Share

1 - Aku Akan Mengakhirinya

London, 1 Februari 2021

Seorang gadis duduk membeku dilantai yang dingin sembari memeluk lututnya, matanya terlihat sembab, tatapannya kosong dan hanya memandangi dinding sedari tadi. Ya, sudah terlihat jelas bahwa ia telah menghabiskan seluruh malam hanya untuk menangis. Ruangan sempit yang ia tinggali penuh dengan sampah makanan dan botol alkohol yang berserakan dimana-mana. Ruangan ini, kini lebih pantas disebut sebagai tempat penampungan sampah dibandingkan kamar kos.

Namun, siapapun yang masuk ke  ruangan sempit ini sekarang pasti akan tertuju pada satu hal. Kue tart cantik berwarna pink dengan satu lilin menyala diatasnya, terlihat sangat mencolok bagaikan berlian diantara tumpukan sampah.

Kue tart itu sudah berada di sana cukup lama sebab gadis ini tak menyentuh kue tersebut sedikitpun juga membiarkan lilin menyala di atasnya, hingga bunyi alarm ponsel mengagetkannya. Ia segera mematikan alarm tersebut dan melihat waktu telah menunjukan pukul enam pagi. 

"Benar, aku tidak boleh seperti ini terus di hari terakhirku!" gadis itu secara tiba-tiba bangkit berdiri, menghapus sisa air mata di wajahnya, dan menghampiri kue itu.

"Selamat ulang tahun ke-25 Audrey Dianne, semoga perjalanan panjang mu sehabis ini tidak lebih menyakitkan" setelah membuat permohonan, gadis itu akhirnya meniup lilin yang tersisa di atas kuenya.

Audrey Dianne, seorang gadis yatim piatu yang kehilangan kedua orang tuanya akibat peristiwa kebakaran di London tahun 2006 silam. Tak hanya menyisakan kenangan pahit, peristiwa itu juga memberikan 'hadiah malang tak terlupakan' kepada Audrey berupa bekas luka bakar di wajah kirinya. Oleh karena itu, Audrey membatasi diri dari dunia luar. Gadis itu tidak ingin orang-orang melihat wajah buruk rupa yang ia miliki, sehingga ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dalam kamarnya.

Berteman sepi dengan keadaan merupakan hal yang sudah biasa bagi Audrey. Bahkan karena sikapnya yang menutup diri dari pergaulan luar membuat Audrey harus menderita binge eating disorder, dimana penderitanya selalu ingin makan dalam jumlah yang tak wajar dan sulit menahan keinginan untuk makan. Hal inilah yang membuat tubuh Audrey menjadi lebih berisi, akibatnya kehidupan sekolah Audrey tak berjalan baik. Ia kerap mendapat perlakuan tak menyenangkan dari teman-teman bahkan gurunya di sekolah. Bukan hanya masa itu saja, bahkan masa sekarang pun rasanya sulit mencari pekerjaan dengan paras yang tak menarik. Ia juga baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai sales karena penampilannya.

Dunia jelas tak adil baginya. Mengapa ia bisa mendapatkan kehidupan sesulit ini? Kesalahan apa yang pernah ia perbuat hingga ia harus mendapatkan hukuman seperti ini? Pertanyaan itu selalu ada di dalam benaknya dari dulu hingga sekarang.

"Semua ini memang berat sejak awal, namun semua ini tetap saja salah kau! Kau yang membuatku menjadi begini!" Audrey melempar sebuah pigura kecil yang terdapat foto dirinya bersama tunangannya Albert Galvin. Ah bukan, lebih tepatnya mantan tunangan. 

Albert Galvin adalah pria yang memecah dan menghancurkan hidup Audrey yang sudah retak. Pria yang dahulu ia anggap berbeda dan mau menerima dirinya apa adanya kini mengkhianatinya secara terang-terangan. Audrey bahkan dengan bodoh rela bekerja part time di tiga tempat sekaligus hanya untuk membantu Albert membayar uang sewa apartemennya, sementara ia hanya tinggal di kos sempit dan kumuh. Namun, apa balasan yang Audrey dapatkan? 3 Bulan sebelum pernikahan mereka, Audrey justru memergokinya sedang bersama wanita lain dan saat Audrey menegurnya Albert justru memaki dirinya dihadapan semua orang. Tak hanya itu, Albert bahkan menyuruh Audrey untuk mati.

"Kau benar, aku lebih baik mati dari pada hidup dengan penuh penderitaan seperti ini. Aku akan melakukan apapun agar bisa terlepas dari kutukan ini" Audrey mengantung sebuah tali dengan susah payah, butuh beberapa waktu hingga pada akhirnya tali itu tergantung sempurna dengan ketinggian yang pas.

Kemudian, seperti kehilangan akalnya Audrey melilitkan tali itu pada lehernya. Ia tertawa dengan keras namun air matanya mengalir keluar dengan sendirinya. Tak butuh waktu lama, Audrey akhirnya melompat dari kursi yang ia naiki. Tubuhnya meronta-ronta menandakan bahwa ia sangat kesakitan. 

Secara perlahan tapi pasti, kesadaran Audrey mulai menghilang, tubuhnya lemas, pernafasannya terganggu, dan semuanya menjadi gelap secara tiba-tiba. 

"Betapa bodohnya dirimu, mengapa kau memilih untuk mengakhiri hidup dengan cara yang menyakitkan seperti ini?" suara itu tiba-tiba muncul diantara kegelapan yang menyelimuti dirinya.

"A-apa?" Audrey begitu terkejut, ia mengira bahwa ia sudah mati, namun suara apakah ini?

"Lihatlah dirimu Audrey Dianne, bukankah tindakanmu sangatlah bodoh?" 

"Ti-tidak, lebih baik mengakhirinya dengan rasa sakit luar biasa sekali saja dari pada harus hidup dengan rasa sakit selamanya. Biarkan penderitaanku berakhir!" Audrey berteriak dan ia merasakan tali itu semakin mencekik lehernya.

"Lalu, jika aku melakukan penawaran apakah kau berminat?" seorang gadis cantik dengan gaun merah akhirnya keluar diantara kegelapan, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki semuanya sangatlah sempurna.

"Penawaran?"

"Iya, penawaran yang sangat bagus" gadis cantik bergaun merah itu maju mendekatinya, mengelus wajah Audrey yang masih meronta-ronta karena kesulitan bernafas.

Mau tak mau, Audrey memandang wajah gadis cantik bergaun merah yang ada dihadapannya dan ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Lu-luka itu?" Audrey tak bisa mempercayainya. Luka itu, mirip seperti luka yang ia miliki. Luka yang ia dapatkan ketika berusia 17 tahun saat ia berupaya mengakhiri hidupnya dengan cara memutus saraf nadi tangan kanannya.

"Ya, akhirnya kau menyadarinya Audrey" kata gadis bergaun merah itu sembari membelai rambut Audrey.

"Baiklah, apa yang kau mau dariku?" 

"Aku ingin kau hidup dengan baik Audrey sayang" ia mengangkat dagu Audrey yang berulang kali tertunduk menahan sakit.

"Semua sudah terjadi, aku tak ingin hidup lebih lama lagi"

"Jika semua harapanmu tercapai, apakah kau tetap bersikeras untuk mengakhiri hidupmu?" 

"Apa maksudmu?"

"Aku akan mengabulkan semua keinginanmu, tetapi berjanjilah kau akan hidup dengan baik. Karena, dirimu adalah diriku juga" gadis bergaun merah itu mengangkat tangan kanannya yang memiliki bekas luka sayatan sama seperti milik Audrey. 

Audrey terkejut mendengar pernyataan gadis bergaun merah yang ada dihadapannya itu. Muncul sebuah pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya.

"Bagaimana bisa kau adalah aku? Jika kau adalah aku mengapa kau secantik ini? Janganlah menipuku, apakah kau seorang malaikat yang diutus untuk mengujiku? Ataukah kau seorang malaikat maut yang bertugas untuk menjemputku?" 

"Ternyata selain bodoh, kau juga sangatlah konyol. Baiklah aku akan melepaskan ikatanmu terlebih dahulu kemudian aku akan menawarkan kembali tawaran itu" gadis bergaun merah itu akhirnya melepaskan Audrey yang sejak tadi mengantung. 

"Apa maumu?" Audrey memegangi lehernya yang baru saja terlepas dari ikatan tali yang mencekiknya.

"Ya, seperti yang kubilang. Aku akan mengabulkan semua impian yang selama ini hanya bisa kau bayangkan dan sebagai gantinya hiduplah dengan baik" gadis bergaun merah itu menepuk-nepuk pundak Audrey yang berada di hadapannya.

"Ba-bagaimana jika aku tak bisa memenuhinya?" 

"Tentu saja aku akan melahap jiwamu hahaha ..." gadis itu tertawa dengan suara yang memekikkan telinga, membuat Audrey harus menutup telinganya rapat-rapat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status