setahun telah berlalu, pernikahan yang kami jalani seakan hambar. sikap suamiku yang semakin dingin membuatku, semakin merasa bersalah. kucoba untuk memperbaiki semua, agar suami memaafkanku. namun tetap saja, sikapnya semakin hari semakin membuatku tak berharga sebagai istrinya.
kebetulan hari ini suamiku libur kerja, nampak ku lihat ia sedang duduk disofa sambil memainkan handphone nya.ku hampiri ia dengan niat hati ingin mencoba mencairkan suasana hati kami yang sudah lama membeku. semenjak kejadian malam pertama, tak pernah lagi bercanda romantis, kadang hanya saling diam-diaman saja, hanya berbicara seperlunya." abaang,... kita jalan-jalan yuk sayang, uci udah lama ga jalan-jalan sama abang, bosan rasanya di rumah terus, abang kan udah libur kerjanya". ujarku manja sambil memeluk lengan suamiku." maaf abang ga bisa, besok harus lembur" jawab nya , sambil menepis pelukan tanganku dari lengannya. ia beranjak menuju kekamar tidur dan berpindah tempat dengan melanjutkan main hp nya.Deg... sakit...tertampar rasanya, atas penolakannya. seketika dada terasa sesak, ku coba tarik nafas panjang untuk melonggarkan dadaku yang sesak, atas perlakuannya itu. penolakan yang selalu aku alami selama ini, terus berulang-ulang, seakan aku tak berharga dimatanya.seakan tak menyerah tetapku perjuangkan agar hati suami yang sangat aku cintai itu menjadi luluh.ku langkahkan kaki menuju dapur, sambil mempersiapkan hidangan makan malam dimeja makan. kusiapkan dua centong kecil nasi dan sayur rawon, yang masih hangat di piringnya, dan segelas air minum tak lupa juga beserta kerupuk. ku letakkan 1 botol obat magh di samping gelas air minumnya.memang sejak lajang suamiku sudah menderita sakit magh, sehingga pola makannya harus benar-benar aku jaga." abaang sayang, malam ini uci masak rawon kesukaan abang, kita makan dulu yuk.. nanti maghnya kambuh kalo abang nda segera makan" ucapku yang berdiri di depan pintu kamar sambil menyunggingkan senyuman manis. niat hati ingin makan bersama di meja makan, tapi jika aku duduk di meja makan ia pasti lebih memilih makan diluar dibanding duduk satu meja denganku.ucapku tak di gubris, dia mendengar tapi tidak didengar. aku heran kenapa ia begitu tahan dengan diam seperti itu. bahkan aku seperti hantu yang tak nampak di matanya.dada rasanya sudah membatu menahan bengkaknya rasa kesal dengan tingkahnya. kembali ku ke atas meja mengambil piring, mengambil sesendok nasi dan kutuangkan sayur rawon di piringku serta gelas berisi air putih. ku lajukan kakiku menuju kursi sudut didapur belakang.dapur rumah kami memiliki tembok sekat antara kabinet dapur dan meja makan, aku tepat duduk di ujung kabinet tempat aku biasa duduk menunggu masakanku matang.aku mengalahkan egoku demi kekasih hatiku, walaupun kadang terasa sakit. aku masih sabar agar ia tetap memakan masakanku dibanding makan diluar rumah, setidaknya ada penghargaan sedikit walaupun aku tak dianggap olehnya.dari balik tembok ku perhatikan nampak suamiku menuju meja makan dan duduk menghadap nasi yang sudah ku sediakan. ia makan sendiri tanpa melirik sedikitpun ke arahku yang sendirian disini.ya Allah..dadaku rasanya dongkol..sambil menepukkan telapak tangan di dada.tak terasa air mataku luruh membasahi pipi, nasi yang aku kunyah seakan tak sanggup aku telan. tenggorokan rasanya menyempit, mata terasa panas. air mataku membanjiri piring yang aku pengang. rasanya memilukan. aku bak sampah yang tidak berharga dimata orang yang aku cinta.--------mendengar suara mobil suamiku, seperti biasa aku selalu membukakan pintu dan berlari kecil ke arah pintu depan rumah. dalam benakku, tak biasanya suamiku pulang lebih awal seperti ini. ada apa?fauzan merasa tubuhnya tak enak, sehingga hari ini izin untuk pulang saja. sesampai memasuki halaman rumah dan memarkirkan mobilnya, nampak ia berjalan dengan lunglai keluar dari mobil. melihat keadaanya wajahnya yang pucat, dengan cemas hatiku tak terasa langsung mengejar kearahnya dengan tergopoh-gopoh ku peluk tubuh lunglai suamiku itu."abaaang... abaang... abaang kenapa???" tanyaku dengan cemas. sambil ku papah menuju kamar tidur. nampak keringat dingin bercucuran di kepalanya membuat ku semakin kebingungan."perut abang sakit, kepala rasanya pusing, perut rasanya bergejolak, tadi sempat muntah berkali-kali" jawabnya sambil meringis. "iyaa sayaaang, sebentar yaa uci ambilkan obatnya" jawabku. sambil memposisikan tubuhnya untuk senderan didipan agar posisi abdomennya lebih rendah dari ker
aku hanya menghela nafas, mengingat perkataan suami dan kakak iparku. serba salah jadinya, ego suamiku begitu tinggi susah untuk mengajaknya mengomunikasikan kemarahannya terhadapku. sudah setahun ini, sikapnya tak pernah baik padaku.ku beranikan diriku untuk mengajak suamiku untuk mengutarakan kesalahanku dalam mengurusnya selama ini. huft.. bismillah ucapku dalam hati.."abang... maaf, apakah uci bisa ngobrol sebentar sama abang?ini penting sekali bagi uci bang. lantasku" sambil duduk di sampingnya."tidak ada yang perlu dibicarakan !" ujarnya dengan tegas."sekali ini saja bang, uci mohooon... ". ucapku dengan perasaan penuh harap." abang capek ! sudah sana jangan dekat-dekat. kerjakan saja pekerjaan rumahmu jangan ganggu aku" ujarnya dengan sedikit emosi.aku hanya terdiam dan tertegun mendengar hentakan suaranya dengan mata yang berkaca-kaca.------keesokan harinya..seperti biasa ku sediakan sarapan dan pakaian kerjanya. nampak suamiku keluar dari kamar mandi, wajahnya terl
***orang yang paling kucinta, ku rawat, ku jaga, ku sayangi sepenuh jiwa. bahkan nyawaku sudah ku serahkan di tangannya. ternyata dia yang menyakiti hatiku begitu dalam." berhenti menangis !! sekarang silahkan, lakukan saja apa yang kau mau. mau tidur dengan lelaki lain, it's okey silahkan !" ujarnya."cukuuuuppp !! hentikan ocehanmu bang !!" teriak ku sambil menutup kedua telingaku. "itu yang mau kau dengarkan? itu alasan kenapa selama ini aku diam !!! aku muak hidup dengan mu yang penuh kemunafikan !! " lanjutnya."tolong baang hentikaan !!!!" ucapku memohon."hentikan??hahaha. aku sadar aku bukan lelaki pertama yang menidurimu. aku hanya menikahi barang bekas dari orang lain. katakan siapa lelaki yang mendahului akuu ?!!" ucapnya dengan kasar tepat didepan wajahku, sambil menggoncang-goncangkan tubuh kecil ku.tangisku semakin meledak menghiasi rumah kami.........mataku rasanya membengkak...." demi Allaaaah..... demi rasullullah...., tak ada tangan lelaki manapun yang pernah me
ucapannya sungguh menyakitkan. orang yang di bangga-banggakan oleh ibuku, ternyata orang yang telah menyakiti putrinya. menyakiti begitu dalam. tajamnya kata-kata membuat hatiku lumpuh seketika." intinya aku sudah bosan !! kau perempuan haram tak pantas menjadi pendampingku ""apa maksud abang !, selama ini aku cukup sabar bang aku tidak mengerti apa yang membuat mu sebenci ini padaku?! dulu abang yang meminta uci sebagai istri abang, kenapa sekarang jadi seperti ini??! " ucapku sambil menghapus air mata dipipiku.praaaangggg.... !!!vas besar hiasan kamar dibanting oleh bang fauzan di hadapannku."aagh... "ucapku. serpihan vas itu mengenai punggung kakiku. ku lihat darah mengucur dari robekan luka itu." kau sudah tak suci saat menikah denganku, dasar perempuan penipu !!, begitukah orangtua mu mengajarimu??! sungguh hina sebagai perempuan !. kau jadikan jilbab lebar mu itu menjadi topeng kemuslimahanmu untuk menipu para lelaki.
Dengan hati yang berat...ku langkah kan kaki keluar dari rumah yang selama ini aku tinggali bersama suamiku. air mata masih saja tak mau berhenti kala ku ingat perlakuannya.ia mengusirku dari rumah dengan hujaman kata-kata yang melukai hati...ku ayunkan langkahku dengan terpincang-pincang dengan perlahan.goresan luka di kaki membuatku berjalan melambat, sambilku gotong koper besar berwarna merah jambu ku, menuju pintu gerbang rumah.taksi telah menunggu didepan gerbang.tak ada keraguan lagi.. dalam benakku hanya terpikirkan alasan apa yang akan aku utarakan kepada ibuku nanti. pasti ia akan marah besar, jika tau aku meninggalkan rumah suamiku.setelah sopir memasukkan koper ke dalam bagasi mobil, aku segera mengeluarkan handphone dari tas kecilku. aku mengurungkan niat untuk pulang kerumah ibuku. jika ku ceritakan pasti akan menambah pikirannya saja. mengingat ibuku sudah renta, terbersit di hatiku untuk menelpon sahabatku saja.ibuku sudah terlalu tua untuk diberikan beban pi
jam menunjukkan pukul 00.05 wib, fauzan pulang turun dari mobil dan membuka pintu gerbang rumahnya. Ia berdiri sejenak dihalaman rumah, menatap kearah rumah yang gelap gulita. Tak ada penerangan sama sekali.selesai memarkirkan mobil di garasi, ia mempercepat langkahnya menuju ke arah pintu depan. Bergegas ia membuka pintu dan segera masuk ke dalam rumah yang sunyi dan gelap.tangannya perlahan menyusuri dinding rumah, untuk mencari saklar lampu yang ada di tembok. Setelah itu menyalakan seluruh lampu ruangan.berlari kecil ia menuju ke arah kamar, tempat kami beradu argumen tadi pagi. dibukanya daun pintu kamar, tampak tak ada siapapun disana, hanya pecahan vas yang masih ada bekas darah luka istrinya tadi pagi.Jantungnya mulai berdebar...Perasaan tak karuan menghantui perasaannya.Ia berkeliling rumah untuk mencari istrinya, tapi tak ada.fauzan teringat bahwa perkataannya tadi pagi sangat melukai hati istrinya. Penyesalan mul
setelah memasuki halaman rumah nia, fauzan bergegas mengetuk pintu rumah. wajahnya nampak penuh harapan, agar segera menemukan istrinya." assalamualaikum...... assalamualaikum..... niaa, ini aku fauzan, tolong buka pintunya". sambil mengetuk pintu.nia bergegas membangunkanku yang sedang terlelap. sontak saja aku juga ikut terkaget..." ada apa sih niaa??" ucapku sambil menguap"ada suara fauzan di luar" bisiknya lirih." ya Allah.. kamu saja yang membuka pintu, jawab saja aku tak ada dirumah kamu". jawabku menengkan sahabat baikku itu." iya-iyaa, awas kamu jangan keluar yaa... biarkan dia kebingungan biar tau rasa jadi suami !" ujarnya sambil emosi."aku juga sudah tak mau bersamanya". jawabku sambil mengganggukkan kepala.nia bergegas menuju pintu depan, dan langsung membuka pintu." ada apa sih, tengah malam gedor-gedor rumah orang. udah gila yaaa !" ucap nia dengan kasar."apa uci ada disini?? dia tak ada dirumah"ga ada !" jawab nia sambil menutup pintu. tapi fauzan menahan dau
nia sangat murka melihat kelakuan fauzan."pergi kau.. dasar suami tak bersyukur. mau istri seperti apa lagi yang ka mau !!" ucap nia"tolong nia beri aku kesempatan untuk menjelaskan kesalah pahaman ini. "" ooohh, kau mau menjelaskan tentang istrimu yang sudah tidak perawan lagi pas malam pertama, gitu?!!! cukup yaa kau membuat sahabatku sakit, aku tau betul uci orangnya bagaimana. kau lelaki jahat fauzan!!"" i-iyaaa aku tau aku salah nia, izinkan aku bertemu istriku.sudah konsultasi dengan teman dokterku,aku tau bahwa tak semua, perempuan punya 'hymen' aku sudah mengertiiii, hanya karna itu aku menyakiti uci.... tolonglaah niaa..... aku mau menebus kesalahanku selama ini" sambil memelas"cukup!! uci tidak mau bertemu kamu lagi ! sana pulang datangi selingkuhanmu !"fauzan mencoba menerobos masuk kerumah dengan kondisi badan yang basah kuyup sejak tadi."minggir kau, uciii uciiii sayaaaangg ayolahh kita bicaraa...." sambil mendorong nia." sudah gila kau rupanya zan, ini rumahku pe