공유

CHAPTER 4

작가: haniyahhputri
last update 최신 업데이트: 2021-05-11 11:15:21

“Mari kita bertemu lagi nanti,” ujar Atlanta, merasa tidak enak dengan perhatian Veronica yang telah diterimanya.

Veronica melepaskan pelukan mereka dan menatap Atlanta dengan berbinar. “Benarkah? Kau harus janji!”

Atlanta mengangguk. “Aku janji.”

Senyuman Veronica semakin merekah setelah mendengar janji yang Atlanta berikan kepadanya. Dylan juga tidak menyangka jika Atlanta akan membantu sejauh ini.

“Kalau begitu, aku harus pergi. Aku sudah terlambat,” pamit Atlanta.

Sehabis memberikan salam perpisahan, barulah Atlanta dan Dylan keluar dari ruang acara yang mewah. Di lobi hotel, Dylan dan Atlanta berdiri berhadapan.

“Terima kasih, kau berhasil menjadi kekasihku walau ada kecerobohan tak terduga. Padahal kau tidak perlu sejauh itu sampai berjanji dengan Ibuku. Sekali lagi terima kasih telah membuat Ibuku senang.” Dylan benar-benar berterima kasih atas bantuan Atlanta.

Atlanta tersenyum kecil. “Lagi pula janjiku dengan Ibumu tak ada hubungannya denganmu, itu memang keinginanku. Boleh aku bertanya kenapa kau ingin sekali menyingkirkan tunanganmu Emily?” tanya Atlanta sebelum pergi.

Dylan bergumam, sedang berpikir kalimat apa yang tepat untuk menjawabnya. Tak kunjung mendapatkan jawaban, Atlanta kembali berbicara, “ah, ralat. Aku harus tahu jawaban itu karena aku terlibat langsung dalam hubunganmu dengan Emily.”

“Aku tidak ingin memiliki tunangan apalagi menikah dengan seorang pecandu.”

Kedua alis Atlanta terangkat, sedikit terkejut karena rupanya Dylan sudah mengetahui hal ini.

“Kenapa kau bersikap pura-pura tidak tahu? Lalu bagaimana dengan Ibumu?” tanya Atlanta lagi.

“Tentu saja Ibuku mengetahui hal itu. Aku tidak ingin namaku terseret saat berita Emily seorang pecandu sudah tersebar. Maka dari itu aku menggunakanmu sebagai alasan untuk mengakhiri hubungan ini.” Dylan memberikan alasan yang masuk akal.

Rasa penasaran terjawab sudah, Atlanta tersenyum tipis. “Baiklah, urusan kita selesai. Aku harus pergi.”

“Pergi kemana? Aku akan mengantarmu,” Dylan menawarkan bantuan sebagai rasa terima kasih sekaligus rasa ingin mengenal Atlanta lebih dalam.

Atlanta melepas sepatu hak yang digunakan kemudian meninjinjingnya. Kakinya sudah terasa sakit. “Tidak perlu. Waktuku menjadi cinderella sudah habis.”

“Tunggu disini sebentar,” pinta Dylan sebelum berlari pergi dan kembali lagi dengan sepasang sandal hotel di tangannya.

“Setidaknya gunakanlah ini.” Dylan berlutut dan memasangkan sandal hotel di kaki Atlanta.

“Aspal di luar sana sangat kasar, kakimu akan terluka jika tidak dilindungi dengan baik,” lanjutnya.

Tak pernah mendapat perlakuan manis seperti ini, Atlanta dibuat terpaku. Hanya di hadapan Dylan dirinya diperlakukan dengan hormat dan dihargai.

“Terima kasih,” gumam Atlanta yang masih bisa di dengar jelas oleh Dylan.

Daripada kata ‘sayang’ yang Atlanta katakan padanya tadi penuh kedustaan. Dylan tahu bahwa kata ‘terima kasih’ inilah yang paling tulus Atlanta ucapkan. Tanpa ingin berlama-lama lagi, Atlanta segera pergi dari hadapan Dylan untuk menyelesaikan misinya.

***

Dylan masuk ke dalam kantor setelah menyelesaikan tugasnya di lapangan. Kantor menjadi tempat yang Dylan lebih sering tinggali daripada rumahnya sendiri. Dalam ¾ waktu dari satu tahun, Dylan habiskan di kantor.

“Dimana Orion?” tanya Dylan.

“Lapangan,” jawab Zunaira singkat.

Sambil menikmati permen loli, Zunaira menatap penampilan Dylan dengan kagum. Menunjukkan perasaan kagumnya secara terang-terangan.

“Ada baiknya kau bekerja setiap hari dengan penampilan seperti ini. Sungguh muak melihat penampilan kunomu.”

Dylan melayangkan tatapan sinis kepada Zunaira. “Kenapa kau masih disini? Bukannya kau harus mengawasi Emily?”

