Share

Nayanika Hamil?

last update Last Updated: 2025-09-02 06:19:28

Nayanika sudah pindah ruangan. Dia juga, sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan sekarang, sedang diam mematung, saat sebuah gel dioleskan di atas permukaan perutnya.

Apa yang berada di dalam dadanya bergemuruh dengan sangat kencang. Napasnya terasa berat dan saat sebuah alat diletakkan di atas perutnya ini, dia pun merasakan merinding hampir di sekujur tubuhnya.

"Nggak usah tegang. Santai saja ya?" ucap dokter Anita sambil tersenyum ramah. Namun, tidak menghilangkan kegugupan Nayanika.

"Udah belum, dok??" tanya Nayanika, yang sudah ingin sekali bangun dan menyelesaikan praktek yang ia rasa cukup konyol ini.

"Belum. Sabar dulu ya?" ucap dokter tersebut sembari menaikkan sedikit kacamata dengan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya, tengah sibuk bergerak ke kanan dan kiri.

"Oh iya, ini. Sudah keliatan kantong janinnya ya?" ucap dokter Anita dan Nayanika sontak menoleh dan melihat pada layar yang nampak hitam putih itu. 

"K-kantong... Kantong apa, Dok??" Wajah Nayanika pucat pasi. Kedua tangannya terasa dingin dan otaknya seketika menjadi kosong.

"Kantong janin. Calon bayi," ucap dokter itu lagi.

"Masa sih, Dok? Masa iya, Dok?" Nayanika, yang masih belum bisa percaya juga.

"Iya. Coba kamu lihat ini," ucap dokter itu sembari mengarahkan cursor pada apa yang disebutkan olehnya tadi.

"Nah yang ini dia. Sebentar, kita cetak juga ya," ucap dokter itu yang mengambil gambar tadi dalam bentuk lembaran foto.

"Ok baik. Tolong dibersihkan lagi dan sudah boleh bangun juga."

Perut Nayanika dibersihkan oleh Suster dan pakaiannya pun diturunkan kembali. Setelah itu, Nayanika turun perlahan dari atas ranjang pasien dan berdiri saja di sisi ranjang.

"Ayo sini, kita ngobrol dulu sebentar," ajak sang dokter.

Nayanika kembali lagi ke tempat duduk itu. Ia masih terdiam juga. Masih memikirkan, apa yang sedang terjadi mimpinya ataupun bukan.

"Saya tuliskan resep vitaminnya dulu ya?" ucap Dokter tersebut.

"S-saya mual, Dok. Apa ada obat mual dan pusing?" tanya Nayanika, yang teringat dengan kondisinya sendiri di menit-menit terakhir ini. 

"Ada obat untuk mualnya. Saya tuliskan juga resepnya di sini ya?" ucap dokter itu dan Nayanika lagi-lagi diam. Seperti masih belum percaya. Masih merasa bila semuanya hanyalah mimpi. Nayanika benar-benar tidak merasa bila sedang mengandung. Namun, semuanya berubah, saat dia melihat kembali, selembaran hitam putih, hasil pemeriksaan ultrasonografi-nya tadi.

"Ini resep obat dan hasil USG-nya ada di dalam sini ya?" ucap dokter Anita, seraya memasukkan resep obat dan hasil USG Nayanika tadi ke dalam sebuah map. "Nanti, obatnya ditebus di depan. Jangan lupa, untuk dikonsumsi secara rutin. Makan makanan yang sehat dan juga bergizi seperti sayur-sayuran dan juga buah-buahan. Kemudian, kamu bisa kembali lagi ke sini, satu bulan dari sekarang, untuk memeriksakan perkembangan janin di dalam rahim kamu. Apa sudah cukup jelas? Atau, masih ada lagi yang ingin ditanyakan?" tanya dokter tersebut.

Nayanika bergeming sesaat dan melontarkan kata-kata, yang sudah berada di ujung lidah. Tapi sulit juga untuk keluar kata-katanya itu.

"Saya... Em, nggak ada, dok. Terima kasih," ucap Nayanika seraya menarik map yang berada di atas meja dan membawanya keluar dari dalam ruangan itu.

Nayanika berjalan lunglai. Ia melihat ke sekeliling tempat dan menghela napas, lalu berjalan ke arah tempat pengambilan obat-obatan.

Nayanika simpan resep ditumpukkan resep yang lainnya dan menunggu pada kursi yang ada di depan tempat pengambilan obat.

Dia kembali tertegun dengan tatapan mata yang kosong. Ia ingat-ingat kembali, apa yang telah terjadi sebelumnya dan kemudian menelan salivanya yang terasa pahit.

Tidak ada yang tidur dengannya, setelah ia menjadi wanita pengganti di malam itu. Jadi berarti, anak ini, adalah anak...

Nayanika menggelengkan kepala. Ia kembali menghembuskan nafas lagi, lalu menekan dan juga menarik-narik ruang yang berada di antara kedua matanya.

Harus bagaimana sekarang? Bahkan, laki-laki itu saja, tidak pernah tahu, bila dirinya lah yang telah melayaninya di malam pertama. Sekarang tiba-tiba sekali malah hamil anaknya. 

Tapi bicara pun terasa percuma. Ia tidak lupa dan tidak akan pernah melupakan, bila pria itu adalah seorang laki-laki beristri dan sahabatnya sendirilah yang menjadi istrinya.

"Atas nama Nayanika Prameswari," panggil orang yang berada di loket pengambilan obat-obatan.

Nayanika pun bangun dan berdiri di hadapan orang tersebut, lalu mendengarkan setiap ucapannya. 

"Ini vitaminnya diminum dua kali sehari ya, pagi dan juga malam. Oh iya, tolong catat nomornya juga di sini."

Nayanika mengambil bolpoin dan menuliskan angka-angka, yang merupakan nomor telepon miliknya sendiri. 

"Ini, Mbak. Sudah," ucap Nayanika seraya meletakkan bolpoinnya. 

"Baik. Terima kasih," ucap si pemberi obat seraya mengambil kembali kertasnya.

Nayanika membawa obat berserta dengan secarik kertas berwarna hitam dan putihnya itu. Ia pandangi sembari dengan berjalan, hingga orang berjas putih , yang sedang berjalan dengan terburu-buru itupun tak sengaja menabraknya, hingga semua yang dipegangnya jatuh ke bawah.

"Maaf, maaf saya sedang buru-buru," ucap orang tersebut, yang dalam sekejap membuat Nayanika tertegun saja. Suaranya tidak asing. Seperti...

Orang yang memunguti benda-benda yang terlepas dari tangan Nayanika itu nampak tertegun, ketika akan memberikan apa yang sudah ia ambilkan ini. Dahi orang tersebut pun sontak mengernyit, dia melihat selembar kertas hitam putih yang tak asing, yang segera ditarik oleh Nayanika, yang terburu-buru pergi dari hadapan orang tersebut.

"Ayo, Dok," ajak Suster dan orang itu pun kembali melangkah dengan tergesa-gesa. Sementara yang sempat menjauh tadi, kini tertegun sembari mencengkeram apa yang sudah kembali ke tangannya lagi dan saat berbalik, orang yang tadi baru saja berbelok, hingga tak lagi terlihat sosoknya sama sekali.

Nayanika melangkah lagi. Dia segera meninggalkan tempat ini, pergi sejauh mungkin, dari laki-laki, yang baru saja ia temui dan adalah orang, yang telah menanamkan benih di dalam rahimnya.

Malam harinya. 

"Tadi aku bertemu dengan teman kamu. Em, siapa itu namanya?" ucap Abiyaksa sembari mengikat baju tidur model kimononya dan kini, sedang berjalan ke arah tempat tidur dan naik ke atas tempat tidur tersebut 

"Ha? Temen yang mana, Mas?" tanya Meisya yang melihat sang suami dari pantulan cermin di depannya ini.

"Teman kamu. Nay apa itu?"

"Nayanika?" terka Meisya, sembari melihat wajahnya di cermin dan juga mengoleskan krim muka di wajahnya lagi.

"Nah iya. Benar yang itu. Tapi, aku agak aneh. Dia itu, sudah menikah belum ya?" tanya Abiyaksa, yang sontak membuat tangan Meisya berhenti memulas wajahnya sendiri.

"Kenapa emangnya, Mas? Kok tanya-tanya begitu?" tanya Meisya seraya memutar kepalanya dan menatap wajah sang suami secara langsung.

"Tadi, kalau aku nggak salah melihat. Dia itu pegang obat-obatan dan juga hasil pemeriksaan ultrasonografi dengan nama dia di sana. Itu artinya, dia sekarang ini sedang mengandung kan?" ucap Abiyaksa sontak membuat mulut Meisya menganga.

Nayanika... Nayanika hamil???

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bu Imon
nah kan hamil
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Membutuhkan Seseorang

    Nayanika membekap wajahnya sendiri. Ia sedang berusaha keras, untuk menghentikan aliran air yang mengalir deras dari kedua matanya ini. Terlalu sering menahan, sekalinya air itu keluar, malah tidak mau berhenti juga sedari tadi. "Nggak apa-apa. Aku bisa. Aku kuat kok," ucap Nayanika, kepada dirinya sendiri. Tidak ada yang memberikannya support. Maka, dirinya sendirilah yang akan melakukannya.Nayanika terus menerus menarik dan mengembuskan nafas. Ia tenangkan dirinya yang penuh dengan kekalutan. Ia usap lagi pipinya yang basah dan kemudian, ia berjalan pulang kembali ke rumahnya. Setibanya Nayanika di rumah. Dia bergegas masuk ke dalam rumahnya lagi. Dia pergi ke dalam kamar dan melepaskan jaketnya di sana, lalu naik ke atas tempat tidur dan meringkuk di atas ranjangnya itu.Rasa laparnya belum hilang. Keinginannya pun masih belum padam dan sekarang, malah ditambah dengan mood yang hancur habis-habisan. Harusnya tadi, ia tidak perlu keluar. Tida

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Akan Tetap Mempertahankan

    "Kak?? Kakak kok udah pulang jam segini?? Masih sore lho ini, Kak," tanya Mentari, yang sedang menyuapi sang ibunda di teras rumah."Iya. Kakak berhenti, Dek," jawab Nayanika lesu."Kenapa berhenti, Kak??" tanya Mentari."Ada masalah sedikit di tempat kerja. Jadi harus berhenti. Tapi nanti kakak cari kerjaan yang lain kok. Kamu sekolah aja yang bener ya?? Nggak usah mikir macem-macem. Spp bulan ini udah kan??" tanya Nayanika."Iya, Kak. Udah sih, Kak," jawab Mentari yang tetap kelihatan lesu. Ia tidak tahu bagaimana keuangan sang kakak sekarang. Kalau tidak bekerja, siapa yang akan mencari untuk ia dan juga ibu mereka??"Apa Mentari ikut cari uang aja ya, Kak??" ucap Mentari dan Nayanika malah terlihat membuat senyuman masam."Buat apa? Kalau kita kerja semua, nanti siapa yang jagain Mama?? Kamu tinggal belajar aja yang rajin. Masalah kerjaan, biar kakak yang urus. Kakak masih punya pegangan uang lumayan banyak kok. Kamu nggak us

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Kenapa Masih Dihancurkan Lagi?

    "Jadinya mau pesan apa??" tanya Nayanika, tanpa peduli dengan ocehan Meisya tadi."Berikan yang paling mahal dan yang paling enak!" cetus Meisya sambil meletakkan daftar menu ke atas meja dengan agak kasar."Baik. Kalau begitu, ditunggu. Akan segera kami siapkan," ucap Nayanika, yang kini pergi dari hadapan sahabatnya sendiri."Pesan apa, Nay??" tanya Andre yang sudah siap-siap di dapur, untuk membuat pesanan."Mau yang paling mahal dan paling enak katanya," ucap Nayanika."Ah? Ya apa dong??" tanya Andre, karena takut salah."Macha latte sama beef bowl kan??" ucap Nayanika."Jadi, buat itu aja??" tanya Andre lagi."Ya iya," jawab Nayanika yang pergi untuk mengerjakan pekerjaan yang lain, saat customer yang benar-benar customer sudah datang."Ini, silahkan," ucap Annisa seraya menaruh pesanan milik Meisya."Kok kamu yang antar?? Waiterss yang tadi mana??" tanya Meisya dan Nayanika yang sedang mencatat menu bagi pelanggan yang lainnya, pun langsung menajamkan indra pendengarannya, saat

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Dibayang-bayangi

    Nayanika mendorong ibunya yang duduk di kursi roda dan mensejajarkan dengan posisi kursi, yang baru saja ia duduki. Nayanika telan salivanya dan melirik pria, yang sedang membaca rekam medis milik ibunya. Garis wajah yang tegas. Model rambut side part, yang memberikan kesan dewasa dan juga berkelas. Kulit putih dan bibir yang terlihat merah muda, karena pria yang ditatapnya juga bukanlah seorang perokok. Wajar sekali, untuk ukuran seorang dokter, yang pastinya mengutamakan kesehatan. Belum lagi tangannya yang terlihat kekar, dengan urat-urat tangannya yang nampak menonjol itu.Nayanika memejamkan mata dan menggelengkan kepalanya sekali. Saat bayang sentuhan tangan itu, malah terbesit di dalam kepalanya juga. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Jangan membayangkan yang bukan-bukan. Karena kenyataannya, laki-laki yang duduk di hadapannya sekarang, adalah suami orang."Nama pasien, Ibu Renata ya?" ucap pria tersebut sembari menatap Nayanika, yang malah berpaling muka ke bawah."Iya, dok,

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Ingin Mempertahankan

    Kini, Nayanika pun baru berani memutar kepalanya dan menatap sahabatnya, Meisya."Ha? Gimana?" tanya Nayanika."Gugurin anak itu, Nay! Jangan kamu biarin dia lahir! Gugurin dari sekarang juga!!" pekik Meisya, sampai tatapan ngeri itu, Nayanika tujukan untuk sahabatnya ini."Kenapa?? Kenapa aku harus lakukan itu??" tanya Nayanika."Kenapa?? Kamu tanya kenapa??? Jangan tinggalkan jejak apapun! Jangan sampai Mas Abiyaksa tahu, kalau kamu itu pernah tidur dengan dia dan lagi mengandung anaknya!!" seru Meisya, dengan amat sangat menggebu-gebu. Dia yang memulai permainan ini dan sekarang, dia juga yang panik sendiri.Meisya kira, Nayanika akan mengambil uang yang ia berikan. Namun, hal yang selanjutnya terjadi, malah membuat Meisya semakin tidak habis pikir jadinya.Amplop cokelat yang berisi uang tadi, kini malah ditaruh pada dashboard mobil, lalu diikuti dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Nayanika juga."Aku nggak bisa terima itu," ucap Nayanika dan Meisya pun sontak tersenyum masam.

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Perintah Meisya

    "Mas salah liat mungkin!" cetus Meisya."Ah masa? Aku ingat jelas kok mukanya. Dia teman kamu, yang waktu itu jadi bridesmaid kan?? Masa salah orang.""Ya bisa aja kan? Orangnya cuma mirip-mirip," ucap Meisya sembari mengoleskan krim wajah dengan terburu-buru.Abiyaksa bergeming dan mengingat-ingat kembali kejadian tadi. Terutama, di bagian wajah wanita, yang ia temui saat di rumah sakit.Tapi setelah itu, ia menoleh kepada Meisya yang sibuk mengusap wajah dengan krim dan berucap kepadanya lagi."Kamu sudah terlambat datang bulan belum?" tanya Abiyaksa dan Meisya hanya melirik kaku dan nampak tak terlalu peduli, dengan pertanyaan yang Abiyaksa ajukan."Belum! Aku kan baru selesai datang bulan Minggu kemarin!" jawab Meisya dengan sedikit ketus. Abiyaksa menghela nafas. Ia ingin segera punya bayi juga. Tanpa tahu, bila diam-diam istrinya selalu rutin meminum pil kontrasepsi, sedari masih berpacaran. Dia belum terpikirkan ingin memiliki anak. Masih ingin have fun. Masih menikmati masa k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status