Happy reading ;)
----------------
"Kau bisa menempati kamarmu," Emily menatap sekeliling kamar berwarna coklat untuk warna dominan, dilengkapi wallpaper dinding custom tile printing dengan pencahayaan sempurna. Serta pada bagian kiri kamar terdapat jendela kaca agar bisa mendapatkan cahaya matahari langsung di pagi hari.
"Ini berlebihan Miss,"
"Tidak Emily, Ngomong ngomong dimana kopermu?" Alice melirik tangan kosong Emily.
"Ah, aku akan menghubungi rekanku untuk mengantarnya kesini, jika kau mengizinkan."
"Tentu, setelah itu kau sebaiknya istirahat Emi," Alice mengusap kedua lengan Emily sebelum beranjak pergi meninggalkan nya. Sesaat wanita bersurai golden blonde itu terpaku atas perlakuan manis dari wanita paruh baya itu. Ia menggeleng cepat mencoba menghilangkan perasaan yang merambat hangat dalam dirinya.
Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang untuk mengantar kopernya ke mansion. Tak butuh waktu lama, pria ber surai highlight white dengan perawakan tinggi dan memakai baju burgundy telah menunggu dipintu gerbang utama dengan membawa satu koper kecil milik Emily.
"Jeff!" Emily tersenyum sambil berjalan santai dengan memasukkan kedua tangan ke dalam kantong jaket, ia pun memeluk pria itu erat.
"Oh God kau tampak kekar," kekeh Jeff mengelus surai itu dan menanamkan kecupan dipuncak kepala wanita yang selama ini ia rindukan.
"Andai mereka tak menyuruhmu untuk segera menyusul pria itu ke club, mungkin kau menghabiskan waktu dengan ku malam ini," Jeff mengurai pelukannya dan beralih memberikan koper milik Emily.
"Maaf merepotkan mu," Hingga saat ini Emily tak enak hati pada Jeff yang menyempatkan waktu untuk menjemput kedatangannya di bandara, namun Mr Egbert memerintahkannya segera menyusul Mike di club yang biasa dikunjungi.
"Aku akan menghubungi mu kembali saat senggang," Emily meraih koper dan hendak berbalik badan, namun Jeff menahan lengannya.
"Aku menunggumu." Emily hanya tersenyum dan melepas genggaman Jeff kemudian berlalu sebelum pria itu pergi.
Diatas balkon kamar utama, sepasang mata cokelat tengah menatap Emily dan Jeff dengan tak terbaca, ia menuangkan Schorschbock 57 pada gelas dan menenggaknya hingga tandas.
***
"Bagaimana tidurmu semalam?" Alice memberikan grilled chicken yang baru ia panggang pada Emily.
"Baik," Jawab Emily singkat, ia dan Alice menata sarapannya pagi ini, pasalnya wanita paruh baya itu membangunkan Emily dan memintanya untuk membantu di dapur.
"Ah, mengenai anakku apa ia melakukan hal kurang ajar padamu?" Alice kemudian mengeluarkan dua gelas kopi lalu menyerahkan nya pada Emily.
"Tidak Miss." Emily mulai memasang penyaring kopi, menuangkan kopi dan air sebelum menyalakan mesin.
"Dia pria yang baik dan setia, saat menemukan kekasihnya berselingkuh dengan rekannya, yah.. seperti inilah sekarang," Emily menyunggingkan senyum sambil memastikan racikan kopi tercampur dengan baik.
"Bagaimana dengan kedua orang tua mu?" Sejenak Emily terdiam menatap kopi dalam genggamannya, sebelum akhirnya menaruh didekat mesin kopi.
"Orang tuaku telah berpisah." Alice menghentikan panggangan nya, beralih menatap Emily iba.
"Maafkan aku," tak disangka Alice memeluknya hangat, mengusap surai hingga punggung kecil itu perlahan. Seakan terbawa dalam situasi, untuk sejenak Emily memejamkan mata menikmati setiap sentuhan keibuan yang ia dapat dari wanita lain.
'Tak apa bukan? Hanya sesaat...' Jemari itu hendak mencapai punggung Alice untuk membalas dekapannya, namun pada kenyataannya ia menjauhkan tubuh Alice dari pelukannya.
"Tak apa Miss.. itu sudah berlangsung lama." Emily mengambil kopi yang sempat ia taruh untuk diletakkan diatas meja makan yang bernuansa Eropa klasik, kombinasi warna putih, cokelat muda dan krem pada ruang makan itu terkesan elegan, ukiran dinding serta desain plafon yang unik juga menghadirkan daya tarik tersendiri pada ruang makan tersebut. Lukisan besar yang terpajang disana menambah kesan artistik disertai lampu yang berada di setiap sudut langit-langit menambah kehangatan keluarga yang begitu harmonis.