Zunaira berdecak. “Kenapa kau terlahir kuno? Kau tidak tahu apa itu sosial media? Selain pembisnis, Emily juga sangat aktif di akun sosial medianya. Aku bisa mendapatkan kabarnya setiap lima belas menit sekali.”

“Pergilah, maka kau akan mendapatkan kabar gerak-geriknya setiap menit. Lima belas menit terlalu lama.” Dylan memberi perintah.

Meski Zunaira mendengus, namun wanita yang telah Dylan kenal sebagai rekan kerja terbaiknya tetap pergi untuk melaksanakan tugas dari Dylan.

Dylan menghela napas setelah duduk di hadapan komputer. Jari-jarinya bergerak mengetik nama ‘Nyx Atlanta’ di laman khusus pencaharian data pribadi masyarakat.

“Kenapa namanya tidak tersedia? Apa jaringannya eror?”

Mengira jaringan eror, Dylan memutuskan untuk pergi ke dapur untuk memasak mie dan membuat kopi hitam. Selesai membuat makanan dan minuman, Dylan me-refresh komputer tersebut dan baru menemukan data seorang Nyx Atlanta.

“Riwayatnya bersih. Tidak ada yang aneh.”

Dylan tidak menyadari bahwa bukan jaringanlah masalahnya. Tetapi Atlanta memang belum mendambahkan identitas palsunya secara resmi.

***

Belum memiliki tempat tinggal, Atlanta bersantai di atap gedung pencakar langit. Atlanta sibuk makan camilan selagi menunggu Lee Tania melakukan transaksi memindahkan uang simpanannya ke rekening luar negeri. Selagi ada laptop atau komputer, Atlanta tidak masalah melakukan aksinya dimanapun.

“Cepatlah Lee Tania, kau pikir aku akan membelikanmu tas menggunakan uangku sendiri,” desis Atlanta.

Mendengar bunyi ting, Atlanta langsung bergerak cepat untuk memindahkan uang transaksi Lee Tania ke rekening luar negeri milik Atlanta.

“Empat juta dollar? Wow.” Atlanta hanya mencuri uang yang tidak bisa di laporkan oleh sang korban. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Atlanta meretas rekening bank.

“Sepertinya aku harus membuat data diri baru bernama Atlanta. Pria itu terlihat seperti bukan orang biasa.”

Kini Atena meretas server pemerintah dan menambahkan data dirinya ke dalam data penduduk.

“Mari kita tambahkan anggota baru Nyx Atlanta. Bulan kelahiran? Bulan Januari terdengar bagus. Menyenangkan sekali bisa membuat data diri sesuka hati.”

Lima belas menit kemudian, Atlanta tersenyum puas setelah menekan tombol ‘enter’ pada laptopnya.

“Apa yang sedang kau lakukan?” bisikan di pundak Atlanta berhasil membuat Atlanta terkejut dan refleks menutup laptopnya secara kasar.

Brak!

“Kau siapa?” Atlanta tidak bisa menyembunyikan kepanikannya.

Seorang pria seumuran dengan Atlanta tersenyum lugu seraya menikmati sekaleng bir menggunakan sedotan.

“Kau tidak punya tempat tinggal? Aku melihatmu beberapa hari terakhir menghabiskan waktu di atap yang dingin ini,” komentarnya.

“Aku tanya, kau siapa?” Atlanta mengulangi pertanyaannya.

Pria itu mengulurkan tangan kanannya, mengajak salaman. “Kenalkan, aku Orion Albastar.”

“Kenapa aku harus berkenalan denganmu?”

“Karena aku adalah penyelamatmu,” jawab Orion santai.

Tidak ingin menanggapi percakapan aneh, Atlanta lebih memilih untuk mengabaikan kehadiran Orion.

“Kenapa kau selalu disini selama beberapa hari terakhir?”

“Kau sendiri kenapa?”

“Kau tidak boleh bertanya kembali sebelum menjawab pertanyaan. Itu tidak sopan.”

 “Aku belum menemukan tempat tinggal. Terlalu sibuk, tidak sempat mencari yang cocok.”

“Sepertinya aku tahu tempat yang cocok untukmu.”

Atlanta menaikkan kedua alisnya. Walau kehadiran Orion terlalu aneh, tapi Atlanta tidak merasa keberatan apabila Orion ingin membantunya menemukan tempat tinggal. Atlanta juga tidak bisa berlama-lama berada disini.

Orion meberikan Atlanta senyuman misterius.

***

Sudah lima menit Atlanta dan Orion berdiri di depan pintu sebuah Apartemen seseorang. Menunggu pemiliknya datang untuk membukakan pintu. Seorang pria datang berlari menghampiri Orion.

“Ada apa? Ada keadaan darurat apa?” tanyanya dengan napas terengah-engah.

