Share

Episode 6: Pulang ke Jakarta

"Hari ini, kita balik ke Jakarta, Pram, " ujarnya ketika bangun pagi.

Tangannya sibuk dengan ponselnya. Masih kupeluk dia dalam dekapanku. Kurenggangkan pelukanku dan menatap wajahnya.

" Baru dua malam sayang.." protesku.

Kudekatkan bibirku mencoba menciumnya. Tangannya yang halus memegangi pipiku.

" Sudah.. aku ada janji dengan seseorang," jawabnya lirih. 

Aku bangkit dan duduk di atas ranjang. Kuraih wanitaku dalam dekapanku. Kubelai rambutnya yang panjang terurai. Harum semerbak keluar dari rambutnya yang hitam. 

"Sayang.. aku belum mau pulang. Bagaimana nanti kalau kita di Jakarta? Aku pasti merindukanmu," rajukku. 

Sarah meletakkan ponselnya dan memandangku. Dia tersenyum. Tangannya mengusap kumisku yang tipis dan mengelus pipiku.

"Nanti aku yang atur sayang.." katanya menenangkanku.

Pagi ini sebenarnya aku ingin bertanya tentang pria yang bertemu di pantai. Tapi aku tidak ingin membuatnya sedih dan menangis. Biarlah menjadi pertanyaan yang kusimpan dalam benakku.

Sarah melepaskan pelukanku dan beringsut hendak  pergi.  Aku semakin mempererat pelukanku.

" Yang..aku mau ke kamar mandi kebelet," katanya sambil meringis.

"Bohong ah.. " jawabku manja.

"Aku mau lagi," rengekku.

Dia melotot,"Gak mau."

"Beneran sayang. Perutku sakit," wajahnya mulai pias. 

Melihat wajahnya pias, kulepaskan pelukannya. Dia segera berlari ke toilet. 

Kuambil ponselku yang sudah dua hari sengaja kumatikan. Ada beberapa pesan dan panggilan yang tidak terjawab.

Ada sebuah pesan dari adiku di kampung.

 

( Mas Pram, Nita mau minta uang buat bayar sekolah. Ibu sudah seminggu tidak jualan nasi)

Aduh. Aku belum gajian. Masih seminggu lagi aku gajian. Kugaruk-garuk kepalaku. Kasihan ibu kalau tidak jualan. Aku sebagai anak laki-laki tertua yang bertanggung jawab atas keluargaku. 

Darimana aku mendapatkan uang. Apa aku harus pinjam dari kantor? Aku malu dengan Sarah. Tapi Nita memang membutuhkan uang. 

Sesaat kemudian Sarah keluar dari kamar mandi dengan badannya yang ditutup handuk sebatas dadanya. 

Dia melihatku dan mengernyitkan dahinya. Dengan manja dia duduk dipangkuanku dan melingkarkan tangannya di pundakku.

"Ada apa sayang.. sini ponselnya," katanya sambil meminta ponselku.

Seperti anak kecil, aku hanya nurut ketika Sarah mengambil ponselku.

"Nanti aku yang kirim uang ke Nita, Pram," ujarnya ringan.

Dia meletakkan ponselku di atas meja. Kembali dia menciumku hangat. 

"Sana mandi Pram! Kita harus sudah bersiap. Kita balik ke Jakarta hari ini juga."

Dia mendorong tubuhku. Aku tidak mau melepaskan pelukanku. 

"Sayang…. sudah mandi sana. Bau asem iih," teriaknya manja. 

"Asem tapi suka kan," ledekku.

Aku segera bergegas ke kamar mandi. Pikiranku bercabang-cabang. Apakah Sarah mau memberikan Nita uang untuk membayar sekolahnya.  Perasaanku tidak enak. Inilah yang kutakutkan. Seolah aku memanfaatkan Sarah. 

Lalu, siapa pria yang berkumis itu. Apakah dia bagian dari masa lalu Sarah? Entahlah..

"Sayang. ..cepat sedikit mandinya. Penerbanganku kita jam 11.00," teriaknya.

"Iya sayang.." jawabku  sambil mempercepat mandiku.

Ketika keluar dari kamar mandi, Sarah sudah berpakaian rapi. Dia juga sudah mengepak pakaian kami di dalam sebuah koper. Dia nampak tergesa-gesa.

"Sayang.. pakaianmu di atas tempat tidur," katanya. 

 Aku masih mengelap rambutku yang basah dengan handuk. 

Sarah menungguku di kursi meja rias sambil memainkan ponselnya. Wajahnya nampak serius dan agak cemas. 

" Ada apa dengan anak-anak sayang," tanyaku mencari tahu.

" Mereka baik-baik saja. Ada Bi Iyem yang menjaganya. Aku sudah biasa keluar kota urusan bisnis, " jawabnya ringan.  

Aku segera berpakaian dengan baju yang disediakan Sarah.  Kaos berkerah dengan 

warna biru muda dengan celana pendek warna hitam.  Sarah juga mengenakan warna yang senada denganku.

Kusisir rambutku dan bercermin di kaca. Kelihatan keren dan ganteng. Jam tangan dari Sarah juga kupakai. Aku melihat diriku seperti berbeda. Banyak sekali perubahannya. 

Setelah selesai semua, Sarah menggandengku untuk check out dari hotel tempat kami menginap. Sarah langsung memesan taksi menuju ke Bandara Ngurah Rai. .

Di dalam taksi, Sarah hanya diam tidak banyak bicara. Apa yang terjadi? Wanita ini memang penuh misteri.  Aku juga memainkan ponselku.  Membalas pesan Nita untuk bersabar dulu.

Sarah menyandarkan kepalanya di pundakku. Kuelus kepalanya. Supir taksi nampak tersenyum melihat kami. 

Kita sudah sampai di bandara. Sarah sangat terburu-buru. Langkahnya sangat cepat. Matanya sambil menengok ke kanan dan ke kiri. 

Sarah menyodorkan ponselnya untuk menunjukan tiket yang telah kami pesan. Petugas mengecek kemudian mempersilahkan kami masuk. Kulirik arlojiku waktu sudah hampir jam 11 siang. Terdengar suara panggilan terakhir untuk para penumpang yang mau berangkat ke Jakarta. 

Kami duduk di bangku depan VIP. Setelah duduk Sarah menghela nafas dengan panjang. Seolah ingin melepaskan beban beratnya.

"Pram, maafkan aku ya. Kita cuma sebentar disini," ujarnya menatapku.

Matanya terus memandangiku. Aku pura-pura marah dengannya. Aku tak menatapnya. Pandanganku tertuju kepada layar kecil yang berada di depanku. Maklum orang kampung. Aku belum pernah naik pesawat. Baru kali ini aku naik pesawat.  Tanganku iseng menyentuh layar tipis di depanku. 

"Pram…," rajuknya.

Dia menggoyang lenganku, tapi aku masih diam. Akhirnya dia mencubit lenganku dengan bibir yang dimoncongkan. 

Duuh. Makin gemas saja. Segera kubelai dia dengan lembut. Banyak penumpang yang melewati kami, mereka melirik dan tersenyum. Aku tidak perduli.

" Nanti di Jakarta, kalau aku kangen gimana sayang. Suami istri kok tidak bersama," kataku terus menggenggam tangannya.

"Nanti aku yang atur. Iih kangen ya," ledeknya.

"Iya," bisiku di telinganya.

" Pasti aku gak bisa tidur sayang. Ingin selalu mendekapmu. Kamu memang membuatku tersiksa dengan kondisi seperti ini," imbuhku.

" Rasain!" kelakarnya sambil memalingkan muka.  

Kucubit saja hidungnya. Coba kalau masih di kamar hotel pasti sudah kulumat habis itu mulutnya. 

Seorang pramugari cantik datang membantu mengecek peralatan kami. Rambutnya yang disanggul rapi dengan riasan yang agak mencolok.  Dia memakai busana batik melilit di tubuhnya, tubuhnya yang tinggi samampai  dan tersenyum manis kepadaku. Aku tersenyum meliriknya. Sarah mencubit pahaku. 

Aku meringis kesakitan

"Maaf,Mas. Tolong bangkunya diletakkan seperti semula karena sebentar lagi pesawat mau berangkat!"

Aku membetulkan bangkuku seperti semula lagi. Sarah juga melakukan hal yang sama. Sarah memakaikanku sabuk pengaman. 

"Siang, Ibu," sapa pramugari itu. 

"Siang, Mbak, " jawab Sarah. 

"Selamat menikmati penerbangan ini. Oh iya anaknya ganteng sekali dan senyumnya menggoda," tambahnya.

Ups…Anaknya?

