Share

Chapter 2: Perfect Family

Happy reading ;)

----------------

"Kau bisa menempati kamarmu," Emily menatap sekeliling kamar berwarna coklat untuk warna dominan, dilengkapi wallpaper dinding custom tile printing dengan pencahayaan sempurna. Serta pada bagian kiri kamar terdapat jendela kaca agar bisa mendapatkan cahaya matahari langsung di pagi hari.

"Ini berlebihan Miss,"

"Tidak Emily, Ngomong ngomong dimana kopermu?" Alice melirik tangan kosong Emily.

"Ah, aku akan menghubungi rekanku untuk mengantarnya kesini, jika kau mengizinkan."

"Tentu, setelah itu kau sebaiknya istirahat Emi," Alice mengusap kedua lengan Emily sebelum beranjak pergi meninggalkan nya. Sesaat wanita bersurai golden blonde itu terpaku atas perlakuan manis dari wanita paruh baya itu. Ia menggeleng cepat mencoba menghilangkan perasaan yang merambat hangat dalam dirinya.

Ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang untuk mengantar kopernya ke mansion. Tak butuh waktu lama, pria ber surai highlight white dengan perawakan tinggi dan memakai baju burgundy telah menunggu dipintu gerbang utama dengan membawa satu koper kecil milik Emily.

"Jeff!" Emily tersenyum sambil berjalan santai dengan memasukkan kedua tangan ke dalam kantong jaket, ia pun memeluk pria itu erat.

"Oh God kau tampak kekar," kekeh Jeff mengelus surai itu dan menanamkan kecupan dipuncak kepala wanita yang selama ini ia rindukan.

"Andai mereka tak menyuruhmu untuk segera menyusul pria itu ke club, mungkin kau menghabiskan waktu dengan ku malam ini," Jeff mengurai pelukannya dan beralih memberikan koper milik Emily.

"Maaf merepotkan mu," Hingga saat ini Emily tak enak hati pada Jeff yang menyempatkan waktu untuk menjemput kedatangannya di bandara, namun Mr Egbert memerintahkannya segera menyusul Mike di club yang biasa dikunjungi.

"Aku akan menghubungi mu kembali saat senggang," Emily meraih koper dan hendak berbalik badan, namun Jeff menahan lengannya.

"Aku menunggumu." Emily hanya tersenyum dan melepas genggaman Jeff kemudian berlalu sebelum pria itu pergi.

Diatas balkon kamar utama, sepasang mata cokelat tengah menatap Emily dan Jeff dengan tak terbaca, ia menuangkan Schorschbock 57 pada gelas dan menenggaknya hingga tandas.

***

"Bagaimana tidurmu semalam?" Alice memberikan grilled chicken yang baru ia panggang pada Emily.

"Baik," Jawab Emily singkat, ia dan Alice menata sarapannya pagi ini, pasalnya wanita paruh baya itu membangunkan Emily dan memintanya untuk membantu di dapur.

"Ah, mengenai anakku apa ia melakukan hal kurang ajar padamu?" Alice kemudian mengeluarkan dua gelas kopi lalu menyerahkan nya pada Emily.

"Tidak Miss." Emily mulai memasang penyaring kopi, menuangkan kopi dan air sebelum menyalakan mesin.

"Dia pria yang baik dan setia, saat menemukan kekasihnya berselingkuh dengan rekannya, yah.. seperti inilah sekarang," Emily menyunggingkan senyum sambil memastikan racikan kopi tercampur dengan baik.

"Bagaimana dengan kedua orang tua mu?" Sejenak Emily terdiam menatap kopi dalam genggamannya, sebelum akhirnya menaruh didekat mesin kopi.

"Orang tuaku telah berpisah." Alice menghentikan panggangan nya, beralih menatap Emily iba.

"Maafkan aku," tak disangka Alice memeluknya hangat, mengusap surai hingga punggung kecil itu perlahan. Seakan terbawa dalam situasi, untuk sejenak Emily memejamkan mata menikmati setiap sentuhan keibuan yang ia dapat dari wanita lain.

'Tak apa bukan? Hanya sesaat...' Jemari itu hendak mencapai punggung Alice untuk membalas dekapannya, namun pada kenyataannya ia menjauhkan tubuh Alice dari pelukannya.

"Tak apa Miss.. itu sudah berlangsung lama." Emily mengambil kopi yang sempat ia taruh untuk diletakkan diatas meja makan yang bernuansa Eropa klasik, kombinasi warna putih, cokelat muda dan krem pada ruang makan itu terkesan elegan, ukiran dinding serta desain plafon yang unik juga menghadirkan daya tarik tersendiri pada ruang makan tersebut. Lukisan besar yang terpajang disana menambah kesan artistik disertai lampu yang berada di setiap sudut langit-langit menambah kehangatan keluarga yang begitu harmonis.

