Share

Part 4

Author: Fatimah Rohim
last update Last Updated: 2021-03-03 09:48:07

"Bertanggung jawab dan bersungguh-sungguhlah dengan apa yang dimulai, bersungguh-sungguh memang berat pada awalnya. Tapi akan menyenangkan jika kita sudah mencintai apa yang kita lakukan."

-----------

          Sesuai rencana hari ini aku pergi ke kampus untuk menyerahkan berkas-berkas untuk melamar menjadi dosen. Ditemani tane Marta aku menuju kampus dan setelah semua beres aku menemui bu Ratna yang merupakan dosen mata kuliah sebelumnya atau dosen yang akan aku gantikan.

Assalamualaikum.” Aku mengetuk pintu ruangan bu Ratna.

Waalaikummsalam, bu Kanaya ya?” Tanya bu Ratna.

“Iya bu.” Jawabku sopan.

“Silahkan duduk dulu.” Bu Ratna menyuruhku duduk di sofa yang ada di ruangganya.

“Perkenalkan saya Ratna, dan ini berkas-berkas berkaitan dengan mahasiswa yang saya ajar.” Bu Ratna memperkenalkan namanya kemudian memberikan setumpuk berkas berkaitan dengan mahasiswa yang diajarnya.

“Baik bu.” Aku membaca beberapa berkas tersebut.

            Terjadi keheningan untuk sesaat ketika aku membaca sekilas berkas-berkas itu satu persatu. Hingga bu Ratna  yang memecahkan keheningan itu dengan mengajukan pertanyaan kepada ku.

“Maaf bu, kalo boleh tanya bu Kanaya umurnya berapa ya? kok keliatanya masih muda banget.” Tanyanya.

“ Masak sih bu padahal usia saya sudah seperempat abad lho.” Jawabku sembari tersenyum.

“Yang bener bu, kirain baru 19 tahun berarti udah berkeluarga dong?” Tanyanya lagi.

“Doanya saja, bu.” Dalam hati aku mengamini perkataan bu Ratna itu, ya usiaku memang sudah melewati angka 25. Namun entahlah jodohku masih nyangkut dimana.

          Saat aku dan bu Ratna sedang asyik  ngobrol tiba-tiba ada dua dosen masuk ke ruangan bu Ratna dan langsung menghampiriku duduk di sofa.

“Hai, kamu dosen baru yang akan menggantikan bu Ratna ya?” Tanya seorang laki-laki berkacamata tebal yang baru saja masuk.

“Iya.” Jawabku singkat.

“Perkenalkan nama ku Hendra Wijaya, dosen manajemen SDM, ruangan ku di samping ruangan ini. So, kalau perlu bantuan jangan sungkan buat minta tolong okey!”. Ujarnya.

“Kalau aku Nadin Pratiwi panggil aja Nadin.” Giliran seorang peremuan yang bernama Nadin memperkenalkan namanya.

“Perkenalkan nama saya Kanaya Naratama, panggil aja Kanaya.”  Aku memperkenalkan diriku pada Hendra dan Nadin.

“Uhhukkk” Tiba-tiba bu Ratna tersedak minumanya.

What..! Kanaya Naratama adiknya Helga Naratama?.” Tanya bu Ratna yang kemudian ikut duduk di sofa.

“Bu Ratna kenal sama kakak saya?” Tanyaku saat bu Ratna sudah duduk di sofa.

“Ya kenal, dia sahabat suami ku, tapi kok aku nggak tau ya kalau Helga punya adik perempuan setau aku malah adeknya dia itu Dinnar sama Varo.” Terangnya, Dinnar dan Alvaro itu anak-anaknya om Sam dan tante Marta.

          Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan bu Ratna karena selama ini kak Helga dan anak-anak om Sam memang sangat dekat dan setatusku sebagai putri keluarga Naratama memang harus dirahasiakan.

          Setelah  selesai berbincang- bincang aku segera pamit sama bu Ratna karena tante Marta sudah menunggu di parkiran.

