Share

Part 3

Author: Fatimah Rohim
last update Huling Na-update: 2021-03-01 22:29:31

"Selalu berikan yang terbaik pada pertemuan pertama. Karena rasa suka bisa datang disaat pandangan pertama, begitupun dengan rasa tidak suka."

----------------------

Alfizam Dinnar Agustaf

          Hari ini aku ada jadwal meeting sama client, sebelum  berangkat ke kantor gue berencana menjenguk om Diga yang sudah satu minggu ini dirawat di rumah sakit. Tepat pukul 07:00 berangkat bersama Varo, sesuai rencana aku menjenguk om Diga terlebih dahulu. Stelah sampai di rumah sakit aku langsug menuju ruag VIP dimana om Diga dirawat. Kurang lebih satu jam aku ngobrol-ngobrol sama om Diga yang kondisinya sudah semakin membaik.

Flashback

Assalamualakum.” Aku memasuki ruang rawat om Diga, dan terlihat tante Kayla sedang ngobrol sama dokter.

Waalaikumsalam ganteng.” Balas tante Kayla seraya menghampiriku.

“Gimana keadaan om Diga tan.” Aku mengambil tangannya dan mencium punggung tangannya.

Alhamdulillah udah baikan, nanti sore juga udah boleh pulang.” Ujarnya.

          Aku dan Varo segera menghampiri om Diga yang terbaring di atas ranjang, sedangkan tante Kayla terlihat sedang mengantarkan dokter untuk keluar dari ruang rawat om Diga.

“Hai om, gimana keadaanny?” Tanyaku sembari membantu om Diga untuk duduk bersandar.

Alhamdulillah udah mendingan.” Jawabnya.

“Oh ya om, ini aku bawain buah dan kue kesukaan om.” Varo meletakan buah dan kue kesukaan om Diga yang di beli sebelum menuju rumah sakit.

“Terimakasih banyak ya, terimaksih juga udah jengukin om.” Om Diga mengucapkan terimaksih sembari menepuk-nepuk bahu pelan. Aku memang dekat dengan keluarga om Diga bahkan keluarga mereka sudah aku anggap seperti keluarga sendiri.

“Kapan om boleh pulang?” Tanyaku membantu mengambilkan kue yang baru saja Varo belikan.

“Nanti sore juga udah pulang, bosen tiduran mulu.” Ujarnya sambil perlahan memakan kue.

“Lho kok bosen om seharusnya  seneng dong bisa lihat plus dipegang-pengang suster-suster cantik.” Dengan senyum jahil Varo mengoda om Diga.

“Seneng bagi yang jomblo, kalo bagi om ya musibah.” Ujarnya terkekeh.

“Kok musibah seharusnya anugrah dong om.”

“Lha gimana nggak musibah  setiap ada suster yang meriksa, tantemu sudah siap dengan tatapan mautnya kok.” Aku tertawa mendengar candaan om Diga. Begitulah tante Kayla selalu number one yang maju kalau ada wanita cantik yang deket-deket sama suaminya.

 “Mamamu belum sampai Nar?” Tiba-tiba pertanyaan tante Kayla menghentikan tawa kami.

“Hah, emangnya mama mau pulang ya tan?” Aku kaget mendengar pertanyaan tante Kayla barusan, karena mama nggak ngasih tau kalo mau pulang.

“Lho emang nggak ngasih tau kalian ya?” Tanya om Diga.

“Nggak tuh om” Jawabku bareng Varo yang juga kaget.

“Mungkin mau bikin kejutan buat kalian” om Diga.

Flashback End

          Keluarga om Diga itu sudah seperti keluarga ku sendiri, setelah kepergian kak Alifa, mama dan papa lebih sering tinggal di Singapura dari pada di Indonesia. Jadi selama mereka di Singapura aku lebih dekat sama keluarga om Diga terutama bang Helga yang sudah seperti abang sendiri, yang selalu membimbing dalam mengurus perusahaan papa di Indonesia.

          Setelah dikira cukup menjenguk om Diga  aku segera menuju kantor. Saat aku dan Varo berjalan menuju parkiran tiba-tiba  mama telfon memberi tahukan bahwa dia mau ke kantor. Apaan deh mama, pulang nggak kasih tau tiba-tiba main ke kantor aja. Saat sedang asyik ngobrol sama mama tiba-tiba ada seseorang yang nabrak ku dan map yang aku bawa jatuh dan kertas yang ada di dalamnya berserakan.

Brukkk…….

“Maaf nggak sengaja.” Seorang perempan dengan kerudung putih sedang mengambil lembaran-lembaran kertas dan memasukannya ke dalam  map merah kemudian memberikanya pada ku.

