!!PLEASE BE WISE!!
Bagian cerita kali ini masih mengandung kata-kata kasar, mohon kebijakan para pembaca sekalian.***
Author POV
Alicia kini segera mencari senjata baru untuk dipakainya. Dengan cepat ia memecahkan vas yang berisi bunga segar hasil pemberian Bobby untuk Lylia kemarin. Di ambilnya potongan vas yang lebih besar dan tajam di kedua tangannya dan berancang-ancang untuk melompati Kai terlebih dahulu. Kai dengan sangat sadar akan kemungkinan di hajar bahkan di tembak mati oleh tangan Tuannya sendiri kalau sampai gadis yang majikannya percayakan tersebut sampai terluka.Alicia bergerak maju melayangkan beberapa gerakan yang terus dihindari Kai. Kedua tangannya yang memegang pecahan vas bunga itu mulai mengeluarkan darah karena cengkramannya yang sangat kuat. Kai terus menghindari pecahan vas itu meski harus menerima tendangan bahkan sikutan di seluruh badannya. Sungguh menakjubkan untuk seorang ibu, gerakan Alicia sangat di luar nalar Lylia dan Kakarena cerita ini 18+, mohon untuk tidak ditiru setiap tindakan kasar bahkan kata-kata kasarnya ya^^ terima kasih.
⚠️be wise⚠️ ⚠️this scene's going to be 18+⚠️ Lylia POV Daddy terduduk di sofa kamarku dengan muka datarnya. Ia tidak melepaskan pelukannya di tubuhku sama sekali. Mataku melihat Kai yang tertelungkup kesakitan dengan darah yang berceceran di sekitarnya. Aku berniat untuk menolongnya namun tangan Daddy menahan langkahku. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Kutatap wajahnya yang dingin dan tidak berekspresi itu. Sorot matanya tampak buyar, dan tidak terfokus. Tentu saja, hari ini pasti sangat melelahkan baginya. Aku mencoba menguatkan diriku meski tubuhku sendiri masih bergetar ketakutan. "Daddy, aku tidak apa-apa." Ucapku menyentuh pipinya dengan satu tangan. Kuangkat wajahnya yang suram itu dan melihat netranya yang kosong. "Aku hanya ingin menolong Kai. Sebentar ya Daddy." Ucapku kemudian mencoba melepaskan rangkulan tangannya di perutku. Tangannya melemas dan ia melepaskanku seakan memberikanku izin. Langkahku segera mendekat menuju ke arah Kai y
⚠️be wise⚠️⚠️this scene's going to be 18+⚠️Lylia POVDaddy mengangkat tubuhku dan melepaskan pakaian dalamku. Kini tubuh polosku terpampang di hadapannya. Aku yang berusaha menutupinyapun tampak sia-sia karena satu tanganku sedang di gips. Daddy membawaku kembali ke atas tubuhnya yang sedang terduduk."Naik kesini sedikit sayang." Daddy mengarahkan tubuhku untuk bersimpuh mengapit kedua pahanya dan menyuruhku untuk memeluk kepalanya.Kini poseku terbilang cukup erotis di hadapannya. Aku hanya menenggelamkan kepalaku di ceruk lehernya karena sensasi yang sangat aneh kini sedang menjalar di sekujur tubuhku. Belum lagi tangan Daddy yang terus menerus mengeksplor tubuhku tanpa henti."Ngghhh!! Daddy~" Nadaku otomatis berubah seketika."Yes Baby Girl?" Ucap Daddy mencium telingaku."Rasanya geli." Aku terus menahan suaraku agar tidak bernada sensual seperti tadi."Geli saja sayang?" Suara Daddy tampak menikmatinya.Aku menggeleng perlahan.
