setelah fauzan datang kerumah kemarin, ibuku mempertanyakan perjanjian seperti apa yang akan aku ajukan, beliau khawatir perjanjian yang akan aku buat itu mempersulit calon suamiku.
setelah sholat magrib ibu menghampiriku yang sedang menggantungkan mukena merah jambuku. " nak, apakah mengajukan persyaratan tersebut harus di utarakan?" tanya ibuku jawab dengan lembut pertanyaan ibuku tersayang ini."ibu enggak usah khawatir ya.. kalo jodoh tidak akan kemana. perjanjian yang uci ajukan tidak akan memberatkan fauzan, dan insyaAllah justru untuk keharmonisan rumah tangga kami kelak,bu."kataku sambil memegang kedua tangan sepuh ibuku. kami saling tersenyum.keesokan harinya, nampak mobil putih mendarat, diparkiran depan rumah kayu kami yang sederhana. ku lihat melalui jendela, nampah calon suamiku, dan seorang lelaki berdampingan bersama menuju pintu rumahku, diiringi 1 orang wanita, nampaknya itu adalah calon kakak iparku.aku berlari kearah dapur untuk, memanggil ibuku yang sedang menata kue dan minuman untuk tamu spesial kami malam ini."bu, tamu kita sudah datang. silahkan ibu kedepan saja, biar uci yang bereskan semuanya" ucapku. sambil tersenyum manis ibuku yang sudah renta menuju keruang tamu untuk menyambut calon besannya.nampak kulihat dari celah gorden pintu rumahku, ibu mempersilahkan calon besannya untuk duduk. aku menyusul ibu, sambil membawakan beberapa makanan yang sudah kami persiapkan. dengan malu-malu kuberanikan diri untuk melangkah keluar dari dapur. jantungku semakin tak terkendali ketika semua mata tertuju padaku. kucium tangan calon ayah mertuaku, dan kakak iparku. aku duduk bersebelahan dengan ibuku, sambil berbincang saling tanya kabar. tibalah ke momen ini pembicaraan.kami hanya saling memandang, seakan mata saling berbicara, jantung semakin tidak karuan mengingat ini adalah lamaran yang pertama kalinya yang aku hadapi dan benar-benar aku terima dengan sukacita. bukannya sok cantik, selama aku berkuliah semasa almarhum ayah masih hidup, ada beberapa pemuda yang mencoba datang melamar tapi tak pernah diterima oleh ayah, karena aku masih berkuliah. dan kali ini ayah sudah tidak ada hanya ibu tunggal dan satu kakak laki-laki ku yang ada bersamaku. karena saudara laki-laki ku tidak dirumah dikarenakan bekerja di luar kota, kami hanya berdua untuk menyambut kedatangan calon mertuaku.debaranku terhenti sejenak, mendengar ucapan dari calon mertuaku. "uci, apa benar kamu tidak menetapkan mahar untuk pernikahan kalian?"."benar, bah. uci mau langsung akad nikah saja tanpa resepsipun tak mengapa, yang penting punya surat nikah dan memenuhi persyaratan pranikah dari uci saja." jawabku dengan keyakinan. "waah beraatt ini, haha." ucap calon mertuaku sambil tertawa."silahkan kamu ucapkan syarat-syarat tersebut, supaya kita semua mendengar isi dari syarat tersebut, takutnya anak abah tak sanggup. tapi abah yakin uci membuat syarat seperti ini pasti ada tujuannya."lanjut abah. "inggih abah, karena ini adalah ibadah terpanjang uci, dan kepatuhan uci kepada suami, uci mendedikasikan hidup uci untuk suami nantinya, supaya hati ini tenang dalam berumah tangga. uci berharap fauzan sebagai calon suami uci, agar sanggup untuk memenuhi ini maka kita langsungkan pernikahan tapi jika tak sanggup, dengan berat hati uci mundur saja" ucapku.dengan bismillah ku ucapkan syarat yang aku utarakan, untuk calon suamiku."syarat yang pertama fauzan tidak boleh menikah ketika saya masih hidup dan masih sanggup untuk menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri, yang kedua saya ingin setelah menikah kita hidup dan tinggal terpisah dari kedua keluarga kita".setelah aku mengutarakan keinginanku, semuanya terdiam, seakan suasana menjadi hening. ntah apa yang salah dari permintaanku.setelah kuucapkan fauzan merespon syarat yang aku ajukan."maaf sebelumnya ci, apakah tidak berlebihan? untuk yang kedua aku bisa memahami, untuk syarat yang pertama mengapa harus demikian poligami kan halal hukumnya kamu menolak perintah sunah nabi?"ucap fauzan dengan pandangan penuh keraguan.dengan lembut aku jelaskan" persyaratan itu tidak merugikan kamu dan tidak merugikan saya juga. aku ingin yang terbaik untuk saya dan anak-anak saya kelak. apakah syarat ini sangat sulit bagimu??" tanyaku."aku hanya ingin menikah sekali dalam seumur hidupku, aku ingin seperti fatimah yang tidak pernah dimadu oleh sayyidina ali. apakah berat untuk mu?" lanjutku.dia terdiam, abah dan iparku saling bertatapan.ibuku menggenggam tanganku seolah melunakan hatiku yang sedikit kecewa pada calon suamiku, dengan ketegangan yang ada fauzan melanjutkan argumennya, uci benar-benar mengharamkan poligami?itu dosa ci." ujarnya dengan nada sedikit menekan."uci enggak mengharamkan poligami, dari segi mana dari kata-kata uci yang mengharamkan poligami??." tanyaku mempertegas."fauzan bisa menikah, 2 atau 4 sekaligus tidak ada yang melarang, asalkan tidak ada uci diantara istri-istri fauzan tersebut. menikahlah ketika uci sudah meninggal ataupun tidak sanggup menjalankan kewajiban uci sebagai istri, itu saja" lanjutku dengan sedikit berlinang air mata.keinginanku yang tidak ingin diduakan seolah-olah meredam panasnya hatiku, ku coba tenangkan hatiku dengan menata kata-kata agar tidak ada yang tersinggung dalam perdebatan kami. "baiklah, itu persyaratan uci, kalau mampu memenuhi syarat tersebut kita lanjutkan untuk merancang jadwal pernikahan jika tidakpun uci iklas, silahkan fauzan mencari gadis untuk dinikahi yang tidak mengajukan persyaratan apapun" ujarku."persyaratan kamu itu terlalu berat ci, emang sudah tidak ada kah syarat yang lebih masuk akal dibanding kan berpoligami?coba kamu pikirkan kembali masalahnya nampak hal ini jadi perdebatan diantara kalian, kami maunya acara ini tu penuh hikmat bukan perdebatan seperti ini" celetuk calon iparku.""maaf mbak izinkan uci menjelaskan, uci tidak anti poligami. bisa di umpamakan begini, seperti fauzan memakan jengkol dan saya tidak suka baunya, apakah itu artinya saya mengharamkan jengkol? tidak mbak, hanya saja uci tidak suka dengan baunya, itu saja" ucapku.abah terdiam, entah apa yang ada di dalam benak mereka akupun tak tau.melihat ketegangan ini ,dengan bijak ibuku tersenyum mendinginkan suasana ruangan yang panas ini. ibuku mempersilahkan calon mertua dan iparku untuk menyantap hidangan yang sudah kami sediakan."emm... silahkan diminum dulu bah, dan mbak-mbak pasti haus karna dari tadi kita ngobrol melulu" ujar ibuku. "terima kasih bu, ini enak sekali" kata abah sambil mencicipi kue bolu yang kami sediakan.ku lirik ke arah calon suamiku, nampak menghela nafas panjang sambil memikirkan syarat yang aku ajukan.dalam hatiku apakah berat syarat yang aku ajukan itu, sehingga ia begitu kekeh dengan argumennya? dia menatapku dengan mata yang berbinar-binar.entah apa jawabannya aku pun penasaran. dalam hati ada keraguan dan bimbang, apakah akan lanjut menikah ataukah akan menjadi angah-angan semata.nampak wajah dari calon ipar perempuanku nampak ingin berkata-kata, tapi entahlah apakah itu hanya perasaanku saja. awal permulaan konflik mendera kami sebelum pernikahan itu. semakin kacau jika 2 kepala tidak memiliki visi yang sama untuk kelanggengan rumah tangga yang diimpikan.setelah hampir 6 bulan usaha alat kesehatanku berjalan dengan baik. alhamdulillah usaha tidak menghianati hasil dari modal yang kecil kini aku bisa memegang uang hasil kerja kerasku sendiri, dengan dibekali latar belakang pendidikan ilmu kesehatan sedikit banyaknya aku paham dengan apa yang aku perdagangkan sehingga mencapat penghasilan yang lumayan besar dibanding mengharapkan nafkah dari suami yang alakadarnya saja. pelanggan mulai berdatangan untuk memesan barang alat kesehatan dari klinik-klinik swasta, perusahaan dan rumah sakit. singkat cerita hampir 6 bulan ini aku sudah tidak begitu memikirkan perasaanku dengan suamiku, namun kebiasaan baik seperti dulu tetap aku lakukan. melayaninya makan, menemaninya makan dan semua keperluannya selalu aku penuhi tanpa kurang 1 apapun. " sayaang, malam ini abang tidur di rumah ambar ya " ujar fauzan. "iyaa " ujarku tanpa perlawanan " kadang abang malas balik kesana, rumah ambar selalu berantakan dan makan selalu makan roti-roti saja, aba
