Beranda / Romansa / NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama / Kapan Hari Pertama Haid Terakhir?

Share

Kapan Hari Pertama Haid Terakhir?

last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-02 06:17:51

Berminggu-minggu berlalu, Nayanika menyibukkan diri dengan bekerja demi menghalau pikirannya tentang apa yang terjadi di malam itu serta semua keputusan yang tak ingin lagi disesali. Berusaha melanjutkan hidupnya dengan tenang.

Nayanika pergi dengan sepeda motor matic, yang dibelinya juga dari uang yang Meisya berikan untuknya. Uang tersebut cukup untuk biaya hidup juga selama beberapa bulan ke depan. Akan tetapi, untuk terus bertahan hidup dan tidak hanya menghabiskan uang yang ada saja, ia tetap harus bekerja dan sebuah cafe lah pilihannya. Selain jam kerja yang fleksibel. Ia pun juga bisa bergantian dengan sang adik, untuk menjaga ibunya di rumah.

"Nay, tolong kasih ke meja nomor lima ya," pinta salah seorang rekan kerja Nayanika.

"Iya," ucap Nayanika, sembari melipat bibirnya dengan cukup erat. Ada aroma yang tidak terlalu bersahabat, di indra penciumannya. 

Nayanika bergegas dan memberikan pesanan, ke meja yang dimaksud.

"Ini pesanannya silahkan," ucap Nayanika seraya meletakkan pesanan meja itu dan kemudian segera berlari ke belakang, seraya membekap mulutnya sendiri.

"Hoek!" 

Nayanika berjongkok di depan kloset. Ia memuntahkan hampir semua isi perutnya, hingga terasa lega. Namun, ditengah kelegaan itu, kepalanya mendadak pusing. Hingga ia harus segera mencari sesuatu untuk meredakannya. Nayanika keluar dari dalam toilet dan menghampiri temannya, yang sedang membuat pesanan.

"Nis, punya minyak angin nggak? Pinjem dulu dong kalau ada," ucap Nayanika.

"Di loker. Ambil aja nggak dikunci kok lokernya," jawab wanita, yang terlihat sibuk menyiapkan pesanan.

Nayanika secepatnya pergi ke loker. Ia cari nama Annisa dan membuka loker tersebut, lalu berjongkok sambil mengoles leher, pelipis kanan dan kirinya secara merata.

Rasanya tidak kuat bekerja. Ia bisa pingsan, bila terus memaksakan diri. Nayanika kembali mengoleskan minyak angin dengan lebih banyak. Supaya setidaknya, ia tidak merasa terlalu lemas begini dan masih bisa bertahan, untuk kembali bekerja lagi.

"Nay? Sakit?" tanya Andre, yang baru melihat Nayanika dari jarak satu meter saja, namun aroma minyak angin di tubuhnya tercium dengan sang cepat dan juga menyengat.

"Iya. Pusing. Enggak enak badan rasanya." Nayanika menyentuh pelipis kanan dan melakukan pijatan singkat.

"Ya udah. Izin pulang gih. Ngomong sama Bos dulu tapi."

"Ah nggak apa-apa kok. Aku masih kuat kerja!" ucap Nayanika sembari menurunkan tangannya lagi.

"Yee jangan. Nanti kalau pingsan gimana?? Udah sana, nggak apa-apa minta izin pulang. Daripada pingsan. Nggak akan ngomel kok Si Bos."

"Eum, ya udah deh." Nayanika berputar haluan tapi pemilik cafe baru turun dari lantai atas cafe ini dan hendak keluar dulu.

"Nah itu Si Bos. Bos, Naya izin pulang katanya," ucap Andre mewakili.

"Pulang? Kenapa kok pulang?"

"Si Naya sakit. Nanti kalau sampai pingsan di sini kan repot juga, Bos."

"Oh ya udah sana. Pulang dulu istirahat."

"Nggak apa-apa, Pak?" tanya Nayanika.

"Ya nggak apa-apa. Daripada kata Andre tadi, kamu malah pingsan di sini. Apa mau saya anter pulang juga?"

"Nggak nggak usah, Pak. Saya pulang sendiri bisa kok."

"Serius saya. Sekalian saya mau keluar. Nanti daripada kamu pingsan di jalan. Itu muka kamu juga keliatan pucet."

"Nggak apa-apa, Pak. Masih bisa bawa motor sendiri kok. Nanti kalau kerasa gimana-gimana, saya berhenti dulu," ucap Nayanika.

"Oh ya udah kalau gitu. Hati-hati di jalan. Andre, saya keluar sebentar ya? Kalau ada yang cari, suruh tunggu dulu."

"Iya, Bos. Siap!" ucap Andre sembari melakukan gerakkan hormat.

Pemilik cafe pergi dan Nayanika pergi ke loker untuk berganti seragam dan membawa tasnya. Dia berdiam diri di atas motor, untuk merasakan tubuhnya sendiri, kiranya kuat ataupun tidak, bila dipaksakan pergi.

Nayanika menghela napas dan memakai helmnya. Ia melaju hanya beberapa belas meter saja dan berbelok ke sebuah rumah sakit terdekat. Bila hanya ke klinik biasa, ia yakin tidak akan sembuh dengan cepat. Bila langsung pergi ke dokter rumah sakit, ia akan meminta obat yang cukup bagus, agar bisa cepat kembali sehat dan pergi bekerja lagi. Ya, biarpun agak mahal, tapi kalau langsung sembuh kenapa tidak? Kalau ada penyakit yang sekiranya serius pun, ia akan langsung tahu juga kan??

Nayanika turun dari atas motornya dan berjalan dengan agak sempoyongan. Ia berhenti dulu dan menghela napas, lalu melangkah lagi dan mendatangi bagian pendaftaran. 

Sudah mendapatkan nomor antrian di dokter umum. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya tiba gilirannya juga. Nayanika bangkit dari kursi dan masuk ke dalam ruangan dokter.

"Selamat sore, Dok." sapa Nayanika saat melihat dokter yang duduk sambil menunggu pasien barunya.

"Selamat sore. Ayo, silahkan duduk," ucap dokter tersebut sembari tersenyum.

"Apa keluhannya?" tanya sang dokter dengan ramah.

"Pusing, Dok. Mual. Badan rasanya lemas. Terus juga, tadi sempat muntah-muntah. Apa saya keracunan makanan ya?" tanya Nayanika.

"Kalau begitu, ayo, naik dulu. Biar saya periksa dulu," ucap dokter tersebut sembari menyuruh Nayanika untuk berbaring saja.

Detak jantung mulai diperiksa dengan menggunakan stetoskop. Mulut pun diminta untuk dibuka dan dilihat dengan menggunakan senter.

"Sepertinya bukan keracunan," ucap sang dokter sembari mematikan senternya dan menyuruh Nayanika, untuk duduk lagi di kursi.

"Kalau bukan keracunan, saya sakit apa ya, dok??" 

"Kapan hari pertama haid terakhir?" tanya dokter tersebut dan Nayanika sempat mengerutkan keningnya dulu.

Mendengar pertanyaan itu, Nayanika kelihatan bingung. Dia tidak mengerti untuk apa dokter menanyakan hal tersebut. Akan tetapi, kata-kata itu juga, sudah memaksa Nayanika untuk mencoba mengingat-ingat kembali, kapan dia mendapatkan menstruasi.

‘Ah, iya. Kapan aku terakhir menstruasi? Sebelum malam itu? Atau setelah malam itu?’ tanya Nayanika dalam hati. 

Perubahan di wajah Nayanika yang tiba-tiba, tampak dengan jelas di mata dokter. Dokter pun tersenyum dan memahami kebingungan pasien ini.

“Maaf, Dok, saya tidak ingat,” ucap Nayanika tak yakin.

Namun, kepalanya tidak bisa membiarkannya untuk berpikir dengan tenang. Masih saja mencari-cari ingatan waktu terakhir menstruasi.

"Kalau dilihat dari pemeriksaan saya dan penjelasan Anda di awal mengenai makanan yang akhir-akhir ini Anda konsumsi, tidak ada yang salah. Saya rasa, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan ke bagian lain.”

“Bagian lain?” Nayanika semakin bertambah bingung dan sisi lain hati kecilnya pun sedikit merasa takut.

"Iya, bagian lain. Karena sepertinya, Anda saat ini tengah hamil," ucap dokter itu sampai Nayanika mengerjap bingung.

"Mana mungkin, Dok?" Tenggorokan Nayanika terasa tercekat. Ia ingin mengatakan, bila belum pernah menikah. Tapi baru ingat, bila memang pernah melakukannya dan itu, malah bersama dengan seorang pria beristri! 

Oh ya ampun!

"Dok, dokter ini salah kan?? Saya nggak mungkin hamil, dok!" ucap Nayanika bersikukuh.

Dokter memaklumi reaksi Nayanika. Semua wanita yang hamil pertama pun pasti mengalami kebingungan hingga bereaksi seperti pasien bernama Nayanika ini. 

“Kalau begitu, bagaimana kalau saya kasih rujukan ke bagian Obgyn, saya akan menyarankan dokter terbaik di rumah sakit kami. Jadi, Anda tidak perlu mengantre lebih lama.”

Nayanika tentu saja semakin gugup. Saat itu juga, pikirannya pun langsung kosong dan hanya mengangguk untuk menerima semua yang dikatakan oleh dokter.

"Kalau ternyata tidak hamil, kita akan melakukan pemeriksaan lanjutan.”

Nayanika hanya bisa mengangguk saja. Dia belum menikah, sulit untuk berkata jujur dan mengakui. Takut dihina. 

"Sus, tolong antarkan ke ruangan dokter Anita ya?" 

"Baik, dok. Ayo Mbak. Ikut saya," ucap Suster yang kini menggiring Nayanika, ke ruangan yang lainnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Prasangka Buruk

    Abiyaksa mendorong pintu ruangan dan mendatangi Meisya, yang terdiam dengan tatapan mata yang kosong.Abiyaksa telan salivanya lebih dulu dan kemudian datang memeluk, saat istrinya itu menoleh dan genangan air mulai keluar dengan sangat deras dari kedua matanya."Mas... anak kita udah nggak ada. Padahal aku nggak ngapa-ngapain tadi. Tapi kenapa dia pergi begitu, Mas... aku nggak apa-apain dia. Aku cuma pergi ke kamar mandi tadi. Tapi kenapa dia malah pergi..." Meisya menangis tersedu-sedu. Dia benar-benar tak kuasa menahan kesedihan serta kekecewaannya. Padahal sudah seminggu ini tidak pergi kemana-mana. Sudah makan dengan baik dan bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di atas tempat tidur. Tapi kenapa masih juga bisa mengalami kejadian yang tidak pernah ia sangka-sangka ini? Rasa-rasanya, Nayanika malah melakukan pekerjaan yang lebih berat darinya. Dia kelihatan kurus juga. Tapi kenapa anaknya bisa bertahan sampai perutnya besar? Perutnya belumlah sebesar perut Nayanika dan bah

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Kecurigaan Mentari

    "Apa cuma perasaan Mentari aja ya, Kak? Tapi asli mirip banget sih ini. Kayak versi kecil sama versi perempuannya," ucap Mentari lagi."Ya itu cuma perasaan kamu aja," ucap Nayanika yang kini mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya dan tidak mempedulikan apa yang sang adik katakan.Kepikiran sudah pasti. Tapi ya mau bagaimana lagi? Anak itu memang anaknya dia. Jadi kalau pun mirip ya pantas sajalah.Di tengah rasa heran yang melanda, Mentari jadi ingat dengan apa yang dilihatnya tadi."Oh iya, tadi Mentari baru aja abis lihat suaminya Kak Meisya. Dia gendong-gendong Kak Meisya ke IGD. Nggak tahu sakit apa. Tadi Mentari langsung pergi cari makanan sih. Jadi nggak samperin ke sana," ujar Mentari."Oh." Respon singkat yang Nayanika berikan kepada sang adik. Tidak aneh kalau mendengar Meisya digendong-gendong. Tapi sedikit penasaran juga, dengan apa yang mereka lakukan di sini. Hanya saja, tidak terlalu ia pikirkan. Bukan ranahnya dan bukan juga urusannya.Urusannya hanyalah merawat

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Mirip Seseorang yang Tidak Asing

    Sementara itu di tempat yang lain. Abiyaksa tengah yang sempat terlelap sesaat itupun mendadak bangun. Dia segera menoleh ke samping dan sudah tidak menemukan Meisya di sampingnya seperti tadi."Sayang??" panggil Abiyaksa sembari turun dari atas tempat tidur. Dia melihat ke arah kamar mandi yang sedikit terbuka pintunya, lalu mendekati pintu tersebut."Sayang? Apa kamu di dalam?" tanya Abiyaksa yang sudah menyentuh pintu kamar mandi itu, lalu mendorongnya pelan-pelan, hingga tubuh Meisya yang tengah mematung itu terlihat olehnya."Sayang? Kamu sedang apa di situ?" tanya Abiyaksa yang tadinya hanya fokus pada wajah Meisya yang nampak pucat, berantakan dan juga banyak mengeluarkan keringat."Mas, perut aku sakit tadi. Terus ini, tiba-tiba begini," ucap Meisya seraya memutar bola matanya ke bawah dan melihat darah segar mengalir, dari kedua paha dan kini pelan-pelan sampai ke kakinya."Astaga, Sayang!" pekik Abiyaksa yang secepatnya mendekat tapi Meisya malah tumbang dan untungnya tertan

