Happy reading ;)
--------------
"Berhenti memandangi ku seperti itu, Sir." Kali ini ia benar benar muak pada Mike. Selain pembicaraan nya saat diruang makan tadi, Mike tak henti hentinya memandangi Emily sejak mereka keluar dari mansion."Aku masih tak mengerti mengapa wanita cantik seperti mu bekerja sebagai bodyguard," Mike tetap berusaha mengajaknya bicara walau ia tahu tak akan ada jawaban dari bibir mungil wanita disampingnya. Benar saja, Emily kembali mengacuhkannya dan segera keluar dari mobil membukakan pintu penumpang untuk Mike. Emily menunduk hormat ketika pria itu turun dan membuka kancing jas perlahan.
"Asal kau tahu aku tak suka diabaikan, Emily Blunt." Mike segera berlalu dan memasuki lobby utama perusahaan Citi Group. Ia benar benar merasa dilecehkan oleh wanita yang hanya bekerja padanya sebagai bodyguard. Bagaimana bisa wanita itu mengacuhkan dirinya yang rupawan. Sedangkan Emily sama sekali tidak peduli dengan semua perkataan pria brengsek seperti Mike. Ia mengikuti langkah lebar pria itu hingga mencapai ruangannya di lantai tertinggi gedung tersebut.
"Good morning Sir," sapa wanita bersurai burgundy dengan kemeja putih slim fit dan dua kancing bagian atas terbuka hingga memperlihatkan dada yang bersembunyi dibalik kemeja tersebut. Rok pensil midi suede gold membalut kaki jenjangnya. Laurent, yang merupakan sekretaris Mike selalu tampil seksi dimanapun dan ia adalah wanita terseksi di gedung perkantoran ini.
Emily tersenyum tak percaya, jika seluruh perusahaan mengharuskan untuk berpakaian sopan saat bekerja, perusahaan inilah yang begitu istimewa dengan boss brengsek seperti Mike yang justru mengharuskan seluruh karyawan untuk memakai pakaian terseksi mereka. Pantas saja Mike menyuruhnya memakai pakaian seperti layaknya sekretaris. Faktanya, sekretaris Mike sama seperti tak memakai sehelai benangpun ditubuhnya. Keparat!
"Kau tunggu disini, aku ada urusan dengan sekretaris ku." Mike berjalan mendahului Emily kemudian disusul oleh Laurent yang melirik sinis sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu CEO Citi Group. Emily menghembuskan nafas kasar, memijat pelipisnya kencang. Ia tak tahan jika harus melindungi Mike ditengah usaha menahan diri untuk tak membunuh pria itu dengan tanganya sendiri.
"Kau memiliki bodyguard wanita honey?" Wanita itu berjalan ke arah soffa dan duduk dengan satu kaki yang bertumpu. Kaki jenjang itu begitu menggoda memperlihatkan keistimewaan yang dicari pria pada umumnya. Namun Mike tidak tergoda sedikitpun karena rasa kesal pada Emily yang begitu kentara bahwa wanita itu tak menyukai dirinya.
"Ya, lalu pertemuan apa yang mengharuskan ku datang lebih awal?" Ia meraih gelas kopi diatas meja, langkah lebar itu teramat santai membawa nya ke depan dinding kaca yang menampakkan pemandangan New York pagi ini.
"Beberapa investor ingin bertemu denganmu langsung, mereka mendapat laporan bahwa saham perusahaan kita mengalami penurunan lebih dari 30 persen, yaahh meskipun menghasilkan lebih dari 100 persen keuntungannya melalui dividen, mereka tetap ingin menemui mu honey," wanita itu beranjak, menelusup kan jemari lentiknya diantara lengan dan pinggang Mike. Jemari dengan kuku cat merah itu mencoba meraih dada bidang sang CEO, membelai kancing teratas untuk ia buka.
"Hentikan kelakuan bodohmu Laurent!" Jemari itu terhempas kasar ditengah wajah penuh kesal. Sejujurnya ia kesal pada wanita yang mengacuhkan nya dari sejak pertemuan mereka pertama kali, Emily Blunt.
Dengan berani, Laurent meraih tengkuk Mike dan menjumpai bibir pria itu dengan amarah karena dicampakkan. Suara pecahan gelas kopi terdengar begitu nyaring ditengah desahan mereka yang kian menjadi. Laurent menjulurkan lidah mengecapkannya di ceruk leher pria itu.
