Share

NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU
NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU
Author: Ria Abdullah

1. nomor

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-05 07:13:20

Tring....

[ Hari ini jangan lupa jemput aku di tempat kerja ya Mas, jam empat sore ]

Suara pesan masuk ke ponsel suamiku, aku yag saat itu sedang menata pakaian kerja untuknya entah kenapa, bergerak membuka ponselnya, lalu detik berikutnya terkejut karena baru pertama kali menemukan sebuah yang terdengar mesra.

Sebelumnya, aku tidak pernah tertarik untuk tahu siapa dan apa isi ponsel suamiku, karena kami sudah sepakat berkomitmen untuk saling mempercayai dan privasi adalah sesuatu yang harus dijaga batasannya. Jadi, selama ini aku pernah mencurigainya.

Suara pintu kamar mandi terbuka ....

Mas Arya keluar dari sana, ia menyeka wajah dan rambutnya yang masih dipenuhi titik air lalu tersenyum padaku yang di duduk di pembaringan diliputi perasaan tak nyaman.

"Sarapan udah siap, Sayang?" tanyanya dengan mesra.

"I-iya, Mas," jawabku sambil melirik ponsel yang beberapa detik lalu terlepas di tanganku

"Aku siap-diap dulu," jawabnya dengan gelagat biasa biasa saja.

Aku ingin mencari momen untuk mengambil nomor ponsel yang kulihat barusan namun sayang, Mas Arya memasukkan benda itu ke dalam tas kerjanya.

Ah, aku kehilangan kesempatan di detik terakhir.

**

Selepas kepergiannya ke kantor aku segera berkemas dan menyelesaikan sisa pekerjaan rumah. Masih terbayang di mata bagaimana pesan itu terbaca, ada emoji peluk dan senyum hangat yang dikirimkan nomor dengan photo profil wanita cantik yang menopang dagunya. Manis dan sekilas terlihat elegan.

Sayangnya juga, photo profil tersebut belum sempat kuperbesar karena suamiku hampir mempergoki perbuatan itu.

Selagi sibuk merenungkan itu tiba-tiba sahabatku Bella menelepon.

"Halo, Bel, apa kabar?"

"Halo, Ariska, kabarku baik, kamu lagi apa?"

"Lagi mikirin pesan yang masuk ke ponsel Mas Arya," jawabku.

"Pesan apa itu?"

"Pesan dari seorang wanita yang meminta untuk dijemput di kantornya?" balasku.

"Terus kenapa? bisa jadi itu bos atau teman kerjanya, kenapa kamu jadi khawatir?"

"Aku hanya merasakan firasat berbeda," jawabku pelan.

"Ya ... kenapa gak ditanyain ke Aryanya?"

"Aku belum sempat, karena pagi tadi dia terburu buru, namun aku akan coba bertanya lagi."

"Kamu harus tetap positif thinking dengan suami namanya juga dia yang mencari nafkah dalam keluarga kita, jangan terlalu banyak curiga karena itu akan membuatmu stress dan berpikiran kemana-mana."

"Iya juga sih, lagipula selama ini suami aku nggak pernah bersikap aneh aneh, jadi kupikir dia mungkin hanya sedang berjanji dengan rekan kerjanya," balasku.

"Kalau kamu merasa masih curiga kamu bisa ikuti suamimu sore nanti."

"Iya, juga, aku ingin menjernihkan keraguanku," balasku.

*

Jadi setelah berdandan rapi dan siap mengendarai motor, aku segera menuju ke pusat perkantoran kota, dan menunggu suamiku tak jauh loby utama.

Ia terlihat keluar dari sana beberapa saat kemudian dan langsung melajukan mobilnya, aku tak membuang waktu untuk mengikuti dan anehnya dia malah kembali ke rumah.

Mendapatiku yang bergerak masuk setelah dia, Mas Arya langsung terkejut dan bertanya

"Lho, kamu dari Ariska?"

"Aku habis ngantarin baju buat dijahit ke tailor," jawabku sekenanya.

"Hmm, gitu ya," balasya sambil tertawa. Gelagatnya masih saja sama.

Aneh!

***

Seusai makan malam aku kemudian merebahkan diri di sebuah kursi lalu mencoba membaca baca artikel di media online, mencari cara menghibur diri dan membunuh waktu hingga rasa kantuk mendera.

Terlihat Mas Arya masih sibuk di meja kerja, menggaris di kertas panjang, dan terlihat serius seperti biasa mengerjakan desian gedung pesanan klien perusahaannya.

Sekilas siluet wajah suamiku di bawah lampu kerja masih menunjukkan ketampanan yang sama seperti ketika pertama kali kami berjumpa, senyum, gaya bicara dan bahkan cara membenahi kacamatanya masih sama. Tidak ada yang berubah dan seharusnya tidak ada yang perlu aku khawatirkan.

