Share

CHAPTER 2

Author: haniyahhputri
last update Last Updated: 2021-05-11 11:05:31

 “Atlanta, karena aku sudah menarikmu dalam kekacauan, bagaimana jika kau bantu aku sekali lagi? Jadilah kekasihku.”

Kaki Atlanta berhenti melangkah, memutar balik badannya dan menatap Dylan yang tengah tersenyum kepadanya. Belum menjawab, Atlanta menatap penampilan Dylan dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Rambut model curtain hairstyle, kaos lengan panjang warna putih bermotif garis abu-abu di bagian lengan, celana panjang warna abu dan sepatu kets putih. Atlanta berdecak pelan menyadari pria di hadapannya ini bak anggota boyband era 90-an.

“Kau pikir kau anggota Westlife? Kenapa bergaya norak dengan rambut belah tengah?” cerca Atlanta blak-blakan.

“Aku tidak berniat menjalin hubungan. Cari wanita lain saja,” sambung Atlanta kemudian pergi keluar tanpa menghiraukan Dylan lagi. Atlanta tidak ingin menarik diri ke dalam masalah. Terlebih lagi dengan orang asing.

Tak ingin kehilangan jejak Atlanta, cepat-cepat Dylan pergi keluar menyusul Atlanta. Sayangnya, Dylan telah kehilangan jejak Atlanta. 

***

Sejak berusia tujuh belas tahun, sudah terhitung sepuluh tahun Atlanta hidup seperti hantu. Tidak memiliki identitas dan tempat tinggal tetap. Tanpa sempat menemukan tempat tinggal baru, Atlanta mendapatkan pesan perintah.

Tugas Atlanta kali ini adalah meretas daftar tamu supaya bisa masuk ke dalam sebuah pesta dimana para petinggi berada. Penampilan Atlanta yang berantakan telah berubah total menjadi anggun menggunakan gaun merah.

“Lay. Apa suaraku terdengar jelas?” Atlanta mencoba kestabilan alat perekam berukuran kecil yang di taruh di balik daun telinga.

Lay, pria yang lebih tua dua tahun dari Atlanta sekaligus rekan kerja Atlanta pun menjawab, “Suaramu cukup stabil.”

“Bagaimana dengan kamera?” Atlanta meraba anting mewah yang telah dirancang menggunakan kamera pengintai.

“Terlihat sempurna.”

Atlanta mengehela napas sebelum masuk ke dalam sebuah hotel. Terjun langsung ke lapangan adalah sesuatu yang Atlanta tidak inginkan sepanjang sejarah ia bekerja.

“Ada apa?” tanya Lay dari sebrang sana.

“Kau tahu jika aku tidak suka terjun ke lapangan. Aku lebih suka bekerja di balik layar,” keluh Atlanta yang selalu merasa kesal setiap kali hendak memata-matai secara langsung.

“Berhenti mengeluh. Kau sudah mengatakan itu ribuan kali tapi kau tetap melakukannya dengan baik,” balas Lay.

Atlanta berdecak. “Dalam hitungan ke sepuluh, aku akan masuk ke dalam.”

***

Selama setengah jam berada di dalam ballroom hotel, semuanya berjalan baik-baik saja bagi Atlanta dan Atlanta telah berhasil mengumpulkan banyak informasi dari para petinggi.

“Lay, lima menit lagi aku akan keluar. Siapkan mobil.” Atlanta memberikan aba-aba, hendak keluar dari hotel sebelum acara berakhir.

Sementara di sisi lain, Dylan yang tengah menyesap sampanye dan tersenyum tiap kali menemui petinggi-petinggi lainnya tetap mengawasi seluruh tamu dari ujung hingga ujung. Mata Dylan menyipit kala melihat seorang wanita yang tak lagi asing baginya. Walau Dylan sempat ragu karena penampilan berbeda total.

“Atlanta!”

Langkah kaki Atlanta berhenti kala suara bariton memanggil nama palsunya. Tak mengindahkan panggilan Dylan, Atlanta segera berjalan secara terburu-buru namun kalah cepat dengan Dylan yang sudah meraih pergelangan tangan Atlanta.

Kali ini Dylan tidak kehilangan jejak Atlanta.

“Sayang, kenapa kau tidak dengar panggilanku tadi?” Dylan mengubah posisi tangannya menjadi merangkul Atlanta.

Tidak terima di seret secara tiba-tiba oleh Dylan, Atlanta berusaha melepaskan diri dari cengkraman Dylan meski usaha itu tidak berhasil.

“Lepaskan tanganmu segera atau aku patahkan tanganmu,” ancam Atlanta dengan suara pelan.

Menyadari ada sesuatu yang tidak beres di tengah operasi misi mereka, Lay segera menyeru, “Leona! Apa yang sedang terjadi?”

“Bantulah aku sebentar,” bisik Dylan.

“Tidak. Aku tidak punya waktu. Minggir.”

Ketika Atlanta hendak menyiku dada Dylan, seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka dengan senyuman merekah.

“Dylan. Pasti perempuan cantik ini yang kamu maksud.”

“Maaf, tapi aku—”

“Iya Ibu. Kenalkan, Nyx Atlanta, kekasihku yang sesungguhnya,” potong Dylan cepat sebelum Atlanta menyelesaikan kalimatnya.

