Siapapun dan di belahan bumi manapun tak ada yang ingin kehidupan rumah tangganya hanya berlangsung seumur jagung, jelang enam tahun pernikahan ternyata harus membuat rumah tanggaku selesai sampai sini. Tak pernah aku bayangkan, bahkan tak pernah aku meminta hal ini. Setiap malam-malam panjang dan sujud yang aku lakukan ada doa indah yang selalu aku haturkan pada sang pemilik kehidupan. Rumah tangga harmonis, penuh cinta dan membawa pada ketaatan tentu adalah impian setiap pasangan begitupun aku, aku pikir itu pun impian Mas Raihan karena semua sikapnya tak ada yang membuatku curiga atau kecewa. Tapi nyatanya semua lenyap begitu saja, hanya dalam hitungan detik semua yang sudah terjadi selama ini pudar dan pupus. Apakah aku terlalu egois? Palu yang diketuk Pak Hakim pertanda bahwa semua sudah selesai, pengadilan mengabulkan gugatanku dan menolak sanggahan dari Mas Raihan yang bersikukuh ingin tetap bertahan. Bukankah jalan cerai yang dibenci Allah itu boleh diambil jika dalam pernik
Aku menunggu dengan tenang orang yang sedang aku temui, tak lama dia datang dengan dikawal oleh petugas lalu petugas itu pergi. Tatapannya penuh kebencian dan ketidaksukaan, tapi aku tetap tersenyum. Dia duduk dengan kasar, kini kami berhadapan."Ada apa kamu kesini? Mau menertawakan aku, iya hah?" Lelaki yang ku kenal dulu sangat baik, penyayang, lembut kini dapat kulihat sifat aslinya sama seperti yang orang lain katakan dulu kalau aku hanya terhipnotis dengan gaya romantisnya. "Tenang, Mas Raihan. Aku datang kesini tidak bermaksud demikian, aku hanya merasa empati padamu karena bagaimanapun kamu adalah orang yang pernah ada di hidup saya dengan waktu yang tak sebentar.""Jangan basa-basi, kamu bahagia kan dengan kondisiku sekarang?"Aku mencoba tetap tenang, katanya orang yang memiliki kelainan jiwa maka ia tak akan bisa menerima sesuatu hal buruk terjadi padanya jika ada yang terjadi jika tak disukainya itu bukan kesalahannya. Entahlah, yang jelas aku melihat sekarang pada diri
Aku tak pernah menyangka pertemuan tanpa sengaja itu membawaku pada keadaan yang seperti ini. Kala itu, aku yang bekerja sebagai sales sebuah produk rokok mencoba menawarkan produk itu pada seorang lelaki yang kebetulan sedang diam, ya godaan itu sudah biasa bagiku. Karena pekerjaanku ini memang hampir selalu disamakan dengan pekerjaan perempuan nakal, padahal apa yang kukerjakan adalah halal. Lelaki itu tak kusangka meluncurkan rayuan hingga aku terbuai dan akhirnya berkenalan, perkenalan di pertemuan pertama berlanjut menjadi pertemuan-pertemuan selanjutnya. Aku terpikat pada sikapnya yang lembut, wajah tampannya selaras dengan sikap baiknya. Hari berganti Minggu, Minggu berganti bulan, kedekatan itu terjalin begitu saja. Ada rasa nyaman yang terasa di dalam jiwa ini, aku merasa telah menemukan seseorang yang selama ini aku cari. Sungguh aku telah terpikat pada lelaki yang ternyata beristri, tapi aku sudah terlanjur jatuh hati padanya hingga tak peduli apapun statusnya terlebih di
"Kamu suka?"Tetiba suara itu terdengar dari arah belakang, aku dan Shofa menoleh ke sumber suara, betapa aku terkejut dengan kehadirannya. "Kamu?"Lelaki itu tersenyum, sementara Shofa terus menyikut. "Senang bisa bertemu denganmu lagi, Naura. Tak menyangka perempuan yang akan dikenalkan denganku itu adalah kamu.""Dikenalkan?" Aku dibuat heran dengan ucapannya, tiba-tiba dia hadir di depan mata. Siapa yang dia maksud."Tuh, orangnya."Aku dan Shofa menoleh ke arah dimana lelaki itu menatap. Menghela napas ringan, ternyata perempuan itu. Untuk apa dia melakukan hal ini. "Jadi kamu sudah mengenal dia?" tanya perempuan itu padaku. Aku mendesis, maksud dia itu apa? Aku dan dia memang semakin mengenal, saling mengenal tapi aku masih menjaga jarak dengannya. Bagaimanapun perempuan itu adalah perempuan yang dulu pernah diincar oleh mantan suamiku, Mas Raihan. Aku tak ingin membawa orang-orang di masa lalu siapapun masuk dalam hidupku. Zahra Khaura, ah perempuan itu salah menilai ku.
Menyusuri pesisir pantai dengan udara yang sejuk, matahari perlahan terlihat naik, angin menyapa begitu lembut, pemandangan yang asri begitu memanjakan mata, hamparan laut luas seraya berkata bahwa inilah kehidupan begitu luas, apa yang tersaji di dalamnya adalah keindahan yang terbalut dalam segala rangkaian cerita. Deburan ombak, angin yang kencang, terjangan gelombang. Semua terjadi menciptakan keindahan yang sempurna, bagaimana jadinya pantai tanpa sebuah ombak, gelombang dan terjangan angin? Rasanya keindahannya akan kurang sempurna. Tatapan ini tak lepas mengamati perpaduan indah yang tercipta dari tiga hal itu, hingga aku menyadari tentang kehidupan yang selama ini aku hadapi. Terlahir, lalu tumbuh dengan penuh cinta, tak banyak gelombang dan ombak yang menerpa semua bisa dirasakan begitu manis, beranjak dewasa tumbuh menjadi manusia yang paling beruntung, dilimpahkan banyak kemudahan, kemewahan tapi ternyata jika sungai saja terkadang mendapat arus besar maka wajar jika lau
"Jadi kamu suruhan Papa untuk mengawasiku selama di Bali, iya?"Aku menatap lelaki yang duduk di depan, ternyata yang menelponku adalah karyawan Papa yang sengaja diminta menjagaku selama di Bali. Diam-diam Papa melakukan semua itu, ada baiknya tapi ada buruknya juga. Aku seperti anak kecil, harga diriku seakan diabaikan oleh Papa tapi aku tak boleh menghujat begitu saja, karena bagaimanapun Papa selalu ingin yang terbaik untukku. Dia kehilangan jejakku, makanya menghubungiku dan langsung ku ajak bertemu. "Kenapa Non sudah pulang sebelum jadwal kepulangan yang non sampaikan pada Tuan?" tanyanya. Aku hanya tersenyum, aku memang pulang dari satu hari dari hari yang ku kabarkan pada Papa mungkin itu yang dia terima, hingga dia lalai dan kehilangan jejakku. "Sengaja, aku ingin kasih kejutan untuk Papa dan Mama. Sudah santai saja, aku akan amankan semuanya. Kamu bekerja seperti biasa saja," ucapku. "Baik, Non. Terima kasih atas pengertiannya. Kalau begitu saya permisi." Aku hanya men
Setiap manusia di dunia diciptakan berpasang-pasangan, tapi ada orang yang memilih hidup sendiri tak pencari pasangannya, ada yang mencari tapi kemudian tetap tak menemukannya hingga mereka pasrah akan takdir Tuhan. Kemudian ada yang dicarikan, lalu menerima itu sebagai takdirnya dan mampu menjalaninya dengan baik, sedangkan ada pula yang dicarikan lalu menolak dan bertahan pada prinsip hidupnya. Lalu aku, aku adalah bagian dari manusia yang jodohnya dicarikan lalu menerima dengan ikhlas demi sebuah nama ketaatan dan rasa hormat pada orang tua, mencoba menjalani dengan sebaik mungkin, menumbuhkan cinta dan bersama saling menerima tapi sayang semua hanya bertahan di jelang enam tahun pernikahan kami. Apakah sebelumnya aku pernah jatuh cinta? Ya, aku pernah jatuh cinta tapi aku simpan. Cinta yang aku rasakan saat pertama kali merasakan getaran aneh saat bertemu dengan lelaki itu, lelaki yang membantuku membawakan buku banyak saat aku piket di perpustakaan sekolah, cinta itu aku simpan
Mengganti nomor ponsel adalah hal pertama yang aku lakukan, bukan ingin sepenuhnya menghilang hanya saja berusaha untuk tidak berhubungan dengan orang-orang di masa lalu, karena hingga saat ini Clarissa dan Zahra masih saja selalu menghubungiku, apalagi Zahra yang getol banget usaha buat ngedeketin aku dengan lelaki itu yang tak lain kakak tingkatku dulu, belum lagi Clarissa selalu menceritakan perkembangan hubungan dia dengan Mas Raihan, serta keadaan Mas Raihan. Dan jujur itu semua membuatku sulit untuk menghapus kisah kelam itu. Terkadang kita perlu sedikit jahat pada orang untuk memberitahu pada mereka bahwa kita tidak lemah, itulah yang saat ini aku lakukan. Aku tak mau mereka menganggapku lemah, terlebih Zahra. Aku pikir dia itu benar-benar perempuan berkelas yang tak pernah ikut campur dalam masalah orang lain, niatnya bagus supaya aku cepat move on tapi apa dia pikir move on berpisah dari suami itu dengan segera mencari pengganti, ah itu bukan aku. "Sudah siap?" tanya Papa s