Share

Chapter 4

Author: Nisa Noor
last update Last Updated: 2023-05-27 06:29:30

"Zahra."

Perempuan itu menghentikan langkahnya, aku yakin dia adalah perempuan yang sama dengan perempuan yang dulu sempat aku perjuangkan namun akhirnya pasrah pada takdir yang harus memisahkan kami. 

Tanpa sengaja aku melihatnya di resto ini, saat aku tengah menikmati makan siang bersama rekan bisnis. 

"Mas Raihan."

Aku tersenyum bahagia, dia masih mengingat namaku meski puluhan purnama terlewati, meski luka yang aku torehkan untuknya. Aku beranikan diri melangkah mendekatinya, rasanya begitu rindu dan terharu bisa bertemu dengannya. Aku belum sempat meminta maaf padanya dulu. 

"Senang bisa bertemu lagi dengan kamu, setelah lima tahun tanpa kabar darimu. Apa kabar?" tanyaku mengulurkan tangan. 

Zahra menatap tanganku, lalu ia tersenyum dan menangkupkan kedua tangannya di depan dada. 

"Alhamdulillah, sayangnya aku tidak senang bertemu dengan Mas. Permisi."

"Zahra, tunggu."

Aku menahan kepergiannya, rasanya sayang terlewatkan begitu saja. Aku harus bisa menggunakan kesempatan ini dengan baik. Aku merasa besar hati melihat langkahnya terhenti. 

"Apakah study mu di Turki sudah selesai?" tanyaku.

Zahra membalikan badannya, menatapku dalam hingga aku merasa tak enak. 

"Obat sakit hatiku adalah ilmu, jadi saat aku sakit hati dan kecewa karena dicampakkan begitu saja, maka aku mencari obat itu meski harus jauh dari kedua orang tuaku setidaknya mereka tak akan melihatku menangis setiap malam karena sakit hati ini."

Aku langsung merasa tak enak hati, ucapannya sungguh mengena ke dalam jiwa, aku tahu itu adalah ucapan sindiran untukku. Ya, untukku lelaki yang membuatnya harus jauh-jauh mencari obat sakit hati. 

"Zahra, soal itu…."

"Maaf, saya buru-buru. Semoga Mas Raihan bahagia selalu bersama istrinya."

Zahra pergi begitu saja, meski sudah kupanggil tapi masih terus saja berjalan tanpa memperdulikan panggilanku. 

Aku menghela napas berat, ingin mengejarnya tapi rekan kerja menunggu di meja makan hingga akhirnya memutuskan kembali menghampiri mereka. 

Di perjalanan pulang, aku terus terbayang soal Zahra. Perempuan itu, ah kenapa begitu sulit untuk melupakannya. Namaku Raihan, aku lelaki beristri dengan usia tiga puluh tahun. Aku baru menikah lima tahun dengan seorang perempuan yang berhasil aku cintai dengan tertatih dan entah sejak kapan perasaan itu mulai tumbuh. 

Sebelum menikah, aku sedang menjalin hubungan serius dengan seorang perempuan bernama Zahra Khaura, dia adalah kakak kelas adikku, Hanifa. Aku bertemu dengannya saat menjemput Hanifa, terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Usia kamu terpaut tiga tahun saja, saat itu aku sedang menjadi mahasiswa sedangkan dia duduk di kelas tiga SMA, aku sering antar dan jemput Hanifa hingga berhasil dekat dengannya, hubungan kami kian dekat setelah dia memutuskan kuliah di tempat yang sama denganku. 

Kami menjalin kedekatan tanpa status pacaran tapi kami serius, aku semakin dibuat kagum padanya hingga hati ini yakin akan memperistrinya dan hal itu aku ungkapkan padanya menjelang hari wisuda. 

"Aku akan datang meminangmu," ucapku kala itu. 

Perempuan mana yang tak bahagia, akhirnya hal itu terjadi. Aku datang menemui orang tuanya dan menyatakan keseriusan itu, cinta kami seakan segera akan bermuara. Tapi seketika hancur saat aku mengatakan semua itu pada Mama dan Papa. 

"Bisa-bisanya kamu melamar anak orang tanpa bilang sama mama dan papa dulu, kamu sudah lebih dulu mama dan papa jodohkan dengan pilihan papa."

"Apa? Gak bisa gitu dong pa," ucapku kala itu. 

"Semua aset untuk kamu akan papa sita jika kamu membantah, lagi pula perempuan itu tak sepadan dengan kita Raihan."

"Pa, sejak kapan materi jadi ukuran Papa. Zahra itu perempuan baik-baik, dia Sholehah, mungkin memang dia bukan anak pengusaha tapi dia dari keluarga baik-baik, pa." 

"Itu saja tak cukup, sudah papa dan mama sudah mengatur pertemuan kalian. Selesai acara wisuda akan berlangsung ke acara lamaran dan penentuan pernikahan."

"Tapi pa…."

"Silakan renungkan."

Tak ada pilihan lain, bahkan ponselku disita mama. Aku tak bisa menghubungi Zahra saat itu, hingga akhirnya kabar kepergiannya membuatku kian merasa bersalah. Ya, yang kudengar dia memutuskan mengikuti seleksi pertukaran pelajar di luar negeri. 

"Pak Raihan, Pak."

Tepukan di pundak itu menarik bayangan kisah kelam yang terjadi beberapa tahun lalu. 

"Oh, iya. Maaf. Jadi sampai mana obrolan kita tadi."

Aku kembali mencoba fokus di tengah pikiran yang berkecamuk. Zahraku telah kembali, setelah bertahun-tahun lamanya dia kembali, apa ini pertanda dari tuhan untukku menghapus semua kesalahan yang pernah kuperbuat. 

Setelah pertemuan itu, entah apa yang membuatku sangat ingin mengetahui tentangnya. Apa yang dia lakukan di kota ini, tempat yang bukan tempat tinggalnya. Jauh dari tempat tinggalnya butuh dua sampai tiga jam tapi dia ada disini. Apa dia sedang mencariku? 

Sambutan hangat dari istriku, Naura membuatku sedikit melupakan Zahra. Ya, aku memang harus melupakannya, Naura sudah berhasil menyisihkan Zahra lima tahun ini, jangan sampai hanya karena bertemu dengan Zahra tadi justru membuatku melukai hatinya. Bagaimanapun dia adalah pilihan kedua orang tuaku dan selama ini dia melayaniku dengan baik bahkan rela meninggalkan karirnya sebagai pegawai bank. 

Aku berusaha tak ada yang berubah dengan sikapku padanya, meski di belakang Naura aku mencari tahu keberadaan Zahra, sungguh aku dibuat penasaran olehnya. 

Bak doa yang terkabul, aku melihat Hanifa, adikku memposting flayer pembukaan sebuah bukti dengan nama "Khaura Fashion." Aku tahu itu pasti butik Zahra, karena dulu saat bersamaku dia pernah menyebutkan impiannya itu dan aku berjanji akan membantunya mewujudkan itu tapi nyata justru aku menghancurkannya. 

Tapi kedatangannya seolah berkata semua belum terlambat, aku masih bisa memperbaiki semua kesalahanku ini. 

Hari dimana butiknya launching, aku mengirim sebuah buket bunga dengan nama pengirim disamarkan, lalu aku pun menggunakan dress code yang dipakai untuk bisa mengunjungi butiknya, kebetulan sedang meeting dengan klien di mall itu agar aku bisa dengan mudah masuk aku pun mengajaknya buat ke butik itu. Klien itu pun tak menolak, hingga aku punya kesempatan untuk bertemu dengan perempuan itu. 

Ada sambutan berbeda saat aku pulang, Naura terlihat dingin meski mencoba menghangat, selepas selesai semua aku mencoba menanyakan ada apa dengan dirinya. 

"Zahra Khaura itu siapa Mas?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Naura mampu membuatku bungkam, hal yang selama ini aku simpan darinya justru harus terbongkar, dari mana dia tahu soal perempuan yang pernah singgah di hati ini? Sekarang apa yang harus aku katakan padanya.

"Simpan semua penjelasanmu di depan ayah dan ibuku, besok antarkan aku pulang."

Bak disambar petir, sesakit itukah hati Naura mendengar nama itu? Aku belum melakukan apapun, baru bertemu sekilas lalu mengirim buket bunga, saat datang ke bukitnya pun dia enggan bertemu tapi rasanya aku sudah melakukan kesalahan besar di mata Naura, hingga dia ingin  dipulangkan. Atau jangan-jangan….

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 42

    "Mas."Clarissa akhirnya mengalahkan egonya untuk tidak menyapa suaminya, sejak obrolan tentang ibu Raihan. Clarissa memilih untuk bungkam, percakapan dengan Kania tadi malam sungguh membuat Clarissa kian bertambah pusing. Kenapa pada akhirnya orang-orang di masa lalu kembali hadir saat kehidupan mereka sudah membaik."Iya, dek." "Mas, soal ibu."Raihan menatap Clarissa dalam, dia sudah pasrah dengan apapun keputusan Clarissa karena mungkin Raihan sadar bahwa selama ini keluarganya sama sekali tak pernah peduli padanya. Lalu mendadak kembali hadir setelah semua yang dilalui oleh mereka berdua. Raihan sadar tak mudah jadi Clarissa yang dinikahinya secara sembunyi-sembunyi, melewati masa sulit saat Raihan di penjara. Clarissa sempat ingin menyerah tapi akhirnya tetap bertahan, menemani Raihan hingga titik sekarang dan mereka sudah meresmikan pernikahan secara negara juga. Semua kepahitan hidup yang sudah dilewati oleh Raihan tak lepas dari dukungan dan kehadiran Clarissa, kini semua

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 41

    "Kamu gak perlu jawab, dek. Harusnya aku tak perlu bertanya hal itu."Raihan berdiri lesu, lalu berjalan meninggalkan Clarissa yang masih mematung terdiam mendengar pertanyaan suaminya disusul pernyataan barusan. Belum sempat dijawab, Raihan sudah mengambil kesimpulan sendiri. Tapi jika bertanya dalam hatinya pun mungkin memang hal itu, bagaimana tidak sama sekali tak terbayang jika harus ada orang lain dalam kehidupan mereka tinggal satu atap. Selama ini meski sederhana Clarissa merasa tenang menjalani hidup bersama Raihan dan dua orang anaknya. Di tepi ranjang Raihan terduduk, pandangannya jauh ke luar kamar lewat jendela yang sengaja dibuka setiap pagi hingga sore oleh Clarissa agar udara berganti katanya. Raihan kembali mengulang pertemuan itu, pertemuan yang sama sekali tak pernah ia bayangkan. Selama lima tahun, Raihan mengira keluarganya sudah hidup bahagia hingga lupa pada dirinya, mereka sama sekali tak peduli dengan kehidupan Raihan. Tapi ternyata Tuhan pun menghukum perbu

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 40

    "Ada apa, Mas?" Clarissa segera menghampiri Raihan yang baru saja pulang dengan wajah lesu, tubuh lemas terhempas ke sofa tengah rumah, kepala menyandar pada sofa, matanya terpejam. Clarissa seolah melihat sesuatu yang begitu berat tengah terjadi pada lelaki yang dia perjuangkan hidupnya selama ini. Berawal menjadi istri simpanan, hingga akhirnya menjadi istri satu-satunya dengan ujian yang tak mudah. Nyaris menyerah dan pasrah dengan keadaan yang menghampirinya. Sejak ketahuan menikah lagi, lalu Raihan jatuh miskin Clarissa membuktikan jika dia mencintai Raihan bukan hanya sekedar pada hartanya, awalnya meragu karena tiga tahun Raihan harus mendekam di penjara artinya Clarissa harus bersusah payah membiayai hidupnya anak semata wayangnya. Kegagalan berumah tangga yang dialami yang Mama membuat Clarissa akhirnya memilih bertahan dan berjuang berkorban membesarkan Kania, putri kesayangannya. Seminggu sekali mengunjungi Raihan memberikan semangat bahkan membantu Raihan untuk bertemu