Sarah hanya tersenyum mendengar kelakar pramugari itu. Kemudian pramugari itu berlalu dari hadapan kami.

"Matanya mulai jelalatan nih," ucapnya marah.

" Makin cantik saja bidadariku ini kalau sedang ngambek," selaku.

Kugelitiki saja dia agar biar bisa tertawa.  Akhirnya dia tersenyum. Tangannya yang kugenggam perlahan kukecup mesra. Wanita paling suka kalau dimanja seperti ini.

Pramugari memberikan isyarat kepada para penumpang pesawat untuk bersiap karena sebentar lagi pesawat akan lepas landas. 

Aku sebenarnya takut dengan ketinggian. Kupejamkan mataku dan kugenggam era tangan Sarah. Wanita itu mengelus pundakku seolah memberikan rasa nyaman yang luar biasa.

Satu jam kemudian, pesawat yang kutumpangi sudah mendarat di Bandara Sukarno Hatta. Kami bersiap untuk turun dari pesawat. Sarah nampak tergesa-gesa menuruni pesawat. Dia terus menggandengku, jalannya sangat cepat.

Setelah kami mengambil koper , kami segera meninggalkan bandara dengan menaiki taksi. Di dalam taksi, Sarah kembali menghela nafas. 

"Pram,  nanti setelah sampai rumah. Kamu gak usah masuk kerja dulu. Bisa-bisa kita ketahuan kalau habis bulan madu," kata Sarah di dalam taksi.

" Lo..kok bisa gitu," jawabku melongo tidak tahu apa yang dimaksut dengan perkataan Sarah. 

"Aku nanti dipecat sama Pak Sony, Yang." Aku sedikit bingung. Apa rencana Sarah selanjutnya. Wanita yang misterius. Ngajak nikah secara dadakan, bulan madu dadakan.Eh sekarang aku tidak boleh masuk kerja. Lalu bagaimana dengan gajiku. 

" Siapa yang punya restoran?" pelotot dia.

"Eh iya. Aku sampai lupa. Mom yang punya restoran," kataku cekikikan.

"Lalu aku harus libur berapa hari, Yang?"

" Bagaimana kalau kangen?" tambahku.

Pak supir taksi ikut tersenyum melihat tingkahku. Ah biarin saja. 

"Nanti aku jemput Pram. Jangan takut gitu. Kerjaanku memang banyak. Ini ada tender besar. Ada event yang sangat penting. Ada tamu dari manca negara. Semoga restoran kita menang," ujarnya terus memandangi ponselnya. 

Kupejamkan mataku. Kepalaku terasa agak berat. Seperti mimpi saja. Dua malam yang lalu aku disuguhkan dengan nikmat dunia. Yang aku ingin selalu di dekatnya.  Sekarang baru tersadar bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku hanya menjadi pemuas birahi Sarah saja?

Benarkah dia mencintaiku? Atau aku yang terjebak dengan cintanya. Kuusap mukaku kasar. Kulepas pelukanku. Siapakah aku? Pemuda desa yang mengadu nasib di Jakarta. Begitu gampang aku menerima tawaran untuk menikah dengannya. 

Aku kasihan melihatnya, sekarang Sarah bisa tersenyum bahagia. Aku mendesah pelan. Sarah mendengarnya dan menatapku. 

"Sayang… Do you believe me?" tanyanya tepat di manik mataku.

"Kamu percaya dengan cintaku. Apakah kamu pikir aku hanya menginginkan tubuhmu?"

Sarah menggenggam tanganku. Seolah memberikan kekuatan kepadaku.

"Aku pernah berada di posisi sepertimu Sayang," ujarnya lembut.

Tak terasa taksi yang kami tumpangi sudah sampai di depan rumah  Sarah. 

"Pak, antar mas ini ke rumahnya ya," perintahnya.

"Siap, Bu." Pak supir langsung keluar membukakan pintu dan mengeluarkan koper dari bagasi. 

" Sayang.. Nanti sampai rumah telpon aku ya," pintanya sambil mengecup pipiku. 

Aah Sarah. Menjadi suamimu hanya sebentar saja. Baru aku menikmati candunya. Mengapa pernikahan ini dirahasiakan?

Bersambung..

Apa yang terjadi dengan Pram dan Sarah ketika sudah kembali ke Jakarta?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Sitihasanah Titi
Brondong ni yee
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Sabar pram candumu pasti datang kasih madunya untukmu.........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status