Kukenal dia sebagai Arya Dirgantara, pria yang mencuri hatiku di awal jumpa dan tiga bulan kemudian memutuskan untuk membawaku ke mahligai pernikahan ini. Kadang sepi, di tahun ketiga belum juga kunjung memiliki bayi, namun ia selaku punya cara untuk menghibur dan membesarkan hati, ibu mertua juga baik, meski sesekali pertanyaan tentang cucu terselipkan, ah, aku kadang merasa gagal jadi wanita.

Ia beranjak dari meja kerjanya dan aku memang menunggu momen itu, satu lompatan berhasil kudapatkan ponselnya namun ketika mencoba membukanya ponselnya dikunci dengan kata sandi.

"Apa? baru pagi tadi bisa dibuka kenapa sekarang di kunci?" batinku bingung.

Di saat yang sama pesan itu masuk lagi dan tertulis,

[Jika kau takut akan istrimu, maka temui saja aku ditempat biasa, kapan pun kau bisa]

Ah, dadaku makin membuncah oleh rasa penasaran yang sama. Tapi, jika aku bertanya, Mas Arya bisa marah karena aku membuka benda pribadinya, namun rasanya tak mampu membendung ribuan pertanyaan yang bergelayut di dada.

**

Minggu pagi setelah berhari-hari memperhatikan gelagat suamiku, akhirnya dia minta izin untuk keluar sebentar ke rumah temannya.

Aku berasumsi bahwa dia akan menemui wanita yang menghubunginya via W******p. Jadi kuizinkan saja dia pergi ke sana, namun aku akan mengikutinya.

*

Kuikuti mobil Fortuner hitam milik suamiku yang meluncur jauh ke sebuah tempat wisata di pinggir kota, sesampainya di sana mobil tersebut dia parkirkan, dan suamiku terburu-buru membeli tiket dan masuk ke dalam.

Di tempat wisata itu, ada sebuah restoran lesehan, di bawah gazebonya, air sungai mengalir di melewati celah-celah batu, sejuk dan memenangkan sekali.

Suamiku yang terlihat mengenakan kaos merah terlihat menunggu dan Tak lama kemudian seorang wanita datang dan memeluknya, mereka terlihat saling melepaskan rindu

Seketika seperti dan sebilah pisau yang menusuk kepingan hatiku, aku merasa ada nyeri di sana, dan karena dadaku perlahan panas melihat tangan mereka yang saling menggenggam, emosiku mendadak membuncah, aku langsung menyusul mereka ke sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
ℹ️®️🅰️
Jgn terlalu memuji suami nanti km kecewa
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    56

    Keesokan hari kuterima pesan dari kantor polisi agar kami datang dan memberikan keterangan. Meski aku masih trauma tapi tidak ada pilihan lain, aku harus menyelesaikan urusan ini agar bisa segera dituntaskan."Kamu sudah siap?" tanyanya ketika aku sedang mengenakan anting."Iya, mari kita hadapi.""Kamu yakin bisa bertemu dengan pria yang sudah nyaris membunuhmu?""Dia mungkin sedang khilaf dan diburu nafsu, Mas," ucapku sambil menyentuh dada Mas Roni dan merapikan dasinya."Tetap saja, dia nyaris membahayakan ibu anakku," balasnya mengecup keningku."Terima kasih telah selalu menjagaku," ucapku."Sama sama, Sayang."Aku dan dia meluncur menuju ke kantor polisi menemui petugas dan memberi keterangan yang mereka inginkan."Boleh saya bertemu dengan Pak Arya?" tanyaku pada petugas setelah mengambil keterangan dari kami."Ngapain sih sayang?" "Mau nanya aja," balasku sambil memberinya isyarat agar aku mempercayainya."Untuk apa?""Mungkin dia ingin bertemu Bilal, Mas," ucapku lirih.

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    55

    "Lepaskan aku, lepaskan!" teriakku berusaha melepaskan diri."Aku tak tahu caranya lagi agar kau bisa tetap bersamaku," ujarnya mencoba mengangkat diri ini dan membawaku pergi."Hentikan, atau aku akan berteriak, dan membuat semua orang terbangun," ucapku di pagi yang masih gelap, kondisi villa yang besar, kamar tidur kami yang berada di lantai dua, agak jauh dari depan sini membuat teriakanku sulit di dengar Mas Roni."Biarkan mereka bangun," ujar Mas Arya sambil menarik tubuhku dengan keras ke arah danau."Kamu mau membawaku ke mana?""Ke mana saja, bila perlu kita akan mati berdua," ucapnya sambil mengikat kaki dan tanganku dengan tali rafia yang dia bawah."Apa yang akan kau lakukan ...?" tanyaku dengan suara gemetar."Lihat saja," jawabnya sambil melilit tali tersebut pada kedua tangan dan tubuh lalu menguncinya ke belakang punggungku, kakiku juga begitu. Kuperhatikan tatapan mata liar dan gerakan tangan gemetarnya yang dilapisi sarung tangan. Dia terlihat akan membunuhku tap