“Saya pamit dulu ya bu, soalnya saya sudah ditunggu.” Pamitku pada bu Ratna.

“Iya, jangan lupa hari senin kamu sudah mulai ngajar masih ada waktu satu minggu buat mempersiapkan materi.” Pesanya sebelum aku berjalan menuju pintu.

“Siap bu dosen cantik.” Balasku sembari memberi hormat ala-ala militer gitu.

Good luck dosen imutt.” Bu Ratna mencubit kedua bibiku dengan gemas.

“Awww, ibu sakit.” Keluhku dan hanya di balas tawa bu Ratna.

          Aku, Nadin dan Hendra keluar dari ruangan bu Ratna, Nadin mengantarkan ku sampai ke parkiran sedangkan Hendra kembali ke ruanganya untuk bersiap-siap mengajar. Saat aku dan Nadin berjalan melewati lorong kampus, tiba-tiba terlihat sebuah mobil sport melintasi halaman kampus dan menjadi pusat perhatian penghuni kampus khususnya kaum hawa. Karena penasara aku bertanya pada Nadin yang juga sedang asyik memperhatikan mobil yang sedang parkir itu.

“Ada apa sih?” Tanya ku pada Nadin.

“Apa?” Tidak faham dengan pertanyaan ku Nadin malah balik bertanya.

“Itu.” Aku menunjuk segerombolan mahasiswi-wahasiswi yang tengah asyik memperhatikan mobi sport yang pengemudinya masih di dalamnya.

“Ohh biasa pangeran kampus.”

“Pangeran kampus?” Tanyaku tidak mengerti maksud ucapan Nadin.

“Besok kamu juga tau, karena kamu bakal ngajar kelas mereka.” Ujarnya santai.

“Ohhhh.” Karena tidak begitu tertarik aku hanya ber  oh saja.

Aku segera melanjutkan langkahku menuju parkiran depan dan tentunya masih diantar Nadin yang masih senantiasa ngedumel gak jelas karena gak bisa lihat pangeran kampus. Saat sampai di parkiran aku melihat tante Marta sudah di parkiran, akupun segera menghampirinya.

“Tante maaf ya, tante udah nunggu lama ya?”

“Tante juga baru aja keluar kok, gimana udah beres?”

“Udah dong, besok senin udah mulai ngajar.” Jawabku girang.

“Oh ya tan kenalin ini Nadin, dia dosen di sini juga.” Aku memperkenalka Nadin kepada tante Marta.

          Tante Marta dan Nadin saling berkenalan dan mengobrol singkat. Setelah dari kamus tante Marta ingin langsung mengantarkanku pulang ke rumah tapi aku menolak karena jam baru menunjukan pukul 11:15, itu artinya kalo aku pulang nggak ada temen di rumah kecuali mbok Ina. Selain menjadi ART, mbak Ida dan mbak Nina juga bekerja di restorannya bunda jadi kalo jam kerja mereka bekerja di restoran.

          Karena belum pengen pulang akhirnya aku minta tante Marta mengantarkan ku ke kantor kak Helga. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga, Tante Marta tidak bisa mengantarkan ku sampai ke dalam karena dia ada keperluan. Setelah kepergian tante Marta aku segera masuk ke dalam perusahaan, karena tidak tau dimana ruangan kak Helga maka aku segera bertanya pada resepsionis yang sedang berjaga.

“Mbak mau tanya,kalo ruagnganya pak Helga di mana ya?” Tanyaku pada dua resepsionis itu.

“Maaf, apa mbak sudah buat janji sama pak Helga?” Tanya resepsionis yang bernama Ayu.

“Belum sih mbak.” Jawabku.

“Maaf mbak kalau belum buat janji pak Helga tidak bisa ditemui.” Ujarnya.

“Mbak bisa tolong telfon ke ruanganya nggak.”  Pintaku pada resepsionis itu.

“Eh emang situ siapa nyuruh-nyuruh kita buat telfon ke ruangannya pak Helga?” dengan sinisnya resepsionis bernama Lia itu bertanya padaku.

“Saya adiknya pak Helga.” Jawabku singkat.

“Nggak usah nggaku-ngaku deh mbak, pak Helga itu gak punya adik cewek.” Ujarnya sinis.

          Karena malas berdebat, aku hanya mendengarkan celotehan-celotehan dari resepsionis itu. Saat mereka sedang berceloteh ria, tiba-tiba datang seseorang.

“Ada apa ini ribut-ribut.” Seorang lelaki  berpakaian kantor rapi bertanya.

“Siang pak.” Kedua resepsionis itu menyapa dengan ramah

“Ayah, kok ayah sudah ke kantor sih, kan ayah baru pulang kemarin seharusya ayah istirahat di rumah, lagian ayah ngapain sih ke kantor kan udah ada kak Helga kan..” Aku ngomel ke ayah karena seharusnya ayah tidak pergi ke kantor.

“Naya, ayah gak papa, ayah cuma mau ambil berkas aja kok. Kamu kok ada disini, bukanya tadi ke kampus ya?”  

“ Udah beres kok yah, terus ini mau  ketemu kak Helga, tapi katanya kak Helga gak bisa ditemui sembarang orang” Jelasku sambil melirik resepsionis menyebalkan itu.

“Lain kali kalo nona cantik ini datang kesini, biarkan sesukahati masuk dan ketemu siapa pun.” Ayah berbicara ke pada resepsionis itu lalu ayah merangkulku meninggalkan menja resepsionis..

          Aku dan ayah segera menuju ke lantai 10 dimana ruangan ayah dan kak Helga berada. Aku segera menuju ruangan kak Helga, sedangkan ayah masuk ke ruanganya.

Bersambung……..

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Gusty Ibunda Alwufi
tau tu resepsionis ngeseli aja sok berkuasa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • My Sweet Young Husband   Part 75 END

    “Ujian itu hadir dengan tujuan menuntut mereka menuju kesempurnaan diri dan kesempurnaan kenikmatan-Nya. Jangan buru-buru mencela musibah yang Allah berikan, yakinlah ketetapan Allah adalah yang terbaik.”---------- Bila ada satu hal pasti yang harus Kanaya yakini dari kehidupan, maka itu adalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Pada akhirnya, hanya Tuhan dan suaminya serta kedua putranya tempat berpegang. Suaminya lah yang membuat kakinya bisa kuat untuk berdiri, sedangkan kedua putranya yang menjadi alasan Kanaya untuk tetap sabar dan ikhlas menerima cobaan. Dan tentu ia harus sangat teramat sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah menakdirkan dirinya memiliki mereka, suami dan kedua putra hebatnya. Perjalanan hidup manusia tidak selalu sesuia har

  • My Sweet Young Husband   Part 74

    Note: Next part adalah part penutup yaJ.“Karena memang kehidupan itu penuh dengan cobaan, ya. Bahkan selama kita masih hidup, cobaan tidak akan pernah berhenti menghampiri. Kuncinya Cuma sabar, sabar dan sabar hingga sampai ke titik ikhlas dimana kita yakin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Semua pasti ada solusinya, semua pasti ada jalanya.”----------Namanya kehidupan pasti tidak terlepas dengan cobaan dan ujian kehidupan. Pada hakikatnya manusia tidak diuji di luar batas kemampuannya. Bagi mereka yang mampu mengambil hikmah dalam setiap kejadian yang ada dan selalu bersyukur, maka akan mampu melewati ujian-ujian kehidupan ke depannnya. Yakin bahwa setiap ujian adalah cara Tuhan untuk mendewasakan kita, terlebih semua ujian hidup ini tak ada yang abadi.Dinnar dan Kanaya mencoba melewati ujian terberat dalam rumah tangganya dengan sabar dan iklas. Kehilangan je