Suara derap langkah lebar terdengar jelas di telinga Emily, Mike tampak sempurna dengan mengenakan jas double breasted yang sedang populer di New York. Kancing bagian bawah jas dibiarkan terbuka, memberi kesan santai ditengah penampilan yang begitu formal. Celana panjang yang membalut kaki lebar itu dilipat menggunakan manset hingga menampilkan style retro dan classic. Sepatu barker black ostrich cap toe yang terbuat dari material kulit sapi asli, tampak gagah di padukan dengan model unik yang dilengkapi resleting pada bagian samping sepatu tersebut.
"Morning Mom," Mike mengecup pipi sang ibu sebelum melirik Emily yang telah duduk berhadapan dengan nya.
"Kau terlihat seperti bodyguard jika memakai pakaian formal seperti itu," Mike memindai penampilan Emily yang hanya mengenakan jas hitam, celana panjang hitam dan sepatu cats hitam. Alice menggeleng pelan membawa anak semata wayangnya untuk duduk bersama.
"Saya memang bodyguard anda, Sir." Emily menunduk hormat.
"Em maksudku.. apa kau tidak sebaiknya memakai pakaian seperti sekretaris ku, maybe.."
"Jika seperti itu, saya tidak bisa menjaga anda dengan baik."
"Ah, sudahlah.. lupakan,"
"Baik."
"Panggil saja namaku mulai sekarang." Mike melahap Lasagna yang merupakan makanan tradisional khas Italia, ia menyukai pasta berlapis dengan berisikan daging, saus bolognese dan sayuran yang dapat memanjakan lidahnya dengan sempurna.
Berbeda dengan Emily ia lebih memilih sandwich tuna dan beberapa potongan grilled chicken sebagai makanan pembuka dan makanan inti.
"Daddy mana Mom?" Mike mengedarkan pandangan untuk menemukan sang ayah.
"Daddy sedang melakukan perjalanan dinas ke Frankfurt." Alice menuangkan blackcurrant tea pada gelas kecil lalu menyesapnya perlahan.
"Yeah, baiknya ia tak harus menjadi superhero. Jika pada akhirnya dimusuhi banyak pihak,"
"Kau berkata seperti itu, karena tidak ada diposisi mereka yang benar benar membutuhkan keadilan." Alice kembali melahap grilled chicken hasil panggangan nya bersama Emily.
"Lalu bagaimana dengan perusahaan mu?"
"Tak ada masalah, hanya sedang fokus pada pendistribusian produk asuransi dan investasi secara online."
"Berhati-hatilah terhadap sainganmu."
"I know."
"Dan berhentilah bermain main dengan wanita wanita di club,"
"This is a little party Mom, semua tak ada yang dirugikan."
Emily menelan saliva kelat, sungguh ia sangat membenci pria yang berada di depannya kini. Bagaimana bisa ia memperlakukan wanita layaknya sampah? Jika Loginova menugaskan untuk membunuh pria brengsek, Mike Delwyn adalah sasaran utama yang akan ia bunuh, menyayat tubuhnya perlahan dengan Fixation Bowie (pisau paling berbahaya didunia).
"Mengapa kau memandang ku seperti itu? Tugasmu menjagaku bukan menatap ku seperti musuh!" Mike kembali menyesap teh perlahan, sambil menahan senyum.
"Maafkan aku," Emily menunduk meminta maaf, tak ada yang tahu dibawah sana, jemarinya mengepal erat menahan amarah atas ucapan pria brengsek didepannya.
"Jangan kau lupakan, bahkan kau lahir dari seorang wanita." kini Alice angkat bicara.
"Mom adalah wanita paling sempurna di mataku dan Daddy, jelas tak akan bisa dibandingkan dengan wanita manapun." Mike membawa Alice kedalam pelukannya dan menanamkan kecupan hangat di pelipis sang ibu.
Emily tersenyum simpul melihat drama antara ibu dan anak. Ia ragu jika Mike Delwyn dapat menempati posisi jabatan CEO Citi Group yang merupakan perusahaan besar di New York dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Bahkan perusahaan tersebut merupakan induk dari perusahaan Citi Bank yang beroperasi lebih dari 100 negara di dunia. Setengah dari 1.400 kantornya berada di Amerika Serikat, dan lebih dari itu kebanyakan beroperasi di New York, Chicago, Illinois, Miami, Florida, Washington DC, dan juga California.
***
-To Be Continued-
Karya Luna Lupin yang lain: My Brilliant Doctor
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil