Share

CHAPTER 3

“Kau harus membayarku hari ini. Jasaku sangat mahal pertiga puluh menit. Aku tidak menolong sembarang orang,” bisik Atlanta sebelum mereka menghampiri lingkaran para petinggi yang hadir malam ini.

“Kau bilang uangmu banyak, tidak butuh uangku,” jawab Dylan cepat.

“Bayarlah menggunakan cara lain. Aku tunggu.” Atlanta mengedipkan matanya sebelah, membuat Dylan merengut.

“Teman-teman, kenalkan, dia Atlanta, kekasih putraku Dylan.” Veronica memperkenalkan calon menantunya dengan perasaan bangga.

“Halo semuanya. Selamat malam,” sapa Atlanta hangat dengan seulas senyuman manis.

“Empat puluh lima derajat darimu adalah Lee Tania, seorang politikus dan minggu lalu menjadi bintang tamu sebuah acara talk show. Dia memiliki hobi bermain golf. Dia menyembunyikan suaminya yang berada di penjara atas kasus penipuan investasi lahan. Cari tahu dimana uangnya disembunyikan.”

Mendengar informasi yang Lay berikan membuat Atlanta semakin bersemangat mendalami perannya malam ini sebagai kekasih Dylan. Kapan lagi ia memiliki kesempatan emas secara berturut-turut seperti ini?

Meskipun Atlanta tidak mengetahui apa pekerjaan Dylan, tapi Atlanta akui bahwa lingkungan sosial Dylan benar-benar menguntungkan Atlanta.

“Waw,” celetuk Atlanta tanpa sadar setelah mendengar penjelasan singkat Lay.

“Kau kenapa?” senggolan Dylan membuat Atlanta tersadar bahwa dirinya tidak bisa bergerak bebas.

“Ah, tidak. Aku hanya merasa betapa menakjubkannya berada di lingkaran orang hebat,” alibi Atlanta dengan senyuman canggung.

“Dylan, bukankah kekasihmu Emily? Kalian bertunangan bukan?” tanya tamu wanita lainnya.

Dylan tertawa kaku. “Aku sudah lama putus dengan Emily. Hanya saja Emily terkadang masih mencariku karena dia belum melupakanku.”

“Kalau begitu buktikanlah jika wanita di sampingmu adalah kekasihmu.”

Perkataan wanita itu di dukung oleh orang banyak orang. Refleks Atlanta menatap Dylan dengan tatapan canggung.

“Bukti bagaimana yang kau maksudkan?” tanya Atlanta hati-hati. Perasaannya mulai tak enak.

“Ciuman! Hal apa lagi yang bisa membuktikan bahwa kalian sedang berkencan?” serunya.

Ragu dan kaku, Athen mencium pipi Dylan. Sangat cepat dan singkat, sehingga membuat penonton tidak puas.

“Lakukan yang benar sayang,” protes Dylan sebelum menarik pinggang Atlanta dan menyatukan bibir mereka.

Padahal hanya menempel, tidak ada gerakan lain. Tapi hal itu berhasil membuat Atlanta membeku. Ketika Dylan melepaskan poisi mereka, barulah Atlanta bisa mengendalikan dirinya. Disambut oleh tepukan meriah yang lain.

Berhenti bermain-main! Cepat mulai! Waktu kita tidak banyak!

Teguran Lay menarik Athena sepenuhnya ke dalam realita. Memulai aksinya, Atlanta mengulurkan tangannya kepada wanita paruh baya berpenampilan formal nan mewah. Mendekati target pertamanya.

“Halo, apa kau Lee Tania? Aku melihatmu di TV Minggu lalu. Aku tidak menyangka kau lebih menakjubkan di lihat secara langsung,” puji Atlanta terang-terangan.

Tentu saja sang target langsung terbuai oleh pujian Atlanta. “Astaga, aku tidak menyangka ada yang menyadari hal itu disini.”

“Tubuhmu sangat bagus, apa kau berolahraga?”

“Ah, iya. Aku suka bermain golf setiap akhir pekan. Apa kau suka bermain golf juga?”

“Tidak juga, tapi aku bisa memainkannya jika kau mengundangku ke dalam permainanmu.”

Atlanta secara sengaja menyenggolkan wine yang di belum di minumnya hingga mengenai tas Lee Tania. Berakting, Atlanta menutup mulutnya terkejut dan memasang raut wajah penuh penyesalan. Dylan juga tidak bisa menutupi rasa terkejutnya.

“Astaga, aku minta maaf, aku tidak sengaja. Maafkan aku, pasti tas itu mahal sekali, aku akan bertanggung jawab.” Atlanta pura-pura bertingkah menyesali perbuatannya.

“Ah, tidak apa-apa. Aku akan ke toilet,” ajak Lee Tania yang terlihat berusaha menutupi rasa kesalnya.

Atlanta segera merebut tas jinjing milik Lee Tania. “Izinkan aku membersihkannya.”

Tatapan Dylan tak lepas dari punggung Atlanta dan Lee Tania yang semakin jauh. Veronica mendekati Dylan kemudian berbisik, “sejujurnya aku lebih menyukai kekasihmu yang ini daripada Emily, sayangnya dia ceroboh sekali.”

Dylan menganggukkan kepala walau tatapannya masih terpaku pada Atlanta yang mulai menjauh. “Eum, aku tidak menyangka dia akan seceroboh itu.”

Selama Lee Tania sibuk berusaha membersihkan gaun pinknya yang terkena cipratan wine, Atlanta mengambil ponsel Lee Tania dan meretasnya.

Sepertinya Lee Tania akan melakukan transaksi dalam waktu dekat. Kau jangan pergi kemanapun, giliranmu yang harus mengambil uang itu. Aku harus pergi laporan pada Boss.

Selesai meretas ponsel Lee Tania dalam waktu singkat, Atlanta kembali berakting.

“Astaga, bagaimana ini?” suara Atlanta dibuat terdengar menyedihkan.

Atlanta mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka situs e-commerce dari brand yang sama. Dalam hati Atlanta merasa menyesal karena telah menjanjikan sebuah tanggung jawab setelah melihat harga-harga tas yang begitu fantastis.

“Apa ada tas yang kau inginkan? Aku akan membelikannya untukmu,” bujuk Atlanta.

Lee Tania yang semula merasa kesal, perlahan perasaannya berubah menjadi terenyuh akan kebaikan Atlanta.

“Oh sayang, jangan memasang raut wajah sesedih itu. Lupakanlah, aku punya lusinan tas lain di rumah,” tolak Lee Tania secara halus karena merasa tidak enak.

“Tapi aku tetap harus bertanggung jawab. Aku tidak akan tidur nyenyak jika belum membelikanmu tas baru,”

Lee Tania menghela napas. “Baiklah jika ini akan membuatmu merasa lebih baik.”

“Ah, tolong tulis alamat lengkapmu untuk pengiriman,” tambah Atlanta.

Selagi menunggu Lee Tania memilih tas baru, Atlanta melihat sebuah diska lepas yang disimpan di dalam tempat lipstik. Secara halus Atlanta mencuri diska lepas tersebut.

“Aku memilih model ini,” Lee Tania mengembalikan ponsel kepada pemiliknya.

“Tidak salah lagi, seleramu sangat bagus, benar-benar panutanku.” Tidak langsung membayar, Atlanta menaruh ponselnya terlebih dahulu kemudian mengembalikan tas kulit asli yang telah di bersihkan kepada Lee Tania.

“Aku hanya membersihkan tasmu menggunakan tisu, jadi tolong periksalah apa ada barangmu yang jatuh. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman diantara kita,” pinta Atlanta.

Menurut, Lee Tania memeriksa isi tasnya secara singkat dan tidak menyadari barang simpanannya ada yang menghilang.

***

“Atlanta, kau baik-baik saja?” tanya Veronica khawatir.

Meski sedikit kebingungan mendapatkan pertanyaan seperti itu, Atlanta tetap menjawabnya dengan anggukan.

“Maafkan aku atas kecerobohan tak terduga, aku pasti telah membuat kalian malu.”

“Menantumu telah bertanggung jawab Veronica. Dia membelikanku tas edisi terbatas,” sela Lee Tania.

Dylan menatap Atlanta terkejut seolah mengatakan ‘benarkah?´ melalui ekspresi wajahnya.

Atlanta sedikit meringis dan mengangguk pelan membalas Dylan. Padahal dalam hati, ‘argh, sial. Wanita tua ini pandai memanfaatkan situasi. Aku harap uang yang aku dapatkan darimu lebih dari harga tas mahalmu.

Veronica menggeleng pelan. “Tidak perlu minta maaf sayang. Terkadang kecerobohan memang tidak bisa dihindarkan.”

Tidak mempunyai banyak waktu, Atlanta mengaitkan tangannya di siku Dylan dan menatap kekasih palsunya dengan manja.

“Sayang, apa kau lupa jika malam ini aku sudah mempunyai janji lain?”

Dylan menatap Atlanta bingung, tidak mengerti dengan kode yang Atlanta berikan. Berusaha menutupi rasa kesalnya, Atlanta mendekatkan bibirnya ke telinga Dylan. Sesaat, degup jantung Dylan menggila karena posisi mereka sedekat ini.

“Sudah tiga puluh menit, aku harus pergi. Waktu penggunaan jasaku sudah habis,” bisik Atlanta penuh tekanan.

“Maaf, sepertinya kami harus pamit duluan. Kami harus menepati janji lain,” pamit Dylan sopan kepada teman-teman Veronica.

Selepas berpamitan, Dylan merangkul Atlanta dan membawanya pergi menuju pintu keluar. Tak disangka Veronica berlari menggunakan hak tinggi demi mengejar Atlanta.

“Atlanta! Tunggu sebentar!”

Dylan dan Atlanta menghentikan langkah kaki mereka.

“Astaga Bu, kau bukan anggota girl group yang bisa berlari menggunakan hak tinggi,” Dylan meringis melihat kelakuan Ibunya.

Tak mengacuhkan buah hatinya, justru Veronica langsung memeluk Atlanta dengan erat. “Anakku sangat sibuk, jadi membawa kekasihnya kepadaku adalah hal yang langka. Bagaimana ini? aku sudah sangat menyukaimu, aku pasti akan merindukanmu.”

Meski ada keraguan, perlahan Atlanta membalas pelukan Veronica. Ada perasaan hangat yang menjalar di hati Atlanta ketika berpelukan. ‘apakah wanita ini tidak takut di tipu? Bagaimana bisa dia menyukai manusia sepertiku dalam waktu tiga puluh menit?’

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status