Dante POVAku melihat gadisku dengan rambut pendek sebahunya sedang duduk dengan para Dokter ahli yang sibuk mengecek kondisi terakhir bahunya, setelah selamat dari amukan liar Alicia. Aku hanya duduk dan terus memperhatikannya sambil menikmati sebatang rokok di tanganku. Setelah kejadian itu kupindahkan kamar Lylia ke tempat yang lebih jauh dari kamar Nicholas. Karena setelah ini, aku tidak tau apa yang akan Alicia lakukan kepadanya lagi kalau bertemu."Saya rasa semua baik-baik saja, Tuan. Selama Nona Lylia tetap meminum obatnya dia akan lebih cepat sembuh dari biasanya." Lapor salah satu Dokter penanggung jawab.Aku hanya terdiam tidak membalasnya. Malah sibuk melihat Lylia yang sedang tersenyum bersama perawat yang mengajaknya berbincang."Baik Tuan, kami permisi." Merasa diacuhkan para Dokter tersebut pamit mengundurkan diri."Istirahatlah sayang." Ucapku menyimpan gelas minumanku di atas meja dan berdiri mendekatinya
Author POVBeberapa haripun berlalu dengan lancar tanpa ada hal yang terjadi pada Lylia. Dante benar-benar tidak pernah meninggalkan sisi gadis itu. Segala kegiatan perkantoran ia selesaikan melalui tabletnya di rumah sakit. Lylia yang awalnya merasa tidak enak, hanya bisa membiarkan Daddy-nya melakukan apapun yang ia sukai, demi membuat Daddy-nya tenang dan kembali mempercayainya. Ia yakin Daddy-nya hanya terlalu mengkhawatirkan kondisinya yang masih menjalani pemulihan saat ini. Harley bahkan diperintahkan untuk langsung melayani segala kebutuhan Lylia selama di rumah sakit dan menggantikan posisi Kai yang sedang menjalani pengobatan atas luka yang dideritanya di ruangan perawatan yang masih satu lantai dengan Lylia dan Nicholas.Tampak juga Nicholas yang sedang menghabiskan waktunya duduk di samping kasur Lylia, bercanda gurau dengan sang pujaan hati di saat sang ayah dan sekertarisnya tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya menandatangani
Author POVLift terbuka dan mereka berjalan sedikit menuju ke tangga terakhir sebelum pintu lantai paling atas itu di buka oleh Harley. Angin yang berhembus cukup kencang dengan suara mesin baling baling yang bising menyapa mereka. Lylia secara otomatis membuka mulutnya lebar lebar karena merasa takjub bisa melihat helikopter secara langsung dari dekat. Dante berjalan terlebih dahulu memasuki helikopternya, di susul Nico yang terus menggandeng Lylia. Pintu kemudian ditutup oleh Harley dari luar dan tidak membutuhkan waktu lama sampai pesawat tinggal landas meninggalkanhelipadrumah sakit milik Dante."Kupikir kau mau membuat Lyli masuk angin Dad." Nico tertawa sendiri dengan candaannya."Kalian bilang butuh udara segarkan?" Dante tersenyumsmirkmenikmati ekspresi takjub gadisnya diam diam.Mata coklat milik gadisnya itu sangat membuat Dante terpesona. Lylia terus melihat ke arah jendela, menikmati pemandangan
Author POVKeesokan harinya, Dante bersama Nico menuju pengadilan meninggalkan Lylia di tangan Harley. Nico menatap ayahnya yang tampak tidak terbebani sama sekali. Dalam lubuk hatinya ia mengharapkan kedua orang tuanya bisa rujuk kembali, namun ia tetap memikirkan kebahagiaan mereka masing masing. Kalau memang kebersamaan mereka hanya akan saling menyakiti, maka biarlah perpisahan menjadi jawabannya. Nico juga berpikir tidak akan ada bedanya, perhatian yang mereka berikan akan tetap sama seperti saat mereka masih berada dalam satu rumah.Pengadilan tampak di penuhi dengan wartawan berita bisnis. Mereka memburu berita eksklusif hari ini yang datang dari seorang konglomerat penuh kharisma yang sudah sangat terkenal di dunia bisnis bernama Dante Prime yang di gugat cerai oleh istrinya, Alicia Prime.Dante turun terlebih dahulu saat tiba di halaman pengadilan. Bo
⚠️be wise⚠️ ⚠️this scene's going to be 18+⚠️Nicholas POV Malam menjelang ketika Mom menyambut kedatangan Marie dan Ayahnya di kamarku. Kondisiku sebenarnya baik-baik saja, dokter sudah memperbolehkanku pulang. Namun karena tidak ingin jauh dari Lylia aku memaksa dokter untuk tetap membiarkanku dirawat di rumah sakit dengan alasan mempermudah terapi penyembuhanku. Wajah Mom sangat gembira saat berbincang dengan Marie. Timbul sedikit perasaan cemburu di hati kecilku, kenapa Mom tidak bisa bersikap seramah itu pada Lylia? Seandainya bisa, mungkin saat ini aku sudah berpacaran dengannya. "Hai Nicholas. Ini buah buahannya. Bagaimana terapinya? Apa berjalan lancar?" Marie berjalan mendekatiku dan menyimpan keranjang buahnya di nakas samping tempat tidurku. "Thank's. Semua baik-baik saja."Jawabku singkat. "Di mana Diana, Mr. Cross? Aku sudah lama tidak ngobrol dengannya. Terakhir bertemu dengannya waktu acara ulang tahun mantan suamiku kemarin." Mom menuangkan sedik
Author POV Saat Alicia berlari kecil meninggalkan kamar Nicholas, ia mengarah ke lift dan menekan tombol ke lantai atas. Begitu pintu liftterbuka ia segera berjalan masuk diikuti Ronan di belakangnya. Di dalam liftyang bergerak naik ke lantai paling atas itu mereka berdua hanya diam tak bersuara sama sekali. Ronan sesekali melirik Alicia yang masih tampak kesal. Begitu pintu liftterbuka, Alicia berjalan naik ke roof top dan berdiri menikmati hembusan angin malam yang menyapa mereka. Ronan berjalan mendekatinya, ia membuka jas yang di pakainya dan memakaikannya pada tubuh Alicia yang hanya menggunakandress. "Terima kasih, Mr. Cross." Ucap Alicia membenarkan posisi jas itu di tubuhnya. "Pleasejust call me Ronan, Alic