Veronica memberikan pelukan hangat kepada Atlanta yang justru terbujur kaku. Dua puluh tahun tidak pernah mendapatkan pelukan hangat seorang Ibu berhasil membuat Atlanta terbuai.

“Atlanta, kau sangat cantik. Persis seperti namamu ‘Atlanta’ yang seindah lautan,” puji Veronica, betapa membahagiakannya mempunyai calon anak perempuan.

“Perkenalkan, namaku Veronica,” sambung Veronica.

“Nyx Atlanta? Perpaduan yang buruk. Kau seperti sedang menamai sebuah barbie,” komentar Lay dari seberang sana mampu menarik Atlanta ke dalam realita.

“Terima kasih.” Atlanta memaksakan senyum membalas pujian Veronica sekaligus sebagai sarkasme kepada Lay.

“Atlanta kemarilah. Aku akan memperkenalkanmu kepada anggota keluarga yang lain.”

Sebelum Veronica meraih tangan Atlanta, dengan cepat Atlanta mundur satu langkah. Tidak ingin terjebak ke dalam permasalahan ini lebih lanjut. Atlanta tidak akan tahan dengan buaian kasih sayang seorang Ibu. Sebelum masalah semakin besar, Atlanta berusaha untuk meminimalisirkan dampaknya.

Melihat raut wajah kecewa Veronica, Atlanta segera membuka suara, “maaf, tapi aku rasa ini terlalu cepat.”

“Oh sayang, aku sangat senang mendapati putraku sudah mendapatkan pasangan sesuai keinginannya. Ikutlah dengan kami, ya?” bujuk Veronica, memberikan tatapan memohon yang tidak tega Atlanta lihat.

“Ikutlah dan lihat apa yang bisa kita dapatkan dari keluarga itu. Selesaikan semuanya dalam tiga puluh menit dengan mengantongi sebuah informasi. Aku akan menjemputmu nanti.” Lay memberikan izin dengan persyaratan khusus.

“Baiklah,” jawab Atlanta yang tertuju pada Veronica dan Lay.

Dylan menyambut Atlanta dengan senyuman hangat dan menggandeng Atlanta mengekori Veronica yang akan membawa mereka ke anggota keluarga lainnya.

“Kenapa harus aku? Disini masih banyak perempuan lain yang bisa kau jadikan pacar,” bisik Atlanta.

“Tapi aku merasa hanya kau yang cocok untuk posisi ini,” balas Dylan santai, lalu kembali berbicara, “setidaknya kau lebih baik dari Emily.”

“Kau berani membandingkanku dengan Emily?” suara Atlanta naik satu oktaf. Tidak terima disamakan atau dibandingkan dengan wanita yang sudah menghinanya beberapa hari yang lalu.

“Ayolah bantu aku, akan ku bayar jika itu maumu,” bujuk Dylan.

“Tutup mulutmu! Aku bukan wanita sewaan. Aku punya banyak uang, tidak butuh uangmu,” sinis Atlanta, merasa terhina dengan bujukan Dylan.

Dylan berdecak kagum dengan pendirian Atlanta. Rupanya wanita di sampingnya ini bukanlah wanita murahan.

Tak lagi menghindar, Atlanta menerima saja ketika Dylan menaruh tangannya di sela siku Dylan. Berjalan beriringan.

“Omong-omong, bagaimana kau bisa ada disini?” Dylan merasa penasaran sebab ia mengenali semua tamu yang datang hari ini.

Kehadiran Atlanta adalah hal  yang paling tak terduga dalam hidup Dylan. Hal tak terduga itulah yang berhasil memporak-porandakan perasaan Dylan.

Atlanta mendengus, “apa kau Dora? Kenapa banyak sekali bertanya?”

“Aku serius bertanya.” Dylan tidak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya.

Atlanta menunjukkan kartu undangan khusus kepada Dylan. “Aku di undang. Karena kau telah melihat penampilanku hari itu, apa kau pikir aku benar-benar tidak pantas berada disini?” cercanya.

Ketika Dylan hendak mengambil kartu undangan milik Atlanta, dengan cepat Atlanta memasukkanya kembali ke dalam tas. Pasalnya, kartu undangan tersebut bukanlah atas nama Atlanta ataupun Leona. Kehadiran Atlanta hari ini menggunakan identitas seorang pembisnis lainnya.

“Itukah alasanmu menarikku?” Atlanta menunjuk keberadaan Emily yang tak jauh dari mereka.

Terlintas sebuah ide cemerlang, Atlanta tersenyum dan merapatkan tubuhnya dengan Dylan. Memerankan perannya lebih intens.

“Baiklah. Hari ini aku akan menjadi kekasihmu yang paling romantis.”

Kedua alis Dylan terangkat. Terkejut dengan perubahan suasana hati Atlanta yang terlalu tiba-tiba.

“Aku akan mengambil minuman dulu.” Atlanta undur diri sejenak dengan alibi mengambil wine di meja lain, kemudian Atlanta berbicara kepada Lay.

“Cari tahu informasi tamu lain. Mari kita rampok mereka malam ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 150 (END)

    Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 149

    Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 148

    Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 146 + 147

    CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 145

    “Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 144

    Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status