Manik cokelat Mike kian berkabut namun tatapannya menjelaskan kekesalan pada wanita yang kini tak kunjung reda memberi sensasi panas dan liar pada tubuhnya. Wanita yang telah berkilau memukau, dengan segera membuka dirinya pada Mike mempersilahkan pria yang ada dihadapannya untuk mengisi dirinya. Wanita itu selebar dan sedalam sungai di saat banjir. Dan pada akhirnya pria itu menyerah berperang bersama gelora yang semakin membara, Mike menyelam ke dalam dengan hentakan yang kian menjadi. Wanita itu dapat merasakan lelaki itu bergerak semakin dalam dan keras pada tubuhnya. Mike melampiaskan segala amarah pada wanita yang kini tengah bergerak liar dibawah kuasanya.Emily mengepalkan tangan saat telinga nya begitu tajam mendengar suara khas didalam sana. Sialan!
Jemari itu mengambil ponsel yang bersembunyi dibalik kantong jas. 'Loginova' nama itulah yang ia cari pada kontak ponselnya."Ya dear," sapa seorang wanita berusia 60 tahun diseberang sana. Kepulan asap putih terus mengudara sejak tadi, lengan yang bertumpu pada arm sit menunjang cerutu yang bertahan dalam himpitan kedua jari tersebut.
"Berikan aku tugas terberat yang kau punya!" Emily menatap lurus penuh amarah. Lengan satunya lagi berada di pinggang dengan remasan tertahan.
"What's wrong dear, aku memberikan hiburan untukmu selama cutimu terpakai oleh Jhon" kekeh wanita itu terdengar ringan.
"Jika begitu, ubah misinya dengan membunuh pria tak beradab seperti Mike Delwyn."
"C'mon apa yang terjadi? Sifat sepertinya tak asing di negara manapun," wanita itu mematikan cerutu, ia meraih gelas berisikan wishkey.
"Nikmati tugasmu dengan benar, mereka telah membayar mahal untuk semua ini." Sekali tegukan mampu membersihkan seluruh wishkey didalam gelas tak tersisa. Wanita itu menyunggingkan senyum saat Emily memutus sambungan telepon terlebih dahulu. Ia tahu Emily marah padanya. Namun ia memiliki satu misi untuk wanita itu.
Pintu terbuka, wanita bersurai burgundy itu tampak menghela nafas panjang penuh kepuasan, ia menyiapkan beberapa dokumen untuk dibahas saat meeting berlangsung. Emily segera masuk ke ruangan tersebut saat suara Mike memenuhi gendang telinganya.
Diluar dugaan, ruangan kerja Mike berkebalikan dengan sifatnya yang badboy dan jauh dari kata natural. Nyatanya ruangan kerja pria brengsek itu begitu berbeda dari CEO perusahaan besar lainnya. Mike memanfaatkan elemen natural seperti kayu dan tanaman hias untuk mengurangi tingkat stres dan menurunkan tingkat kebosanan, juga perabot dengan warna dan tekstur yang serupa membuat ruangan itu hangat dan nyaman. Kursi hidrolik dengan kulit asli tampak mewah ditengah meja dengan diatasnya tanaman hias merona alami."Kali ini aku butuh bantuan mu, selidiki salah seorang investor yang memberikan informasi mengenai saham di perusahaan ku."
"Ya, Sir"
***
Chazz Palminteri Italian Restaurant, Manhattan.
Emily telah siap dengan drone kecil miliknya untuk merekam pertemuan tersebut. Ia tak mengerti dengan pemikiran Mike yang mencurigai salah seorang investor dalam membocorkan saham perusahaan. Justru, Emily lebih mencurigai wanita bersurai burgundy yang berada disamping Mike kini.
"Kau yang memilih Restaurant ini?" Mr. Grey menjabat tangan Mike sebelum ikut bergabung bersama beberapa investor lainnya. Ia merupakan investor yang sangat dihormati mengingat dana yang di keluarkan untuk Citi Group tak sedikit.
"Semoga kau menyukainya,"
"Tentu, ini tampak unik." mereka tersenyum ramah saling menghormati.
"Selamat siang," suara khas seorang pria muda membuat semua orang melirik ke arah asal suara.
"I'm Christian. Aku mewakili ayahku untuk menghadiri pertemuan ini." Pria bertubuh tinggi dan atletis itu tersenyum lembut, Surai Brunette yang ia miliki tampak natural dengan perpaduan warna kulit sawo matang. Manik hazel yang ia miliki menambah kesan hangat dengan pembawaan yang maskulin.
Sesaat pandangan Christian dan Emily saling menyapa, seolah menjelaskan rindu yang mendesak dan keterkejutan secara bersamaan. Mike menyusuri arah pandang pria bersurai Brunette itu dan sorotnya jatuh pada Emily yang juga menatap Christian dengan tak terbaca.
"Emily.. lama tak berjumpa denganmu,"
***
-To Be Continued-
Thank youuuuuu udah baca sampai bab ini :D butuh waktu lama buat bikin bab ini :')Karya Luna Lupin yang lain -----> My Brilliant DoctorHappy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika