Seorang wanita dengan penutup wajah yang sedari tadi bersembunyi kini secara sengaja menarik tangan Audrey dan mendorong tubuhnya agar menyandar dinding. Wanita misterius itu lantas mencekik leher Audrey tanpa alasan dan mengacungkan pisau lipat tak jauh dari wajah gadis manis itu.
Beberapa detik yang lalu Audrey memang begitu terkejut. Namun sekarang, gadis itu bisa mengeratkan kendali atas dirinya untuk tetap bersikap tenang.
"Siapa kau?" tanya Audrey sebab ia merasa tak mengerti apapun.
Wanita bertopeng itu mengumpatkan kata-kata kasar sembari perlahan menyentuh helaian rambutnya dan melepasnya begitu saja, sehingga menampilkan kepala asli miliknya yang tak ditumbuhi oleh rambut dan dihiasi oleh delapan jahitan yang tampak menyatukan kulit kepalanya yang robek. Tak hanya itu, ia juga melepas penutup wajahnya sehingga menampilkan dengan jelas siapa dirinya.
"Jangan bergerak atau pisau ini akan mengoyak wajah cantikmu" tangan kiri Lorent mencekik leher A
Perseteruan yang terjadi antara Lorent dan Audrey kini kian memanas akibat beberapa oknum 'dianggap' ikut mencampuri permasalahan yang sedang terjadi. Terlebih lagi ketika seseorang yang rupanya mengenali masa lalu Lorent mengungkap fakta mengejutkan yang mengegerkan semua orang. "Jujur saja, wajah aslimu memang sangat jelek Lorent. Kakak laki-lakiku bahkan secara terang-terangan menghinamu, terutama saat kau melakukan operasi plastik diusia muda hanya untuk memperbaiki wajahmu yang rusak" salah satu model baru yang berada disana dengan berani mengungkap fakta mengejutkan yang selama ini hanya diketahui oleh Marlyn, LF Agency, dan Lorent itu sendiri. "Tidak! Itu semua fitnah, kau berusaha menjatuhkan namaku? Kau iri pada kecantikanku?" Lorent berusaha membantah dengan sekuat tenaga yang ia miliki. "Aku tak iri padamu karena kecantikanku adalah alami, dan apakah kau perlu bukti? Sepertinya kakakku mempunyai foto lamamu di buku perpisahan sekolah miliknya, apak
London, 1 Maret 2019 - Pukul 20.00 - The Lanesborough Hotel. Waktu yang telah ditentukan akhirnya tiba, acara pembukaan dan penyambutan yang sudah diarahkan sebelumnya berjalan dengan baik. Terlihat seluruh tamu undangan yang memenuhi ruang ini dapat menikmati semuanya dengan baik. Walikota London yang sedang berpidato juga terlihat menyampaikan sesuatu dengan wajah yang berseri-seri. Semua terlihat bahagia dengan masing-masing segelas sampanye ditangan mereka, kecuali seorang gadis yang sedang berdiri dibalik panggung pertunjukkan dengan raut wajah yang tak bisa dijelaskan, tentunya bukan raut wajah bahagia yang nampak. Apa yang terjadi? "Tidak, sepertinya aku salah mendengar" lirih Audrey yang tanpa sadar menggigiti kuku ibu jarinya. "Tetapi tak mungkin indera pendengaranku salah, apakah benar?" Audrey sibuk berbicara pada dirinya sendiri sembari mengamati tingkah laku Marlyn yang sedari tadi sibuk mempersiapkan kebutuhan anak didiknya. "Jika semua
Karbonasi yang muncul dalam sampanye yang baru saja dituang terlihat begitu menyegarkan. Tetapi sayang, minuman mahal asal Perancis itu justru tak disentuh sama sekali oleh sang pemilik gelas. Terlihat gadis yang baru saja turun dari panggung megah berbaur dengan para tamu yang hadir dan menonton pertunjukan lainnya. Namun, sepertinya ia tak benar-benar menonton, arah matanya justru menatap latar belakang panggung tetapi tatapannya kosong. Gadis itu masih sibuk memikirkan ucapan Marlyn, terdengar membosankan tetapi tidak bagi gadis yang harus menyelidiki sesuatu berkaitan dengan masa lalunya yang buruk. Audrey terlalu fokus ketika memikirkan sesuatu sehingga ia bisa mengabaikan apa saja yang ada disekitarnya, termasuk musik meriah yang sama sekali terdengar hening di indera pendengaran miliknya. Riuhnya acara yang bahkan sama sekali tak terlihat di pelupuk matanya. Gadis ini sibuk berpikir, apakah ia harus mencari tahu sesuatu yang berkaitan dengan kematian ked