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Pembukaan Lengkap

    Nayanika berada di ruang bersalin dengan jarum infus yang sudah menancap di punggung tangan kirinya. Ia yang tengah merebahkan tubuhnya itupun sesekali mencengkram sisi tempat tidur dengan kencang, saat rasa mulasnya itu datang kembali dan lebih sering."Dek..." panggil Nayanika yang raut wajahnya kelihatan pucat pasi ini."Iya, Kak. Kenapa? Mentari ada di sini kok," timpal Mentari yang berada di sisi ranjang pasien ini."Mama gimana, Dek? Mama nggak apa-apa di rumah?" tanya Nayanika yang masih sempat-sempatnya memikirkan orang lain, daripada keadaannya sendiri. "Mama aman kok, Kak. Kakak nggak usah khawatir, Mentari udah titipin Mama ke temen sekelasnya Mentari kan tadi.""Dia bisa jaga Mama kan? Kalau nggak kamu pulang aja. Kakak nggak apa-apa sendirian di sini," ucap Nayanika sambil menggigit bibir bawahnya."Apa sih, Kak? Kakak butuh ditemenin sekarang. Kok malah nyuruh Mentari ninggalin kakak di sini. Kakak tenang aja, Mama aman kok. Temen Mentari itu baik. Dia juga cuma tinggal

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Pembukaan Dua

    "Oh, Nayanika. Kamu juga sedang periksa di sini?" sapa Abiyaksa, yang baru sadar bila Nayanika duduk sejajar dengannya dan di dekat sang istri."Iya, Mas. Mau check up rutin," jawab Nayanika."Kapan perkiraan lahirnya?" tanya Abiyaksa lagi. "Eum, kemungkinan bulan depan. Bulan depan lahirnya," jawab Nayanika."Cepat sekali ya? Nggak terasa, sudah mau lahir saja," ucap Abiyaksa."Iya. Cuma tinggal sedikit lagi," ucap Nayanika.Meisya hanya diam saja sambil terlihat acuh tak acuh. Dia sedang merasakan sensasi mual pusing dan sebagainya. Malas bicara dan juga malas sekali basa-basi. Toh wanita yang ada di sampingnya tidaklah penting dan sudah tidak lagi menjadi ancaman, karena suaminya tidak akan pernah meninggalkan seorang istri sah yang sedang mengandung darah dagingnya."Antrian nomor sembilan," panggil suster yang baru saja keluar dari dalam ruangan."Ayo, Mas. Saya duluan. Ayo, Mei," ucap Nayanika yang bersusah payah untuk bangun dari kursi dan segera berjalan masuk ke dalam ruang

  • NAYANIKA: Gadis Pengganti di Malam Pertama    Periksa Kehamilan

    Bumi: [Aku bakalan sibuk banget akhir-akhir ini, Nay. Udah mulai susun skripsi nih. Jadi jangan mikir yang macem-macem ya, kalau aku gak ada kabar dan gak dateng ke sana. Tapi kalau kamu ada perlu apa-apa, telepon aja. Ok?]Satu pesan yang masuk ke ponsel Nayanika dan dibaca bolak balik olehnya. Setelah berunding dan mendiskusikan tentang masa depan, akhirnya Bumi kembali pada rencananya diawal. Bereskan kuliah dulu. Bekerja. Baru setelah itu datang untuk meminangnya.Nayanika melakukan helaan napas yang cukup berat. Bukan batal tapi hanya ditunda. Tapi setidaknya, rasa takutnya sedikit berkurang sekarang. Tidak lagi memikirkan bagaimana nanti keluarga Bumi melihatnya. Untuk sementara bisa lega. Tetapi nanti tidak tahu harus bagaimana. Yang jelas, ia mau jalani saja yang ada dulu sekarang. Fokus kepada anaknya ini dan kepada waktu kelahiran anaknya nanti.[Iya. Semangat skripsinya. Semoga berhasil tanpa banyak revisi.]Pesan yang Nayanika kirimkan untuk membalas pesan Bumi. Lalu kemu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status