Share

Bab 7 Bantuan

Author: Alita novel
last update Huling Na-update: 2023-08-18 14:48:58

Malam ini aku memutuskan untuk tidur di dalam kamar Dinda. Sudah kuputuskan jika aku hanya akan mengambil barang dagangan dari agen distributor sampai kontrak rumah ini selesai. Pemilik rumah yang kasihan padaku mengatakan jika aku bisa memperpanjang kontrak hanya tiga bulan saja. Setelah aku mengatakan rencana untuk pergi dari kota ini setelah kenaikan kelas Dinda.

“Daripada bayar untuk satu tahun terus kamu pergi dari rumah itu kan percuma. Lebih baik bayar untuk tiga bulan saja. Jangan lupa persiapkan uang untuk mengontrak rumah di kota lain juga.” Kata pemilk kontrakan yang bernama Mbak Rini kala itu.

Kutatap wajah Dinda yang sudah terlelap. Memikirkan langkah selanjutnya yang harus aku tempuh untuk ke depannya. Setelah masalah rumah kontrakan ini selesai, aku harus menagih kredit baju para pelanggan. Mungkin untuk para pelangganku yang berada di kawasan rumah Ibu mertua bisa mengerti jika aku mengatakan tidak bisa lagi menyetok baju. Tapi, bagaimana dengan pelangganku yang lain?

Aku belum bisa menemukan solusi hingga jatuh tertidur. Keesokan harinya aku mengantar Dinda ke sekolah seperti biasa. Karena hari ini aku jualan di pasar, aku pergi ke rumah agen tempat mengambil barang dagangan bernama Bu Sumi. Saat masuk ke dalam toko berisi banyak baju, aku di arahkan untuk masuk ke dalam ruang kerja Bu Sumi.

“Loh Arini. Bukannya kamu sudah bayar barang yang kamu ambil kemarin? Mau ambil barang dagangan lagi?” Aku menggelengkan kepala lalu duduk di hadapan Bu Sumi.

“Bukan Bude. Ada yang mau saya sampaikan.”

Aku mengatakan tentang rencana kepergianku tiga bulan lagi. Setelah Dinda selesai menjalani ujian akhir semester. Karena itulah aku tidak akan lagi mengambil barang dagangan dari Bu Sumi. Selain itu, aku juga akan tetap menagih kredit baju pada para pelanggan yang tersisa.

“Kamu nggak perlu khawatir Rin. Jika kredit baju belum lunas, salah satu staff disini yang akan mengurus. Sayang sekali kamu memutuskan untuk pindah. Namun, di sisi lain saya dapat memahami keadaan kamu.”

Bu Sumi menganggukan kepalanya mengerti. Aku hanya bisa terdiam. Banyaknya orang yang sudah mengetahui kondisi rumah tanggaku benar-benar membuat aku merasa malu. Karena memang Ibu mertua dan Yani sering menagih uang di depan umum. Baik di pasara atau saat berpapasan di jalan. Namun, di sisi lain dari mereka juga aku bisa mendapat banyak bantuan.

Mbak Rini sudah meringankan biaya kontrakan agar di bayar untuk tiga bulan saja. Kini Bu Sumi juga bersedia membantu dengan menyuruh staffnya untuk menggantikanku menagih kredit baju pada para pelanggan yang belum lunas. Benar-benar bantuan yang tidak terduga.

“Terima kasih banyak Bu Sumi.”

“Nggak masalah. Oh iya, saya beberapa kali lihat akunmu di beberapa marketplace. Ramai banget ya Rin.” Bu Sumi segera mengalihkan percakapan.dengan menanyakan hal lain.

“Alhamdulillah Bu. Cukup untuk mutar uang buat bayar barang dagangan sama kebutuhan sehari-hari.”

“Kalau begitu gimana kalau kamu juga mempromosikan barang dagangan saya sebagai dropshipper Rin. Kamu juga bisa dapat untung seperti berjualan barang lain.”

Ucapan terima kasih terus mengalir dari bibirku. Akhirnya aku bisa menemukan solusi untuk masalah ini. Setidaknya satu masalah sudah selesai. Di tambah lagi dengan tawaran Bu Sumi membuatku merasa sangat lega. Kini aku punya sedikit penghasilan saat memutuskan pergi bersama Dinda dari rumah kontrakan itu.