          Untuk sekilas mata kami saling bertemu, namun perempuan  itu segera menundukan kepala dan langsung pergi.

“Cantik.” Batinku dalam hati, mimpi apa aku semalam bisa ketemu bidadari secantik itu.

          Aku masih memandangi perempuan itu, tapi tunggu…, ada noda merah di belakang baju panjangnya, jangan-jangan dia  lagi PMS dan tanpa berfikir panjang aku segera memanggil nya sebelum ada  orang lain yang melihat noda merah itu.

“Tunggu mbak.” Panggilku sedikit keras.

          Prempuan itu berhenti,  segeraku buka jas ku dan map yang gue pegang gue kasih ke Varo. Aku langsung menghampiri perempuan itu dan langsung mengikatkan jas di pinggang rampingnya. Aku nggak perduli semahal apa jas yang ku kenakan saat ini, yang penting tuh perempuan nggak menanggung malu.

“Ka-mu apa-apaan.” Terlihat perempan  itu terekejut dan berusaha mendorong tubuhku yang sedang mengikatkan jas ke pinggangnya.

“ Maaf mbak saya lancang, tapi ada noda merah di belakang rok anda.”  Dengan sedikit senyuman aku berbisik di telinganya.

“Hah….” Dengan wajah polos dan sedikit bingung dia berusaha berfikir akan maksud ucapan ku.

“Iya, ada noda merah di rok anda.” Ujarku memperjelas, semoga aja dia paham.

“Maaf dan terimakasih.” Ujarnya singkat, sepertinya dia sudah mengatahui apa yang aku maksud. Dia menundukan kepala dan segera berlari masuk kedalam rumah sakit.

“Mbak namanya siapa.” Aku berteriak menanyakan namanya,  terlihat dia hanya melambaikan tangan tanpa berbalik.

          Aku masih setia memandangi gadis cantik itu yang enggan memberi tahu namanya. Gadis cantik berkerudung yang aku taksir usianya 20 tahun itu telah berhasil membuat ku senyum-senyum sendiri akibat wajah polosnya.

“Woi gila lo ya senyum-senyum sendiri.” Varo mengagetkan ku yang tengah merasakan indahnya bunga sakura yang pertaburan dalam hatiku.

“Brisik deh lu, gimana mama?” Tanyaku mengalihkan perhatian, supaya dia nggak kepo lebih lanjut.

“Mama mau nysul ke kantor, nanti sekalian bareng bang Helga mau jemput om Diga.” Jawabnya seraya mengembalikan ponsel yang tadi ku serahkan padanya.

“Ya udah yuk cabut, keburu telat meeting.” Aku ajak Varo untuk segera pergi ke kantor.

“Jas lo mana?” Varo bertanya saat dia sadar aku nggak pakai jas.

“Emmm.” Aku hanya mengangkat kedua bahu  enggan menjawab bahwa jas mahalku baru saja aku ksih cewek cantik.

-----------------

Kanaya Naratama

Ceklek…..!

          Aku membuka pintu ruang rawat ayah, ku lihat seorang lelaki paruh baya dengan uban yang mulai tumbuh di kepalanya dan tidak lupa dengan kacamata yang menemaninya, tengah fokus melihat tab yang ada di genggamanya.

“Cek..! dasar ayah, sakit aja masih sempet-semmpetnya sibuk sama tab-nya.” Gumamku lirih.

“Ada apa dek?” Tanya bunda.

“Lihat deh bun, saking fokusnya ayah sampai nggak sadar kita datang.” Ujarku memandangi ayah yang tengah fokus dengan tab-nya.

“Ayah mah emang gitu.” Bunda tersenyum melihat aku yang masih heran melihat ayah.

Aku berjalan menghampiri ranjang ayah, dan ayah belum juga menyadari kedatangan ku.

Assalamuallaikum ayah.” Aku menghampiri ayah dan langsung menyalaminya.

Waalaikumsalam, lho Nay kapan sampai sini?” Tanya beliua sembari melepas kaca mata bacanya

“Tadi yah, Ayah gimana? udah sehat?”

“Udah, nanti juga udah boleh pulang.”

“Ihhhh ayah  kangen” Aku mengambil tab yang ada di tangan ayah kemudian meletakan di atas meja yang terletak di samping ranjang.

“Uluh…uluh, anak ayah.” Ayah merentangkan kedua tangannya dan aku  segera masuk ke dalam pelukanya.

 “Bunda keluar dulu ya sebentar.” Pamit bunda tiba-tiba.

“Mau kemana bun” Tanya ayah ku.

“Mau beli baju buat Kanaya.” Jawab bunda yang sudah membawa tas di pundaknya.

