Share

Bab 4 Nafas Buatan

Theo memegang kedua tangan Amilie untuk menghentikan istrinya yang hendak membuang cincin pernikahan itu.

"Jangan coba-coba melepaskan cincin itu. Kita sudah menikah dan aku tidak mau ada yang mengira yang tidak-tidak," kata Theo mengingatkan.

Lantas, Theo pun menarik pergelangan tangan Amilie -- memasukkan ke dalam mobil.

"Kita pergi ke Welston Home!" perintah Theo kepada sopir pribadinya yang sudah stay menghadap setir mobil.

"Baik, Tuan."

Welston Home adalah nama rumah milik Theo yang mana memang selama ini ia selalu tinggal sendiri di sana. Menikmati sepi dan kesenangan sendirian tanpa keluarga ataupun teman yang ada di sampingnya. Namun, kini ia tidak lagi sendirian. Sebab, ada Amilie yang akan menemani hari-harinya di rumah.

Amilie melirik ke arah Theo dan kemudian memalingkan wajahnya. Ia menarik tangannya dan menjaga jarak dari Theo.

"Walaupun kita sudah menikah, itu bukan berarti kamu bebas menyentuhku!" ketusnya.

"Aku tidak akan memaksaku untuk melayaniku. Tapi, aku tidak mau kalau orang lain melihat hubungan kita yang buruk. Apapun itu, tunjukkan saja perasaan terbaikmu di hadapan semua orang." Theo memperingatkan hal itu kepada Amilie, karena ia melihat bahwa Amilie terlalu keras kepala.

"Baik, tapi aku tidak akan mau sekamar denganmu," balasnya.

Theo tidak mempermasalahkan hal itu. Sudah bisa membantu Amilie saja rasanya senang. Tetapi, sejak ia memutuskan menikahi Amilie. Ia berniat untuk membuat Amilie mencintainya.

Suasana kembali hening dengan perasaan Amilie yang berkecamuk, sebab ingatan buruk itu kian menari-nari dalam kepala Amilie.

"Sepertinya aku harus liburan. Mulai besok aku tidak akan masuk ke kantor," batin Amilie.

Sesampainya di Welston Home, Theo langsung keluar dari mobil. Begitu juga dengan Amilie yang ada di sampingnya.

"Ini rumah?" tanya Amilie sembari memandangi hunian yang dipenuhi tanaman hijau dengan kolam renang yang luas di depan rumah tersebut.

"Kalau untuk orang buta, ini hanya kegelapan," jawab Theo dingin sembari berjalan pergi memasuki rumah tersebut.

Theo sudah berjalan agak jauh, sedangkan Amilie masih berada di dekat mobil. Ia tertinggal agak jauh dari suaminya karena terus memandangi tempat tinggal barunya itu.

"Kak Theo, tunggu!" seru Amilie, tetapi Theo tak menoleh.

Amilie berjalan dengan cepat sembari memegang kebaya panjang yang dipakainya. Dan, sopir pribadi Theo berjalan di belakang Amilie untuk menemani Amilie yang tampak kerepotan.

Ia terus berjalan dengan cepat menyusul Theo yang sudah melangkah jauh darinya, sampai-sampai ia lupa bahwa yang dilaluinya adalah jalanan licin. Yang mana di sampingnya terdapat kolam renang yang dalam.

Amilie tergelincir dan jatuh ke kolam tersebut. Itu membuat pakaian wanita tersebut basah dan terasa berat. Amilie kesulitan bernafas karena tidak bisa berenang, sedangkan hampir seluruh tubuhnya nyaris masuk ke dalam air.

Sopir pribadi Theo pun tidak berani berbuat banyak, karena takut Theo marah jika dirinya menyentuh tubuh Amilie. Walaupun niatnya baik, untuk menyelamatkan Amilie dari air yang begitu dalam.

"Toloong ... Aku tidak bisa berenang! Tolooong ...!" teriak Amilie.

Theo menoleh dengan malas. Tetapi, kemudian ia berlari ke arah Amilie saat melihat wanita itu nyaris tenggelam. Lantas, ia menyelam dan berenang, lalu membawa Amilie ke tepi kolam. Ia membaringkan Amilie dan berusaha menyadarkannya.

Tidak ada pilihan lain, Theo pun kemudian memberikan Amilie nafas buatan setelah memberikan CPR dengan menekan dada Amilie. Tetapi, saat itu Amilie tak kunjung sadar.

Perlahan, Theo mendekatnya bibirnya pada bibir Amilie dan memberikan nafas buatan untuk istrinya itu. Itu adalah pilihan terakhir ketika melihat Amilie dalam keadaan tak sadarkan diri.

Akhirnya, tak lama kemudian Amilie tersadar begitu kedua bibir itu beradu. Sontak, Amilie terbelalak seketika dan langsung bangkit dari baringnya begitu melihat Theo yang ada di hadapannya.

"Apa yang sudah kamu lakukan?!" sentak Amilie.

"Tadi kamu pingsan, aku hanya menolongmu." Theo memegang bibirnya saat ia baru pertama kali merasakan bibir seorang wanita. "Makanya, lain kali hati-hati!" Seketika Theo bangkit dan pergi meninggalkan Amilie di sana, setelah memastikan bahwa istrinya baik-baik saja.

Theo menoleh sedikit dan kemudian melanjutkan langkah kakinya kembali.

Amilie terdiam dan kemudian memeriksa ponselnya yang tidak ada dalam genggaman tangannya. Ia melihat ke kolam, dan benar saja. Ponselnya jatuh ke dalam kolam, tetapi saat itu dirinya tidak mungkin mengambil ponsel yang sudah tenggelam ke dasar kolam itu.

"Bagaimana ini? Ponselku malah jatuh ke sana, bagaimana aku mengambilnya?" ucap Amilie panik sembari mondar-mandir dalam keadaan tubuhnya yang kedinginan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Clavita SA
Hai semuanya... Selamat datang di ceritaku
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status