“Saya pamit dulu Bu Sumi. Sekali lagi terima kasih banyak. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah itu aku kembali berkeliling untuk menjajakan barang dagangan. Sekaligus menagih kredit baju dari para pelangganku. Karena takut jika Ibu mertua dan Yani akan kembali mengambil uangku, aku segera pergi ke koperasi untuk menyimpan uang. Baru pergi ke komplek tempat tinggal Ibu mertua.

Baru saja aku memasuki komplek itu, aku dapat melihat Mas Eko yang pergi dengan seorang wanita sambil berboncengan motor. Jika di lihat dari penampilannya, wanita itu tampak beberapa tahun lebih tua dari Mas Eko. Sayangnya aku tidak dapat mengikuti mereka karena salah satu pelangganku sudah melambaikan tangan di depan rumah. Membuat aku membelokan motor ke rumah itu.

Satu jam berlalu dengan cepat. Aku hanya mendapat uang delapan puluh ribu saja dari para pelanggan di area komplek ini. Tidak lupa juga dengan beberapa baju yang sudah di bawa tapi di beli secara kredit. Karena haus, aku berhenti di depan salah satu warung yang terkenal murah. Lokasinya yang berada di pinggir jalan besar membuat warung ini sangat ramai.

Saat masuk ke dalam bangunan warung, aku dapat melihat Mas Eko bersama wanita itu. Tidak hanya mereka saja. Bahkan Ibu mertua dan Yani juga ada disana. Karena merasa lapar sekalian saja jika aku memata-matai mereka. Penasaran juga siapa wanita itu sebenarnya.

Setelah memesan makanan di kasir, aku duduk di meja yang berjarak dua meja dari mereka. Hanya saja aku masih bisa mendengar suara orang-orang yang duduk di meja lain. Suasana persawahan yang hijau sekaligus panas menjadi pemandangan tersendiri. Mudah-mudahan saja Mas Eko dan keluarganya tidak menyadari keberadaanku.

“Ngomong-ngomong siapa nama menantu Bu Lasmi itu? Keterlaluan sekali dia tidak mau memberikan uang pada mertuanya.” Kata wanita itu yang bisa aku dengar dengan sangat jelas.

“Namanya Arini. Akhir-akhir ini Arini selalu punya alasan untuk tidak memberiku uang. Padahal sebelumnya usaha Arini cukup ramai untuk membiayai kebutuhan keluarga besar kami.” Saat menolehkan kepala ke belakang, wanita itu tampak menganggukan kepalanya.

“Terus kenapa Mas Eko tidak menceraikannya saja? Lebih baik menikah denganku. Bisa aku jamin jika aku akan memenuhi kebutuhan hidup kalian.”

Apa wanita itu adalah selingkuhan Mas Eko? Jika benar begitu akan lebih mudah bagiku untuk lepas dari keluarga benalu itu.

“Kapan-kapanlah. Kami juga masih butuh uangnya. Kan Nak Sita belum pasti mau menikah dengan Eko. Nak Sita saja masih punya suami kan.” Ya ampun ternyata wanita itu masih punya suami.

“Benar juga sih Bu. Lama banget sih pelayannya. Saya pergi ke kasir dulu. Sekalian mau minta air mineral.”

Begitu wanita bernama Sita itu pergi, Yani langsung mencibir penampilannya yang terlihat sangat tua. Padahal Sita hanya terpaut usia tiga tahun lebih tua dari Mas Eko. Selain itu, Mas Eko mengatakan jika dia tidak mau menikah dengan Sita sebelum wanita itu berhasil merebut harta suaminya.

“Kamu benar Ko. Untuk sementara waktu kita manfaatkan saja Sita dulu. Lumayan agar bisa terus makan enak. Daripada makan ati minta sama Arini tapi tidak pernah di kasih lebih seperti dulu.” Kata Ibu mertua mendukung perkataan kedua anaknya.

Setelah Sita kembali ke meja mereka, Mas Eko meminta sejumlah uang. Sayangnya aku tidak bisa mengintai lebih lama karena makananku sudah habis. Aku sudah pergi ke kasir lebih dulu agar mereka tidak tahu jika aku sedang mengintai. Selain itu, aku juga membungkus beberapa lauk untuk makan siang dan makan malamku dengan Dinda.

