Share

5

Reza baru saja mengantarkan berkas laporan keuangan pada Devan yang masih serius. Mata Reza menyipit seakan silau melihat antara rambut Devan atau tumpukan kertas yang makin hari makin meningkat.

"Kenapa?"

"Enggak ada. Semangat yaa bro" semangat Reza

"Oh iya van.. Bukannya kamu bilang Hana hanya memiliki satu anggota keluarga?"

Devan menegakkan punggungnya topik yang dibicarakan Reza selaku sekretarisnya memecah konsentrasi dan ia langsung tertarik menjawab.

"Iya benar. Kenapa?"

"Ibunya, tantenya atau kakaknya?" 

"Aku tidak tahu. Anak itu tertutup"

"Makaya diketuk dong, supaya di bukaiin pintu" 

"Ha! Lucu"

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya?"

"Kemarin aku melihat Hana di RSKSP, aku ragu sih kalau itu ibunya tapi sekilas antara mirip sama enggak mirip. Masa iya ibunya?"

"Kamu yakin itu Hana?"

"Yakin banget, tapi aku lupa tanya sama Kanya"

"Yasudah kamu tanyaiin dong. Itu siapanya?"

"Iya bener juga ya. Oke bakal kutanya dan tidak akan kuberitahu ke kamu"

"Apa? Mau gajimu dipotong?" Ancam Devan serius

"makanya aku bilang minta nomor Hana. Kamu enggak pernah mau kasih!"

"Ke-lu-ar!" 

"Bastard"

Reza tersenyum puas mengatai temannya sekaligus atasannya itu. Niatnya semula mengirim pesan pada adiknya yang bekerja sebagai perawat RSKSP terwujud dan butuh waktu 12 menit hingga balasan muncul.

"Ibunya menderita PTSD lebih dari 7 tahun dan pasien senior, yang kutahu kehilangan anaknya bernama Hana" 

Reza tersenyum puas mendapati informasi lebih dari adiknya yang bekerja disana baru beberapa bulan ini. Informasi valid ini ia simpan rapat-rapat, tidak ingin berbagi dengan siapapun termasuk Devan.

Hana....

Perawat Yasmine yang mencuri perhatian Reza sejak awal, gadis cantik yang dengan telaten merawat orang tua bukankah idaman? Yup.. Tipe Reza sekali.

Sayangnya, Hana susah kugapai. Satu orang menghalangiku.

Dilirik ruangan di seberangnya 'Ruang Direktur Utama' sialan itu harus rela diputusi oleh mantan kekasihnya beberapa bulan lalu karena perubahan hati yang masih belum disadarinya.

Spontan Reza memikirkan seseorang lain lagi tapi nampaknya seperti deja vu di tengah hari dimana jam hampir menunjukkan waktu istirahat kedatangan orang. Panjang umur sekali.

Melisa Hwang

"Lisa?"

"Oh.. Hai bang Eza. Apa kabar?"

"Baik. Apa yang kamu lakukan disini?" Dilihatnya tampilan Lisa yang cukup berpakaian sopan, setidaknya bukan pakaian mini sexy yang mampu membuat mata para lelaki bergairah dengan tubuh idealnya.

"Ingin berkunjung saja, sudah lama sekali aku tidak bermain kemari. Ada Devan kan?" Tanya Lisa pada receptionist 

"Ada mba, tapi-"

"Baguslah. Kalau begitu aku akan memberikan ini pada Devan, pasti dia akan istirahat dan makan kan?"

Reza mengangguk dan mempersilahkan Lisa melaju pada ruangan Devan. Ia memberikan senyuman tak masalahnya pada mba Una yang nampak keberatan, ingatkan Reza bahwa Una adalah pengamat garis keras Devan yang memiliki sumber informasi terakurat untuk bergosip ria dengan karyawati di showroom ini.

***

Ingin memaki pada seseorang yang baru saja masuk tanpa mengetuk pintu namun diurungkan lantaran jam kerjanya diganti dengan waktu istirahat, tapi seingatnya Reza tidak pernah masuk nyelonong.

Oh.. Si Lisa.

"Van.. Aku bawa makanan buat makan istirahat kamu" 

"Terima kasih. Taruh saja di meja" lagi, mencoba kembali fokus pada analisis laporannya di meja.

Devan tahu wanita itu tidak akan langsung pergi begitu saja entah tujuan apa yang membawanya kemari.

"Apa ada sesuatu lagi?" 

"Kau- kenapa tidak pernah datang ke apartemenmu lagi? Aku menunggumu"

"Sibuk dan aku fokus merawat eyang di rumah" dumb! Seharusnya aku ganti kodenya, kenapa hal sekecil ini terlupakan?! 

Lisa mengigit bibir bawahnya gugup, jemarinya ia tautkan dan bermain disana banyak hal yang ia ingin sampaikan.

"Kalau kau tidak ada kepentingan lain-"

"Van. Ayo balikan!" 

Pas sekali moment ini dengan kondisi diluar kaca jendela kantor Devan yang tengah berkilat mendung dan kemungkinan akan hujan deras. Kalimat Lisa sebenarnya tidak begitu mengejutkan karena usahanya dari 4 bulan ini selalu menghubungi Devan berkilah bisa menjalin pertemanan.

Ini bukan kali pertama Devan menghadapi situasi seperti ini mungkin 4 sampai 5 kali? Terhitung dari banyak mantannya. Reza adalah sangsi bahwa Lisa satu-satunya orang yang mampu memutuskan sesuatu dengan gamblang karena pikirannya seperti anak kecil, terlalu posesif dan banyak hal yang tidak ia suka dengan kegiatan Devan hingga memutuskan hubungan dengan tegas.

Devan? Jika sudah begitu tidak ada perlu lagi yang dijelaskan dan ia sadar memang sudah seharusnya pisah dari dulu. Kalian berpikir wajah badboy Devan mampu membuat banyak para wanita ingin memilikinya, menjalin hubungan dengannya atau berakhir ke pernikahan. Faktanya dari tampang Devan seperti itu dia cukup selektif memilih orang yang boleh masuk dalam kehidupannya, terpujilah mendiang eyang Danis dan Davian serta Eyang Yasmine yang selalu memberi kasih sayang pada Devan hingga kelakuannya tak ada korelasi dengan wajahnya yang dingin tersebut.

Ngomong-ngomong soal asmara seperti yang disebutkan wajah Devan membuat para wanita berani bertindak lebih jauh agar bisa mendekatinya dan selama ini merekalah yang menyatakan cinta pada lelaki itu, termasuk Lisa. Harus selektif tentunya, baru mencoba hubungan jika Devan merasa tidak nyaman -oh.. Bagian ini yang cukup mengerikan Devan akan marah kalau seseorang memaksanya.

"Jadi sebenarnya Devan itu sosok setia atau enggak sih pak Reza?"

"Emm... Gimana ya, selama aku berteman dengannya dia selalu fine-fine aja jalanin hubungan bahkan cukup lama. Bukan seperti ABG labil yang seminggu, sebulan putus. Mantannya ada 5 termasuk Lisa sekarang terhitung dari zaman dia kelas 10 SMK" 

Mba Una sudah cengar cengir di tempatnya merasa tersipu mendengar cerita Reza tentang atasannya. Kalau sudah begini tidak ada cela untuk Devan dan akan menjadi kabar baik para karyawati yang ingin bertindak lebih jauh, keberanian memang diperlukan namanga juga soal perjuangan cinta. Menyebrangi laut pun dikerjakan -ini berlebihan.

"Aku- aku minta maaf atas perilakuku yang buruk van. Aku merenung beberapa bulan ini dan akhirnya aku sadar aku susah melupakanmu"

Devan mendecih untung Lisa bukan seperti kebanyakan wanita yang lebay 'aku tidak bisa hidup tanpamu' omong kosong, buktinya para mantannya masih bernafas hingga sekarang.

"Lisa, kau suka makan di rumah?" Lisa mengangguk memberi jawaban, wajahnya sedikir berbinar -mungkinkah mengajaknya....

"Kalau begitu makan dan pulanglah" mental breakdown, Lisa seketika murung dan ingin menangis.

"aku sedang sibuk sekarang" 

Hening...

Devan masih mencoba fokus dan sebisa mungkin tidak terganggu dengan presensi Lisa yang murung di tempat duduknya.

"Aku minta maaf van"

"Kumaafkan"

"Devan-"

"Lisa!" Sekali lagi.. Devan bukan tipe orang yang punya banyak stock kesabaran terlebih ketika ia sedang sibuk-sibuknya. Menghentakkan bolpoinnya ke meja dan memandang kesal Lisa dari tempatnya.

"Tidak ada yang perlu kita bahas lagi. Kita sudah putus 6 bulan lalu dan berhentilah menghubungiku"

"Aku sudah tahu akhirnya jadi begini dan maaf.. Kita tidak bisa balikan. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri dan tidak ada waktu memperhatikan orang sepertimu, bukankah aku egois?"

Lisa menangis akhirnya namun buru-buru menghapus jejak air matanya, dirinya berdalih tak boleh lemah di hadapan Devan faktanya sekarang? Ia menyesal menyebut Devan adalah orang yang sangat egois.

"Aku benar-benar minta maaf van"

"Aku belum bilang pada mama papa kalau kita putus. Mereka selalu menanyakanmu, aku sangat menyesalkan hal ini"

Devan mendecak konsentrasinya buyar seketika. Lisa membawa kedua orang tuanya yang merupakan pembawa pengaruh atas pendiriaan perusahaannya, lagipula sudah impas dan komunikasi mereka juga sangat terbatas.

"Aku tidak mau mendengar apapun Lisa! Aku memaafkanmu dan itu jawabannya. Aku juga sadar aku memang egois dan jarang sekali fokus pada hubungan kita, makadari itu tidak ada yang perlu perbaiki lagi ketika kita memulainya seperti semula"

"Sudah, cukup! kedepannya semoga bisa lebih baik. Aku berharap kamu bisa menemukan pria yang lebih baik lagi" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status