Orion menarik rekan kerjanya menjauh dari Atlanta. “Ada seorang wanita yang terus berada di atap gedungku selama beberapa hari terakhir. Katanya dia tidak memiliki waktu untuk mencari tempat tinggal. Lagi pula kau jarang di rumah, kau bisa menyewakan ruangan kepadanya.”

“Kau gila? Kenapa seenaknya memutuskan sendiri?”

“Ayolah. Paling tidak tinggal dulu di rumahmu sampai aku bisa mendapatkan tempat tinggal untuknya.”

“Kenapa kau begitu merepotkan? Kenapa membantu orang asing jika kau saja tidak mampu?”

“Walau mukanya galak, dia selalu memberi makan burung yang aku rawat di atap. Kau tahu bukan bahwa aku masih tinggal bersama kedua orang tuaku. Tolonglah.” Orion memberikan tatapan memelas.

“Setidaknya kau bisa mewawancarai wanita itu sebelum memutuskan. Please,” bujuk Orion.

Meski berdecak kesal, tapi pria itu tetap menghampiri Atlanta yang masih memunggungi mereka.

“Permisi.”

Ketika Atlanta membalikkan badan, Atlanta tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya melihat siapa calon teman satu atapnya.

“Dylan?”

haniyahhputri

Terima kasih sudah membaca ceritaku, jangan lupa tinggalkan jejak ya!

| 좋아요
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 150 (END)

    Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 149

    Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 148

    Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 146 + 147

    CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 145

    “Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 144

    Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 143

    “Apakah aku di masa depan sudah ketahuan?”Atlanta tampil menawan menggunakan gaun pernikahan. Sudah jelas jika video ini telah di rekam lebih dari dua tahun yang lalu.“Hari ini adalah hari pernikahanku. Aku kira aku tidak akan menikah seumur hidup, ternyata aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran berkuda putih dalam hidupku.”Walau Atlanta terus mengatakan hal negatif, tapi senyuman manis yang menunjukkan kebahagiaan terus Atlanta tunjukkan sejak detik pertama video di mulai.“Jika video ini telah sampai kepada suamiku, artinya sesuatu yang buruk telah terjadi kepadaku.”Rupanya, Atlanta sudah mengetahui jika hari seperti ini akan mendatangi kehidupan pernikahan mereka yang damai. Atlanta sudah mempersiapkan diri sejak memutuskan menikah dengannya.“Ah, kau pasti tidak mengenal siapa aku. Tujuanku membuat video ini supaya kau lebih mengenal diriku.

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 142

    “Sudah aku bilang aku bukan Atlanta. Leona bukanlah istrimu.”Dylan mencengkram bahu Atlanta, menatap mata Atlanta lekat-lekat. Mata Dylan sudah berkaca-kaca. Mencari sisa-sisa ketulusan dari pernikahan mereka.“Jika itu benar, tatap mataku.”Atlanta masih tidak bergeming dan tidak kuasa untuk menatap Dylan saat ini.“TATAP AKU ATLANTA!” Dylan mulai frustasi.“Tatap mataku dan katakan hal itu sekali lagi jika kau memang bersungguh-sungguh,” pinta Dylan.Perlahan, Atlanta memberanikan diri menatap mata Dylan. Sorot mata Dylan masih menunjukkan kehangatan sebagai seorang suami sekaligus tempatnya berpulang.Atlanta tidak bisa menyingkirkan suaminya sendiri dari hidupnya. Atlanta juga tidak ingin meninggalkan tempatnya berpulang. Tapi apa boleh buat? Atlanta tidak ingin menarik Dylan dalam bahaya lebih lanjut lagi.“Aku…” sesaat Atlanta lupa bagaimana caranya berna

  • My Wife is My Suspect   CHAPTER 141

    “Zunaira, bukankah kau harus duduk di sini bersamaku untuk bercerita? Bagaimanapun kau juga terlibat secara langsung dalam kematian Lila. Kau harus menjelaskan kronologis bagaimana sahabat tersayangmu yang menjadi selingkuhan kekasihmu itu bisa tewas mengenaskan. Sepertinya kita harus bernostalgia bersama.”Johnny dan Orion sontak menatap Zunaira penuh tanda tanya. Zunaira berdeham dan menyalakan alat pengeras suara yang terhubung langsung dengan ruang introgasi.“Apa maksudmu Leona? Apa yang kau bicarakan?”Zunaira berusaha menahan amarahnya. Melihat raut wajah menyebalkan Atlanta selalu berhasil memancing amarah Zunaira. Sama seperti pertemanan mereka sepuluh tahun yang lalu.Atlanta mengerutkan dahi, pura-pura kebingungan. “Kenapa kau menanyaiku kembali? Aku mempunyai bukti yang konkret mengenai hubungan kalian. Datanglah kemari dan duduk bersamaku untuk membuktikan jika kau ingin membuktikan bahwa dirimu adalah manusia ta

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status