“Lho emang baju Naya kenapa?” Ayah mengamati bajuku yang kelihatan baik-baik aja.

“Urusan perempuan ayah gak perlu tau.” Sahut ku yang masih bersandar di dada ayah.

“Jagain ayah ya, terutama matanya jangan biarin lirik kanan lirik kiri.”

“Santai bun kalo ada aku aman deh.” tau yang di maksud bunda aku mencium pipi ayah.

          Satu jam sudah berlalu dan bunda sudah kembali membawa baju, tanpa menunggu lama aku segera mengganti baju ku di kamar mandi. Setelah mengganti pakaian, aku menyuapi ayah, saat sedang menyuapi ayah tiba-tiba kak Helga dan tante Marta datang.

Assalamualaiikum.” kak Helga masuk di ikuti tante Marta.

Waalaikumsalam.” Jawab kami bersama.

“Marta.” Bunda beranjak dari sofa dan segera memeluk tante Marta tidak lupa cipika cipiki tentunya..

          Aku, Ayah dan kak Helga hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua sahabat yang sedang melepas rindu itu. Setelah panjang lebar ngobrol ini itu, dan setelah dokter Fahri memeriksa ayah akhirnya ayah diperbolehkan pulang ke rumah. Setelah sampai rumah, aku mengantarkan ayah ke dalam kamarnya. Aku segera menghampiri bunda dan tante Marta yang sedang asyik mengobrol.

“ Tan nginep sini kan.” Tanyaku pada tante Marta.

“Nggak, tante juga kangen lah sama anak tante.”

“Terus  tante pulangnya sama siapa?”

“Tante dijemput sama Dinnar dia lagi otw ke sini.”

“Tante besok jadi kan nganterin ke kampus?” Tanyaku kepada tante Marta

“Jadi dong, berkas-berkasnya udah lengkap kan?”

“Udah, makasih ya tan.” aku memeluk tante Marta sebagai ucapan terimaksihku.

“Ya udah tan aku ke kamar dulu ya, mau beres-beres dulu tadi belum sempat beres-bers soalnya” pamitku pada tante Marta dibalas anggukan olehnya.

“Lho dek kamu belum selesai beres-beresnya?” Tanya bunda saat aku hendak pergi.

“Belum bun.”

“Da… Ida.” Bunda memanggil mbak ida yang sedang menyiapkan makan malam.

“Iya bunda.” Jawab mbak Ida sopan.

“Tolong bantu Naya beresin barang-barangnya ya.” Perintah bunda pada mbak Ida.

“Siap bun.”

          Aku dan mbak Ida bergegas ke kamar dan langsung merapikan barang-barangku yang ada di koper, disela-sela aktivitas aku bercerita pada mbak Ida tentang kejadian yang terjadi di rumah sakit. Tidak lupa aku juga menunjukan jas mahal bermerek itu.

“Pasti dia tampan ya non.” Tanya mbak Ida antusias.

“Jujur dia memang menarik, tapi aku nggak tau namanya siapa.” Ujarku kecewa.

“Jangan-jangan ya non,  dia udah punya pacar atu nggak udah punya istri malahan.”

          Mendengar pernyataan mbak Ida raut wajahku menjadi murung, seketika bayangan pertemuanku dengan dia muncul di fikiran ku, mulai saat kita saling bertatapan, sampai bagaimana lembutnya dia mengikatkan jas di pinggangku. Mengingat itu semua tak sadar membuat aku senyum-senyum sendiri.

Bersambung..........

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • My Sweet Young Husband   Part 75 END

    “Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.”---------- Bila ada satu hal pasti yang harus Kanaya yakini dari kehidupan, maka itu adalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Pada akhirnya, hanya Tuhan dan suaminya serta kedua putranya tempat berpegang. Suaminya lah yang membuat kakinya bisa kuat untuk berdiri, sedangkan kedua putranya yang menjadi alasan Kanaya untuk tetap sabar dan ikhlas menerima cobaan. Dan tentu ia harus sangat teramat sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menakdirkan dirinya memiliki mereka, suami dan kedua putra hebatnya. Perjalanan hidup manusia tidak selalu sesuia har