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    55

    "Lepaskan aku, lepaskan!" teriakku berusaha melepaskan diri."Aku tak tahu caranya lagi agar kau bisa tetap bersamaku," ujarnya mencoba mengangkat diri ini dan membawaku pergi."Hentikan, atau aku akan berteriak, dan membuat semua orang terbangun," ucapku di pagi yang masih gelap, kondisi villa yang besar, kamar tidur kami yang berada di lantai dua, agak jauh dari depan sini membuat teriakanku sulit di dengar Mas Roni."Biarkan mereka bangun," ujar Mas Arya sambil menarik tubuhku dengan keras ke arah danau."Kamu mau membawaku ke mana?""Ke mana saja, bila perlu kita akan mati berdua," ucapnya sambil mengikat kaki dan tanganku dengan tali rafia yang dia bawah."Apa yang akan kau lakukan ...?" tanyaku dengan suara gemetar."Lihat saja," jawabnya sambil melilit tali tersebut pada kedua tangan dan tubuh lalu menguncinya ke belakang punggungku, kakiku juga begitu. Kuperhatikan tatapan mata liar dan gerakan tangan gemetarnya yang dilapisi sarung tangan. Dia terlihat akan membunuhku tap

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    54

    "Lepaskan aku, lepaskan!" teriakku berusaha melepaskan diri."Aku tak tahu caranya lagi agar kau bisa tetap bersamaku," ujarnya mencoba mengangkat diri ini dan membawaku pergi."Hentikan, atau aku akan berteriak, dan membuat semua orang terbangun," ucapku di pagi yang masih gelap, kondisi villa yang besar, kamar tidur kami yang berada di lantai dua, agak jauh dari depan sini membuat teriakanku sulit di dengar Mas Roni."Biarkan mereka bangun," ujar Mas Arya sambil menarik tubuhku dengan keras ke arah danau."Kamu mau membawaku ke mana?""Ke mana saja, bila perlu kita akan mati berdua," ucapnya sambil mengikat kaki dan tanganku dengan tali rafia yang dia bawah."Apa yang akan kau lakukan ...?" tanyaku dengan suara gemetar."Lihat saja," jawabnya sambil melilit tali tersebut pada kedua tangan dan tubuh lalu menguncinya ke belakang punggungku, kakiku juga begitu. Kuperhatikan tatapan mata liar dan gerakan tangan gemetarnya yang dilapisi sarung tangan. Dia terlihat akan membunuhku tap

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    53

    Pria itu memang terlihat mencari sesuatu, mondar-mandir di depan gerbang dengan aksen yang begitu gelisah kadang dia mendongak kearah pintu dan kadang juga menatap ke arah CCTV. Aku tidak bisa memastikan bahwa itu mas Arya meski cara jalan dan tinggi badan yang sama.Jujur aku menjadi tidak tenang saja jadinya, karena tahu persis orang yang akan mencariku hanya Mas Arya."Tuan, apa Tuan Roni mau melihatnya?""Iya saya ingin memeriksa CCTV dan sekali lagi jika pria itu terlihat datang silakan buka pintu gerbang dan tanyakan apa keinginannya, jawabnya pada si pelayan "Jangan terburu-buru Mas, bagaimana kalau itu adalah psikopat jahat yang berniat membantai kita semua? bukankah buka pintu adalah hal konyol, kenapa tidak lapor polisi saja?""Polisi tidak akan memeriksa kalau kita tidak punya bukti, minimal kita harus tahu siapa pelakunya dan mengenal wajahnya. Aku berniat untuk menemui pria itu," gumam suamiku sambil berlalu dari depanku."Mas ...."Ah, rasanya mencegahnya sudah tidak be

  • NOMOR ASING DI PONSEL SUAMIKU    52

    Mungkin sebelum ini aku belum pernah datang ke vila yang begitu megah dan indah, rumah mewah berlantai dua yang terletak di bagian paling atas bukit dengan pemandangan hamparan rumput dan bunga warna warni, hijau kebun teh dan sebuah danau di bagian belakangnya, membuat tempat ini seperti destinasi liburan impian.Mas Roni menghentikan mobilnya tepat di pintu utama membunyikan klakson lalu dua orang penjaga kebun dan vila menyambut kedatangan kami. Seorang pria kurus dengan tinggi sedang yang kutaksir berumur 50 tahun dan seorang wanita yang kutebak adalah istrinya. Mereka terlihat menyambut ramah."Oh, tuan sudah sampai?" mereka menyongsong kami ke depan pintu mobil dengan senyum bahagia "Iya, kami baru saja sampai," jawab Mas Roni sambil membuka pintu mobil dan menyalami pekerjanya."Bagaimana perjalanannya, Tuan?" tanya wanita yang sebagian rambut kepalanya sudah memutih."Nyaman dan menyenangkan, bagaimana menurutmu, Sayang?" tanyanya padaku."Iya, Mas, Alhamdulillah, aku cuku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status