mulai lumpuh sepenuhnya, di saat itulah dia baru mengangkatku kembali ke atas kasur yang sudah ia tata sedemikian rupa."Obatnya pasti sudah bekerja." Senyumnya kembali duduk di samping kasurku.Aku kembali menangis namun sambil menjerit. Ia mengambil beberapa kunci yang di simpan di dalam kantong celananya dan mulai membuka satu persatu borgol yang mengikat tangan dan kakiku."TOLONG LEPAS PAK! AKU TID
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️...Nicholas POVMarie tersenyum puas saat kedua bodyguardnya mulai merebahkan tubuhku dan mengikat kaki serta tanganku di kasur berukuran Queen bed yang masih bagus ini. Sesekali kucoba untuk memberontak tapi badan kedua pria ini masih terlalu besar untuk kulawan seorang diri. Dinginnya suhu malam ini merengsek masuk melalui jendela kamar yang sengaja dibuka oleh Marie. Dia sempat berkata ingin melihat wajahku di bawah terangnya sinar bulan. Atau lebih tepatnya, dia merasa lebih terangsang saat melakukan hal itu di tempat yang lebih redup.Tidak pernah ada dalam bayanganku akan merasakan pelecehan dan penghinaan di saat yang bersamaan seperti ini atau membayangkan Ibu kandungku sendiri yang menyerahkanku pada perempuan gila seperti Marie Cross! Sungguh mengecewakan dan memuakkan. Kini aku hanya bisa pasrah dan menguatkan diriku agar tidak takut pada apapun yang akan Marie lakukan nanti.Ceklek.S
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️...Nicholas POV"Kau menyukainya sayang?" Tanya Marie.Dari suaranya aku yakin bukan Marie yang sedang menunggangiku, karena suara desahan Marie terdengar jelas tepat di samping telingaku. Marie mulai mencium pipi dan keningku sambil terus memegang rahang kokohku."Aku tau seleramu sayang, selama ini kau selalu bermain denganku tidak pernah kurang dari 2 jam dan tampaknya kau sangat menikmati saat kau mendominasiku. Jadi sekarang izinkan aku membalasnya, setidaknya aku membutuhkan bantuan wanita lain untuk mengimbangimu. Karena malam ini benihmu akan benar benar kuhabiskan sampai ke akar-akarnya." Bisiknya setengah tertawa di telingaku."Mmh!!" Pekikku merinding sambil berusaha melawan saat badanku yang terus digenjot oleh kedua jalang yang sibuk mendesah menikmati kejantananku yang keluar masuk di dalam mereka. Ingin sekali rasanya mencekik dan mematahkan batang leher ketiga jalang gila ini.Ma