  • My Sweet Young Husband   Part 74

    Note: Next part adalah part penutup yaJ.“Karena memang kehidupan itu penuh dengan cobaan, ya. Bahkan selama kita masih hidup, cobaan tidak akan pernah berhenti menghampiri. Kuncinya Cuma sabar, sabar dan sabar hingga sampai ke titik ikhlas dimana kita yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Semua pasti ada solusinya, semua pasti ada jalanya.”----------Namanya kehidupan pasti tidak terlepas dengan cobaan dan ujian kehidupan. Pada hakikatnya manusia tidak diuji di luar batas kemampuannya. Bagi mereka yang mampu mengambil hikmah dalam setiap kejadian yang ada dan selalu bersyukur, maka akan mampu melewati ujian-ujian kehidupan ke depannnya. Yakin bahwa setiap ujian adalah cara Tuhan untuk mendewasakan kita, terlebih semua ujian hidup ini tak ada yang abadi.Dinnar dan Kanaya mencoba melewati ujian terberat dalam rumah tangganya dengan sabar dan iklas. Kehilangan je

  • My Sweet Young Husband   Part 73 A++

    WARNING!!. Part ini mengandung adekan yang bikin panas dingin, bijak dalam membaca yang tidak berkenan bisa abaikan. Sebenarnya ini gabungan part sebelumnya, tapi karena kalau aku jadiin satu part, katanya kebanyakan jadi lebih baik aku jadiin dua part.“ Dalam kehidupan berumah tangga, pertengkaran menjadi salah satu badai yang akan menerpa bahkan mungkin sering. Dan bercinta mungkin bisa menjadi salah satu cara dimana pasangan akan berbagi perasaan untuk menyelesaikan masalah, dan bercinta seolah menjadi pelangi di akhir badai. Mungkin bukan diakhir badai, tapi di sela badai yang belum kunjung usai.”---------- Perlahan Dinnar meletakkan Kanaya di atas ranjang, keduanya berhimpit tanpa jarak. Mungkin karena rindu akan sentuhan membuat keduanya tidak ingin melepaskan pangutan, hingga Kanaya perlahan yang melepas

  • My Sweet Young Husband   Part 72

    “Mawaddah dalam rumah tangga akan tercipta saat suami dan istri mampu saling menguatkan. Dan rumah tangga akan menjadi bahagia saat cinta yang di bangun tidak bercampur dengan ke egoisan.”----------Dinnar melangkah memasuki rumah mewahnya, ia sedikit bersemangat. Menginggat ada kabar baik mengenai putrinya, semoga dengan kabar ini istrinya bisa kembali semangat menjalani hidup.Dinnar segera menuju kamarya, ketika melewati kamar putra kembarnya, ia mendengar isakan kedua putra kembarnya. Dinnar segera masuk, khawatir dengan keadaan Afnan dan Aflah.Terlihat di ranjang masing-masing mereka kompak menelungkup menyembunyian wajahnya di bawah bantal dengan isak tangis menyedihkan. “Abang, adek?” Afnan yang mendengar panggilan sang ayah mengangkat bantal yang menutupi kepalanya dan segera menghapus air mata yang masih tersisa. Sementara Aflah ia masih setia dengan isakkanya.Melihat putra bungsunya masih

  • My Sweet Young Husband   Part 71

    *Alurnya dipercepat ya, bancanya pelan-pelan saja!*“Setegas dan setegar apapun seorang Ayah, ia akan bersedih bahkan tidak akan merasa malu untuk menangis ketika ia harus kehilangan anaknya terlebih putri manisnya.”----------“Alesha diculik……..” Detik berikutnya tubuh Kanaya melemas dan pingsan dalam dekapan Dinnar.Flashback at CCTV control roomBrakk…..Dinnar membuka ruang kontrol CCTV, di sana sudah ada Toni dan Arvan. Sepertinya sahabat-nya itu gerak cepat, karena saat ini mereka sedang menatap layar monitor dan mendengarkan penjelasan petugas yang jaga. Dinnar mendekat ke monitor dan menatap layar besar di hadapannya itu, di monitor itu terekam jelas ketika Alesha berjalan menuju toilet. Ketika Alesha keluar dari toilet, ada dua orang laki-laki dan perempua menghampiri Alesha, sepertinya ora

  • My Sweet Young Husband   Part 70

    "Memang benar, bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang di sisi Tuhan-nya dan tanda bahwa Tuhan semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan tentunya ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan adalah bersabar."----------5 Tahun Kemudian………Lima tahun sudah derai tawa menghiasi rumah mewah keluarga Agustaf. Dinnar dan Kanaya saling membahu dalam merawat dan mendidik ketiga buah hatinya. Dinnar dan Kanaya tidak menyetujui usulan Sam dan Marta yang ingin menggunakan jasa baby sistter untuk membantumegurus Queen dan Prince-prince dikeluarga bahagia itu.“Kakak!!! Adek!!.....” Teriakan nyaring terdengar menggema di seluruh ruangan di dalam rumah mewah itu. Menjadikan seluruh penghuni rumah yang tengah mengerjakan kegiatan masin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status