Suara derap langkah lebar terdengar jelas di telinga Emily, Mike tampak sempurna dengan mengenakan jas double breasted yang sedang populer di New York. Kancing bagian bawah jas dibiarkan terbuka, memberi kesan santai ditengah penampilan yang begitu formal. Celana panjang yang membalut kaki lebar itu dilipat menggunakan manset hingga menampilkan style retro dan classic. Sepatu barker black ostrich cap toe yang terbuat dari material kulit sapi asli, tampak gagah di padukan dengan model unik yang dilengkapi resleting pada bagian samping sepatu tersebut.

"Morning Mom," Mike mengecup pipi sang ibu sebelum melirik Emily yang telah duduk berhadapan dengan nya.

"Kau terlihat seperti bodyguard jika memakai pakaian formal seperti itu," Mike memindai penampilan Emily yang hanya mengenakan jas hitam, celana panjang hitam dan sepatu cats hitam. Alice menggeleng pelan membawa anak semata wayangnya untuk duduk bersama.

"Saya memang bodyguard anda, Sir." Emily menunduk hormat.

"Em maksudku.. apa kau tidak sebaiknya memakai pakaian seperti sekretaris ku, maybe.."

"Jika seperti itu, saya tidak bisa menjaga anda dengan baik."

"Ah, sudahlah.. lupakan,"

"Baik."

"Panggil saja namaku mulai sekarang." Mike melahap Lasagna yang merupakan makanan tradisional khas Italia, ia menyukai pasta berlapis dengan berisikan daging, saus bolognese dan sayuran yang dapat memanjakan lidahnya dengan sempurna.

Berbeda dengan Emily ia lebih memilih sandwich tuna dan beberapa potongan grilled chicken sebagai makanan pembuka dan makanan inti.

"Daddy mana Mom?" Mike mengedarkan pandangan untuk menemukan sang ayah.

"Daddy sedang melakukan perjalanan dinas ke Frankfurt." Alice menuangkan blackcurrant tea pada gelas kecil lalu menyesapnya perlahan.

"Yeah, baiknya ia tak harus menjadi superhero. Jika pada akhirnya dimusuhi banyak pihak,"

"Kau berkata seperti itu, karena tidak ada diposisi mereka yang benar benar membutuhkan keadilan." Alice kembali melahap grilled chicken hasil panggangan nya bersama Emily.

"Lalu bagaimana dengan perusahaan mu?"

"Tak ada masalah, hanya sedang fokus pada pendistribusian produk asuransi dan investasi secara online."

"Berhati-hatilah terhadap sainganmu."

"I know."

"Dan berhentilah bermain main dengan wanita wanita di club,"

"This is a little party Mom, semua tak ada yang dirugikan."

Emily menelan saliva kelat, sungguh ia sangat membenci pria yang berada di depannya kini. Bagaimana bisa ia memperlakukan wanita layaknya sampah? Jika Loginova menugaskan untuk membunuh pria brengsek, Mike Delwyn adalah sasaran utama yang akan ia bunuh, menyayat tubuhnya perlahan dengan Fixation Bowie (pisau paling berbahaya didunia).

"Mengapa kau memandang ku seperti itu? Tugasmu menjagaku bukan menatap ku seperti musuh!" Mike kembali menyesap teh perlahan, sambil menahan senyum.

"Maafkan aku," Emily menunduk meminta maaf, tak ada yang tahu dibawah sana, jemarinya mengepal erat menahan amarah atas ucapan pria brengsek didepannya.

"Jangan kau lupakan, bahkan kau lahir dari seorang wanita." kini Alice angkat bicara.

"Mom adalah wanita paling sempurna di mataku dan Daddy, jelas tak akan bisa dibandingkan dengan wanita manapun." Mike membawa Alice kedalam pelukannya dan menanamkan kecupan hangat di pelipis sang ibu.

Emily tersenyum simpul melihat drama antara ibu dan anak. Ia ragu jika Mike Delwyn dapat menempati posisi jabatan CEO Citi Group yang merupakan perusahaan besar di New York dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Bahkan perusahaan tersebut merupakan induk dari perusahaan Citi Bank yang beroperasi lebih dari 100 negara di dunia. Setengah dari 1.400 kantornya berada di Amerika Serikat, dan lebih dari itu kebanyakan beroperasi di New York, Chicago, Illinois, Miami, Florida, Washington DC, dan juga California.

***

-To Be Continued-

Karya Luna Lupin yang lain: My Brilliant Doctor

Comments (1)
goodnovel comment avatar
KILLER ACTION
Emily pasti merindukan ibunya 😥 perasaan Emily membuatku ikut sedih...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status