10.30 p.m
[Tuan, ini Ditrian. Saya sudah menemukan Nona Christine dan telah mengirimnya ke LA.]"Saatnya berangkat!" gumam Edward tersenyum puas setelah membaca pesan dari anak buahnya.Setelah beberapa hari bertindak lebih tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan keluarganya, Edward mulai beranjak dari kursi yang telah mengurungnya dua hari ini dan terbang ke LA untuk melancarkan aksinya membawa pulang Crystal.Dan semuanya dimulai dari pertunjukkan kecil. Christine.Semantara itu, di Los Angeles ...4.30 a.m.Ting Nong ..."Siapa yang datang sepagi ini, ya?" Melangkah mendekati pintu kamar dengan hati-hati, Crystal mengintip lubang pintu dan melihat seorang wanita dan dua orang pria berdiri di depan kamarnya. "Hah? Kenapa—"Brak."KAU!!!" pekik Crystal, keras.Seorang wanita dengan dandanan menor berdiri menatap Crystal, tersenyum mengejek. "Hai ... lama tak bertemu?"Gaun baby pink mini tanpa lengan yang hanya sedikit menutupi belahan dada dan bokong, dipadukan dengan high heels 10 cm. Crystal langsung bisa mengenali siapa wanita di depannya saat ini. Tak lupa, Crystal juga mengamati dua pria yang berdiri di antara wanita itu. "Apa-apaan ini?""Bagaimana kadonya, Crystal?"Deg.Crystal terdiam membeku. 'Suara ini.'Sejenak, waktu seakan berhenti berputar selama beberapa detik. Tubuh Crystal bergetar mendengar suara itu kembali menyebut namanya. Ia tertunduk menahan diri untuk tidak ketakutan. Namun sayang, respon tubuhnya kurang gesit. Kini, ia telah terkurung dalam pelukan seseorang."Kita bertemu lagi, Crystal!" bisik Edward, sengaja mendekatkan wajahnya ke telinga Crystal.Crystal menutup mata. Tak sanggup bertemu pria ini. Alih-alih merasa lega karna bisa bertemu Christine, ini malah dua kali lipat merasa sial karna bertemu kembarannya itu berarti akan segera mendapat masalah."Kenapa kau, di sini? Lalu, kenapa ... padahal di depanmu adalah calon istrimu yang asli." Suara Crystal bergetar.Mereka semua telah berada dalam satu ruang yang sama di ruang tamu kamar hotel dengan Christine berdiri di depan Edward yang memangku Crystal di sofa."Katakan semuanya, wanita iblis!" titah Edward pada Christine yang menatap kosong lantai di bawah.Christine menghela nafas seraya melirik tangan Edward yang meremas pinggang Crystal sambil sesekali menyesap kaleng bir yang ada di tangan."Yaaa yaa ... baiklah! Nah, Crystal. Kakakku yang hanya beda lima menit, dengarkan aku." Christine buka suara mengawali pertunjukan.'Ini dia. Jadi, mari lihat respon apa yang akan ia berikan.' Edward tak sabar lagi. Ia menatap Crystal yang sangat fokus pada Christine dengan mata penuh penasaran."Crystal ... sebenarnya~ dulu, kau adalah tunangan asli dari Edward Charleston dan aku adalah tunangan suami mu. Adam Herson."Deg.Crystal sampai tersedak ludahnya sendiri saking terkejutnya. "A-apa maksudmu, Christine?""Ya. Kau tidak salah dengar. Kau adalah tunangan Edward. Tapi, aku menukarnya dan ... ayah maupun ibu menyetujui keinginanku." Christine pindah posisi. Ia duduk telentang di sofa sambil sesekali melirik respon Crystal. "Itu terjadi lima tahun yang lalu."Crystal tidak tahu lagi harus berkata apa. Lidahnya kelu. Lima tahun yang lalu adalah waktu dimana Adam menyatakan perasaan pada Crystal untuk pertama kalinya. Namun, sesaat hatinya menjadi curiga. Jangan-jangan saat itu Adam bergerak atas keinginan Christine.Adam, Crystal, dan Christine adalah teman yang berhubungan dekat karna hubungan bisnis orang tua mereka dan Crystal sangat tahu kalau Adam menyimpan rasa pada Christine. Namun, Christine yang ceria dan mudah berbaur dengan siapa saja itu selalu mengelak bila disangkut-pautkan dengan Adam.Crystal cukup mengerti, perasaan Adam pada Christine adalah perasaan sepihak.Sedang, di saat yang bersamaan, Christine malah menyatakan bahwa ia sangat tertarik dengan salah satu putra dari keluarga Charleston, yakni Gallan Charleston. Putra sulung keluarga Charleston yang saat itu berumur tiga tahun lebih tua dari Christine.Itu semakin diperkuat dengan pernyataan Edward Charleston, remaja 15 tahun yang menyatakan bahwa Christine tidak cocok dengan Gallan. Itu adalah pertemuan pertama antara Christine, Edward, dan Crystal yang saling adu mulut tentang siapa yang lebih pantas menjadi istri Gallan. Yang pada akhirnya, Gallan malah memilih wanita lain sebagai kekasihnya."Ahh ... sudah-sudah! Intinya kau tidak cocok menjadi istri salah satu dari kami. Tapi, kalau Crystal sepertinya bisa," timpal Edward tanpa dosa.Saat itu juga, tumbuh rasa iri pada diri Christine karna dibandingkan oleh kembarannya sendiri.Seorang wanita duduk di kursi empuk menghadap jendela dengan gaun tidur super ketat dan kain tipis bertali yang hanya menutupi sebagian kecil dada wanita itu. Udara malam yang mulai dingin membuatnya menarik kain selimut tebal menutupi tubuhnya.Langit malam gelap dihiasi bintang bertaburan lalu ditambah bulan purnama yang bulat sempurna biasanya adalah pemandangan yang siapa pun pasti akan mengatakan indah. Namun, sepertinya tidak bagi wanita itu."Ini adalah pertama kalinya ... aku membenci malam bulan purnama." Wanita itu meneguk bir langsung dari botol lalu membantingnya setelah dirasa tidak ada isinya lagi. "Ahh~ ... mereka benar-benar menikah."Tiba-tiba, datang panggilan dari seseorang. Sebuah nomor tak dikenal memenuhi layar ponsel wanita itu lalu mati dan tak lama pesan baru, masuk.[Christine, kau dimana? Aku ingin bertemu. - Adam.]Kemudian, muncul lagi satu pesan dari nomor yang sama. Melihat itu, Crystal mendengus lalu tertawa kecil. 'Benar, ku gunak
Pernikahan berakhir dengan manis dan lancar tanpa halangan. Para tamu yang kebanyakan dari pihak keluarga pun tidak terlalu banyak drama dan hanya fokus menyalami mempelai pengantin.Christine pun demikian. Sebagai pihak yang paling tidak ingin keduanya bahagia itu ternyata tidak hadir ke acara pernikahan mereka entah apa alasannya. Namun, Crystal tidak mempedulikan itu dan memilih fokus pada apa yang ada di depannya saat ini.Pesta berlangsung hingga malam. Edward tiba-tiba mendapat telepon dari seseorang. Ia pun pergi dari panggung meninggalkan Crystal yang hanya bisa menghela nafasnya, pelan.'Huh! Bukankah ini curang namanya. Dia memintaku harus profesional menjalankan peran, tapi dia sendiri tidak bisa bersikap baik padaku yang merupakan istri bisnisnya.' Batin Crystal sebal.Sampai acara makan-makan dengan keluarga selesai, Edward tidak kunjung kembali. Crystal pun terpaksa harus menyusul Edward ke tempat yang mungkin dikunjungi pria itu karna pihak keluarga Ch
Pendeta, Crystal, dan Ditrian menatap Edward dengan wajah tegang dan kaku. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat saat ini. Tanpa diperintah, Ditrian segera mundur ke belakang dan pergi dari altar. Sebelum pergi, ia berkata pada Edward. "A-akhirnya anda datang, Tuan Muda ...." Suara Ditrian bergetar.Edward melepaskan topi yang menutupi kepalanya dan membuangnya asal. Lalu naik ke altar dan berkata pada pendeta. "Ulangi!""Apa!?" Pendeta itu terpaku."Kubilang, ulangi upacaranya. Aku adalah suami asli wanita ini. Cepat!" Edward menatap sengit pendeta itu. Edward segera menarik cincin yang terpasang di jari manis Crystal lalu membantingnya dengan keras ke depan para hadirin.Lagi-lagi semua orang terperanjat. Crystal sendiri sudah tak tahu lagi bagaimana ekspresi wajahnya sekarang. Edward benar-benar sangat berani dan tindakannya sudah di luar batas nalar."B-baiklah! Tuan Charleston!" Pendeta pun hanya bisa menghela nafasnya.Upacara berlangsung dengan suas
Di sebuah ruangan penuh dengan bercak darah dan barang-barang rusak yang berserakan di sana sini. Buku, berkas-berkas yang sepertinya penting, lalu yang paling menonjol adalah dua orang yang tengah bergulat dengan permainan pertahanan fisik yang pada akhirnya di menangkan oleh salah satu dari mereka yang menundukkan pihak musuh dengan pistol.Suasana mencekam terasa lebih menggila saat pria itu menyeringai tajam."Kau tak mau mengaku?" Edward berdiri di atas tubuh seseorang dan menodongkan pistol tepat di dahi orang itu."K-kau! A-anak buah ... Snake-B! Bagaimana kau bisa ada di sini?!" jerit seorang pria yang terlentang di tanah dengan tubuh bersimbah darah."Ayolah! Aku sudah enam hari di sini. Aku harus pulang dan menikah!" desis Edward mengeluh lelah.Terdengar suara tawa dari belakang. Edward pun menoleh dan seketika menatap sinis seorang pria yang duduk dengan santai menikmati rokok di tangannya."Pulanglah! Aku akan mengurus sisanya," ucap pria itu ber
Di atas pesawat, dengan tangan kanan memegang kukis dan tangan kiri memegang bungkus plastik, Edward tak berhenti tersenyum menatap ke depan. "Lihat, kan? Berbisnis dengan wanita ini sangat memuaskan. Dan kalian masih bertanya kenapa aku segila itu mengejarnya?" gumamnya dalam.Kukis habis. Edward melipat bungkus plastik itu se-rapi mungkin dan memasukkannya ke kantong jaketnya. 'Sial, semakin dipikir semakin aku ingin membawanya.'Sementara itu, di kediaman utama Charleston."Saya sedikit mendapat informasi tentang Nona Crystal. Dari yang saya dengar dari kesaksian para pelayan dan pegawai di kediaman tuan muda, Nona memiliki kepribadian yang sangat baik dan ramah. Pagi ini pun ada insiden di mana nona memaafkan sikap tuan yang meninggalkan beliau tanpa pamit. Bahkan Nona memberi kukis buatannya untuk tuan muda."Mendengar itu, Sandrina kembali memijit kepala dan menghela napas berat. "Sudah kuduga, akan sulit bila lawannya adalah Crystal. Putri Delon yang satu ini memang terancang s
"Lapor, Tuan! Penjagaan ketat Nona sudah dimulai. Lalu, saya baru saja mendapat kabar dari rekan saya. Dia bertemu pria asing yang memperhatikan Nona dari atas pohon saat Nona jalan-jalan pagi di taman. Kami sedang dalam proses pengejaran." Ditrian melapor pada Edward yang sedang sibuk memakai dasi.'Sudah dimulai ternyata. Sial, aku sedikit lengah.' Batin Edward kesal."Di mana wanita itu sekarang?" Edward menoleh menatap tajam Ditrian.Ditrian cukup terkejut dengan tatapan itu. Ia pun menjawab dengan cepat, "Nona sedang sibuk dengan laptopnya di ruang tengah."'Dia sedang sibuk dengan acara pernikahan. Bagus, tetaplah tenang seperti itu, Crystal.' Edward sedikit lega mendengarnya."Ah, saya lupa bilang. Tadi pagi, saya mendapat pesan dari Nyonya Marry."Edward mengeryit. "Ada apa?""Nona Crystal ingin makan siang bersama anda." Ditrian agak ragu mengatakannya. Pasalnya, apakah waktunya cukup karna Edward harus segera meninggalkan Miami dan terbang ke California beberapa saat lagi.E