  • My Sweet Young Husband   Part 73 A++

    WARNING!!. Part ini mengandung adekan yang bikin panas dingin, bijak dalam membaca yang tidak berkenan bisa abaikan. Sebenarnya ini gabungan part sebelumnya, tapi karena kalau aku jadiin satu part, katanya kebanyakan jadi lebih baik aku jadiin dua part.“ Dalam kehidupan berumah tangga, pertengkaran menjadi salah satu badai yang akan menerpa bahkan mungkin sering. Dan bercinta mungkin bisa menjadi salah satu cara dimana pasangan akan berbagi perasaan untuk menyelesaikan masalah, dan bercinta seolah menjadi pelangi di akhir badai. Mungkin bukan diakhir badai, tapi di sela badai yang belum kunjung usai.”---------- Perlahan Dinnar meletakkan Kanaya di atas ranjang, keduanya berhimpit tanpa jarak. Mungkin karena rindu akan sentuhan membuat keduanya tidak ingin melepaskan pangutan, hingga Kanaya perlahan yang melepas

  • My Sweet Young Husband   Part 72

    “Mawaddah dalam rumah tangga akan tercipta saat suami dan istri mampu saling menguatkan. Dan rumah tangga akan menjadi bahagia saat cinta yang di bangun tidak bercampur dengan ke egoisan.”----------Dinnar melangkah memasuki rumah mewahnya, ia sedikit bersemangat. Menginggat ada kabar baik mengenai putrinya, semoga dengan kabar ini istrinya bisa kembali semangat menjalani hidup.Dinnar segera menuju kamarya, ketika melewati kamar putra kembarnya, ia mendengar isakan kedua putra kembarnya. Dinnar segera masuk, khawatir dengan keadaan Afnan dan Aflah.Terlihat di ranjang masing-masing mereka kompak menelungkup menyembunyian wajahnya di bawah bantal dengan isak tangis menyedihkan. “Abang, adek?” Afnan yang mendengar panggilan sang ayah mengangkat bantal yang menutupi kepalanya dan segera menghapus air mata yang masih tersisa. Sementara Aflah ia masih setia dengan isakkanya.Melihat putra bungsunya masih

  • My Sweet Young Husband   Part 71

    *Alurnya dipercepat ya, bancanya pelan-pelan saja!*“Setegas dan setegar apapun seorang Ayah, ia akan bersedih bahkan tidak akan merasa malu untuk menangis ketika ia harus kehilangan anaknya terlebih putri manisnya.”----------“Alesha diculik……..” Detik berikutnya tubuh Kanaya melemas dan pingsan dalam dekapan Dinnar.Flashback at CCTV control roomBrakk…..Dinnar membuka ruang kontrol CCTV, di sana sudah ada Toni dan Arvan. Sepertinya sahabat-nya itu gerak cepat, karena saat ini mereka sedang menatap layar monitor dan mendengarkan penjelasan petugas yang jaga. Dinnar mendekat ke monitor dan menatap layar besar di hadapannya itu, di monitor itu terekam jelas ketika Alesha berjalan menuju toilet. Ketika Alesha keluar dari toilet, ada dua orang laki-laki dan perempua menghampiri Alesha, sepertinya ora

  • My Sweet Young Husband   Part 70

    "Memang benar, bahwa cobaan kadang dapat meninggikan derajat seorang di sisi Tuhan-nya dan tanda bahwa Tuhan semakin menyayangi dirinya. Dan semakin tinggi kualitas imannya, semakin berat pula ujiannya. Dan tentunya ujian terberat ini akan dibalas dengan pahala yang besar pula. Sehingga kewajiban kita sebagai makhluk Tuhan adalah bersabar."----------5 Tahun Kemudian………Lima tahun sudah derai tawa menghiasi rumah mewah keluarga Agustaf. Dinnar dan Kanaya saling membahu dalam merawat dan mendidik ketiga buah hatinya. Dinnar dan Kanaya tidak menyetujui usulan Sam dan Marta yang ingin menggunakan jasa baby sistter untuk membantumegurus Queen dan Prince-prince dikeluarga bahagia itu.“Kakak!!! Adek!!.....” Teriakan nyaring terdengar menggema di seluruh ruangan di dalam rumah mewah itu. Menjadikan seluruh penghuni rumah yang tengah mengerjakan kegiatan masin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status