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 39 (Season 2)

    Bismillah... Ketemu lagi di cerita ini ya, di season 2 kita akan bertemu dengan Raihan dan tentunya dengan kisah cinta pertamanya Zahra. Seperti apa kisahnya? Saksikan ya... *****"Mas Mas Raihan."Raihan sontak menoleh pada sumber suara yang memanggilnya, mata Raihan mencoba mengingat perempuan yang berada di seberang sana, perlahan dia menghampiri Raihan dengan wajah sumringah sementara Raihan masih mengamati wajah perempuan itu. Dan semakin dekat Raihan mulai mengenalinya. "Hanifa," lirih Raihan. "Iya, Mas. Ini aku Hanifa.""Ka-kamu?""Ya ampun, gak nyangka ketemu Mas Raihan disini, Mas kemana aja?" Raihan terlihat senang tapi raut wajahnya perlahan memudar, adik perempuannya itu sudah bukan gadis remaja yang selalu ia manja lagi. Tubuhnya sedikit kurus, dia berhijab dan wajahnya sedikit kusam. "Hanifa, harusnya Mas yang tanya kamu. Kamu, ibu, bapak kalian kemana saja selama Mas dipenjara?" tanya Raihan. Hanifa terdiam, wajahnya menunduk. Dia sadar betul dengan semua kesalaha

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 38

    Aku tak menyangka perempuan itu datang sepagi ini, darimana dia tahu alamat rumah ini? Aku bisa saja mengusirnya dengan cepat tapi Mas Rafli tentu tak akan suka dengan hal itu, hingga terpaksa aku pun menemuinya. "Ada perlu apa?" tanyaku dingin."Mbak, aku tahu mbak dan Mas Raihan sudah bertemu jadi aku mohon jangan membalas sakit hatinya."Aku mengernyitkan dahi mendengar ucapannya, tetiba datang kesini hanya untuk memperingatkan aku tidak membalas sakit hati yang suaminya torehkan ah tidak-tidak dia pun ikut menorehkannya. "Tiga tahun rasanya cukup untuk membuat Mas Raihan akhirnya sadar atas apa yang sudah dia lakukan sama Mbak Naura, begitupun untukku cukup rasanya menerima dia apa adanya dalam keadaan dia tertahan di jeruji besi. Kini aku mohon sama Mbak jangan balas semuanya, lupakanlah mbak semuanya, lagi pula mbak sudah punya suami baru kan."Lagi, ucapannya melantur ke hal yang sama sekali tak pernah aku mengerti alam berpikir hal itu. "Tunggu, maksud kamu datang kesini se

  • NAMA PEREMPUAN YANG KAU SEBUT DALAM DOA   Chapter 37

    Menjadi bagian dalam perjalanan seorang perempuan dari keluarga terpandang tak pernah aku bayangkan sama sekali sebelumnya, aku yang hanya orang kampung lahir dan besar dari keluarga sederhana di sebuah kampung yang sangat jauh dari ibu kota tak pernah sedikitpun bermimpi untuk mendapatkan pasangan dari orang kota apalagi sampai bermimpi mempunya istri orang kaya raya.Hidup besar di kampung dalam sebuah keluarga yang sederhana tapi penuh cinta dan kebahagiaan, lahir dan besar dari orang tua yang sangat begitu perhatian, penuh cinta kasih dan bahkan begitu agamis membuat aku dan adikku satu-satunya tumbuh menjadi pribadi yang diharapkan banyak orang, ya katanya begitu. Di tengah keterbatasan ekonomi setidaknya bapak dan Ema masih punya slot kena pujian orang karena punya anak Sholih dan Sholihah katanya, entahlah sepertinya kedua orang tuaku tak pernah peduli atas penilaian orang lain pada hidup kami hingga hal itu turun padaku. Aku tumbuh menjadi lelaki yang penyayang dan memiliki

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status