Pernikahan bang fauzan tinggal menunggu jam saja besok adalah hari pernikahannya. malam ini mata benar-benar tak bisa tidur, entah apa yang menghantui perasaan ini sehingga membuatku susah untuk tidur.malam ini orang-orang sibuk menghias dan mendekor pelaminan untuk bang fauzan dan ambar. ku habiskan waktuku untuk menangis di kaki rab ku untuk memohon kekuatan agar keiklasan hatiku semakin meluas. ku dirikan sholat sepertiga malamku seperti biasa, berjujuhan air mata membasahi sajadah panjangku, ku kadukan segala keluh kesahku ke pada Allah.terbayang di mataku suami tercintaku bersanding dengan orang lain di pelaminan."Ci, kamu baik-baik saja kan? abang mau berangkat ke rumah ambar duluan dini hari ini." ujar fauzan sambil berkemas barang-barangnya." iyaa, nda papa bang" ujarku singkat. padahal kondisiku juga belum membaik. tapi mau berharap apa dengan lelaki yang sedang kebelet nikah lagi." ya sudah, abang berangkat, nanti kamu berangkat sendiri ya ". ujar fauzan sambil mengecup
Dengan kecepatan penuh fauzan menyetir mobil seperti dikejar setan. " abaaangg, tolooong pelankan mobilnyaa. ucii takutt !! uci minta maaff bang". rengekku sambil menangis." diam kau memang dasar perempuan nakal, tak bisa diberi kebebasan sedikit langsung menggoda lelaki lain" ujarnya sambil mencaci maki ku.aku hanya menangis sesegukan. sesampai di rumah ia menarik lenganku dengan keras, hatiku benar-benar takut. ia tampak murka dengan peristiwa tadi." ampun baang, sakiit... tangan ucii sakit baang..." ujarku memohon." begitu kelakuanmu dibelakangku??? tak ku sangka ternyata kau memang perempuan tidak baik Ci !"" enggak baang, izinkan uci menjelaskan. tadi kami tak sengaja bertemu uci mau ketemu sama nia bang untuk minta bantuan acara nikahan abang" ujarku memohon sambil memegang lengannya." haaah dasar jal*aaang !!!! banyak alasan kau !!"PLLAAAKKK.... !!! tangannya mendarat di pipi kiriku
" ci kamu benar mengizinkan abang menikah kan? walaupun abah melarang?" ujar fauzan merayu."iyaa bang. silahkan jalankan pernikahan itu, orang tua ambarpun sudah menerimanya. tapi apa abang tetap melanggar larangan abah?" ujarku sambil mengernyitkan dahi." ah, aku sudah dewasa penghasilanku juga lebih untuk menghidupi dua istri. lagi pula kita kan belum punya anak juga, jadi siapa tau aku dan ambar bisa memberikan anak untukmu?" ujar fauzan sambil tersenyum semangat." o-oh, iyaa tentu saja bang. ya sudah uci mandi dulu" ujarku. sudah tak tahan lagi hatiku sangat panas mendengar ucapannya, langsung aku beranjak dari tempat dudukku.bergegas ku ambil handukku, ku guyurkan air shower sekencang-kencangnya agar tangisku tak terdengar oleh suamiku.Ya Allah ucapku dalam hati begitu tak sempurnanya engkau menciptakan aku, sehingga dari awal pernikahan kau beri aku cobaan yang tak pernah ku pikirkan, sekarang aku tak hamil-hamil menjadi alasan
hari pernikahan suamiku semakin dekat.aku menelpon ibu untuk memberitahu acara perkawinan suamiku itu."assalamualaikum buu?" ucapku."wa'alaikumsalam nak, ada apa telpon malem-malem begini?" ujar ibu." uci mau bilang sesuatu ke ibu, tapi ibu jangan terkejut yaa" ujarku." apa itu nak, bilang saja" lanjut ibu." bang fauzan akan menikah dengan selingkuhannya minggu ini bu". ujarku gugup." apaa??? kamu dimadu? kamu setuju?ya Allaaah nakk yang sabar yaa.." ujar ibu dengan nada terkejut." uci mengizinkan bang fauzan bu, daripada ia berdosa terus-menerus." ujarku dengan air mata berlinang". " tega sekali fauzan itu, biar ibu yang akan ngomong langsung dengannya !" ucap ibu marah." ga usah bu, ibu jangan ikut campur ya. biarkan kami yang menyelesaikan masalah ini." ujarku." apa abah nya tau tentang hal ini??" lanjut ibu." keluarganya sudah tau bu, jadi biarkan pernikahannya berl
hari demi hari sudah terlalui, sakit hatiku semakin membaik. walau kadang jika teringat masalah rumah tangga bisa membuatku meneteskan air mata.ku coba mengiklaskan semuanya..aku percaya jodoh adalah takdir yang bisa dirubah, jika ingin bahagia maka harus belajar mengiklaskan. umpamanya pohon. jika ada dahan yang usang harus segera di potong agar tidak merusak sel-sel pohon yang lain, dan membiarkan supaya ada dahan yang tumbuh baru.malam kian larut, jam dinding menunjukkan pukul 01.00 wib. bang fauzan belum juga pulang, seperti biasa aku menunggunya di sofa ruang tamu dengan segelas kopi vanilla hangat." kenapa jam segini belum pulang ya?" ucapku agak cemas. ku ambil handphone ku dan ku telepon nomor suamiku itu.walaupun menyebalkan tapi aku masih peduli dengannya. mungkin karena kebiasaanku selalu mengkhawatirkannya." bang, kamu dimana? kenapa belum pulang?" ujarku." ini sudah dekat rumah sayang,