Teriakan dua orang tua membangunkan putri semata wayangnya yang sedang tertidur pulas. Awalnya ini semua terjadi hanya karena pertanyaan singkat yang bahkan tak diawali oleh rasa amarah. Semua peristiwa ini terjadi pada dini hari, dimana seharusnya waktu tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mengistirahatkan tubuh yang telah beraktivitas seharian penuh. "Kau baru saja pulang? Lihat pukul berapa ini?" seorang wanita membuka pintu rumahnya dan melihat sang suami tercinta pulang dalam keadaan buruk. Baju yang penuh dengan aroma busuk, basah, compang-camping, dan tampang seperti kehilangan kewarasan. Sudah bisa ditebak bahwa pria ini baru saja menghabiskan malam disebuah pub yang penuh dengan wanita-wanita nakal. "Kau baru saja minum?" tanya sang istri memberanikan diri. "Memang kenapa? Masalah buatmu?" jawaban ketus yang sangat tak diharapkan oleh sang istri membuat amarahnya muncul secara perlahan. "Kau tak pulang beberapa hari ini, a
"Ibu ayo, cepat ibu!" teriakan histeris seorang gadis kecil kembali terdengar ketika melihat ayahnya bangkit berdiri. Tenaga gadis mungil itu rupanya masih belum cukup kuat untuk melumpuhkan ayahnya walaupun titik lemah sudah ia pukul sekuat tenaga.Sosok yang selalu ia banggakan di sekolah, di tempat pelatihan, maupun di mana saja kini berubah menjadi seorang psikopat haus darah yang membantai satu keluarga kecilnya. Sosok penyayang dan hebat yang selalu tersimpan dihatinya perlahan terbakar habis seiring perilaku keji yang semakin menjadi-jadi.Pria itu kini kembali berjalan mendekati mereka, menimbulkan ketakutan luar biasa dihati Audrey dan Christie. Entahlah, mereka berdua seakan sudah pasrah akan nasib yang menimpanya ini. Bahkan jika memang harus kehilangan nyawa malam ini, Christie siap asalkan nyawa putrinya terselamatkan."Seandainya saja kau menuruti perkataanku dan mengugurkan kandunganmu saat itu, pasti semua ini takkan terjadi" pria berhati iblis i
Pintu ruang tamu yang kembali terbuka, menampakkan sosok sang suami sekaligus ayah yang begitu keji terhadap keluarganya sendiri. Dengan kedua dirigen minyak tanah ditangan, pria yang sudah kehilangan kewarasannya itu kembali berulah. Ia mulai menuang minyak yang ada di dalam dirigen ke setiap sudut rumah, dan Christie yang mengetahui maksud suaminya itu segera membangunkan putrinya yang tampak belum sadarkan diri."Audrey, ibu mohon bangunlah nak" tangis Christie semakin lama semakin menjadi-jadi.Wanita itu hanya bisa mendekap erat putrinya dan berharap kesadaran Audrey akan segera pulih. Berulang kali ia memohon dan berdoa, agar sang pencipta kehidupan menyelamatkan buah hatinya, ia tak peduli pada dirinya sendiri sekarang.Puluhan menit Christie habiskan hanya untuk menangis, sementara sang suami sibuk menggenangi rumah dengan minyak tanah yang entah didapatkan dari mana.Tap ... tap ... tap ...Suara langkah kaki yang menurun
Tahun 2019 - Pukul 06.00 a.m - Rumah Sakit Nasional LondonTabung oksigen yang terpasang benar-benar membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya. Selang infus yang menancap dipunggung tangan kiri pasien juga turut menunjang keselamatan atau kesehatan pasien. Kini diranjang rumah sakit, terbaring lemah sosok yang selama ini hidup dengan penuh perjuangan.Audrey Dianne sempat dilarikan ke rumah sakit sesaat setelah ia menderita sesak napas karena terlalu banyak menghirup asap kebakaran dari kobaran api yang melahap sebagian ballroom hotel bintang 5 di London.Gadis itu sangat beruntung karena seseorang menyelamatkan nyawanya tepat ketika ia tak bisa berbuat apapun, trauma hebat yang selalu membayangi kehidupannya membuat gadis itu tak bisa berpikir jernih kala mendapati peristiwa serupa. Sungguh, bayang-bayang masa lalu yang begitu merepotkan."Tenang saja, setelah melakukan beberapa pengecekan paru-paru, Audrey Dianne tampak tak mempunyai mas
Brakkk! Brakkk! "Dasar pembunuh, entah kau dari hadapanku!" gadis itu terus saja berteriak dan melempar barang yang ada di sekitarnya seolah sedang menghukum rajam seorang perempuan yang terlihat begitu hina dibola matanya. "Hentikan, aku tak mengerti apa maksudmu Audrey" lirih Marlyn seraya melindungi wajah menggunakan lengannya. "Kau membunuh sahabatmu itu artinya kau juga membunuh ibuku!!" ucapan Audrey membuat tubuh Marlyn serasa membeku di tempat. "Apa maksudmu, Audrey?" tanya wanita itu tak mengerti dengan ucapan gadis dihadapannya. "Kau membunuh ibuku! Ibuku, Christie!!" teriakan Audrey terdengar semakin histeris, sehingga mengakibatkan beberapa orang berkumpul memenuhi pintu masuk ruang inap tempatnya terbaring. Beberapa orang yang lewat, atau yang dengan sengaja datang berkumpul, menghalangi pintu satu-satunya yang berguna sebagai jalur keluar masuk. Seolah memblokir jalan, mereka tak membiarkan siapapun melintasi jalan