Karena hari ini Mas Eko kembali masuk bekerja di sore hari, aku tidak mau dia tahu jumlah uang yang aku dapatkan hari ini. Jadilah uang yang aku bawa pulang hanya terissa lima puluh ribu saja. Aku yang sudah menjemput Dinda dari sekolah segera masuk ke dalam rumah. Seperti biasa aku akan pergi ke gudang untuk meletakan barang dagangan.

Di dalam gudang sangat berantakan. Aku melihat kotak tempat biasa aku menyimpan uang sudah tergeletak di lantai. Dengan beberapa uang logam yang berhamburan keluar. Untung saja sudah lama aku tidak menyimpan uang di kotak itu. Hingga menyiasakan uang logam saja. Tapi, siapa yang sudah menggeledah isi gudang rumahku? Sekarang tempat persembunyian uang sementara di rumah ini sudah di ketahui. Sedangkan aku masih harus bertahan di rumah ini kurang dari tiga bulan lagi.

Aku segera masuk ke dalam kamar lalu membuka lemari yang juga isinya sudah berantakan. Pakaianku yang bagus sudah tidak ada lagi di dalam lemari ini. “Ya Allah. Mereka bahkan juga mencuri bajuku.”

Tidak ada barang berharga di rumah ini selain TV, Kulkas dan sepeda motor. TV dan kulkas masih ada di tempatnya. Jadi, jelas bukan perampok atau pencuri yang masuk ke dalam rumah ini. Berarti pelakunya mungkin Mas Eko, Yani atau Ibu mertua.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lucky Dorkas
hidup udh ngga aman udh aja kabur, cerai beres khan khan udh bs cari uang sendiri
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 95 Akhir Cerita Untuk Semua

    Setelah tangis Gilang reda, Anita baru menceritakan kemungkinan besar alasan Radit adn Dina berselingkuh. Karena mereka berdua sama-sama bohong. Kening Gilang berkerut tidak mengerti mendengar awal mula penjelasan dari kakak sepupunya itu. “Maksud kamu apa Nit? Kenapa Dina bisa selingkuh sama Mas Radit karena mereka sama-sama berbohong.” Tanya Gilang heran sama sekali tidak mengerti dengan apa maksud Anita tadi.“Ya karena mereka sudah berbohong satu sama lain Lang. Mas Radit sudah berbohong pada Dina jika dia adalah pengusaha online yang sukses. Lewat pesannya, Mas Radit membual jika dia mendapat omset yang sangat banyak hanya dari toko online saja. Sayangnya, saat sedang berpacaran dengan Dina, dia sudah menginvestasikan hampir semua uangnya untuk membeli saham. Sedangkan sisanya untuk biaya kebutuhan makanku dan keluarganya.” Belum selesai Anita becerita, Gilang sudah tertawa terbahak-bahak hingga air matanya kembali menetes.Berbanding terbalik dengan tadi saat pria itu terlihat s

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 94 Cerita Anita 28

    Setelah berhasil meredakan amarahnya karena membaca beberapa status Radit di hp milik Sania, Anita menghela nafasnya berulang kali. Ia tidak boleh marah disini. Apalagi marah pada Anita yang sudah berbaik hati menunjukkan tentang status Radit padanya. Itu sama sekali tidak baik dan bisa merusak hubungan mereka.“Aku kirim ke hpku ya San. Nanti akan aku buka blokiran khusus untuk Mas Radit.” Kata Anita setelah amarahnya reda. Sania menganggukan kepalanya setuju.“Iya buka saja Nit. Kamu balas status Radit di sosial media sekalian sertakan bukti yang bisa menguatkan perlakuan Radit padamu. Karena kamu bekerja di perusahaan terkenal, nama baik kamu bisa tercoreng kalau sampai ada yang tahu orang yang di maksud Radit di postingannya adalah kamu. Apalagi kamu juga asisten pribadi Bu Rania.” Anita menghela nafas berat karena masalahnya belum selesai-selesai. “Padahal dia yang melakukan kesalahan selama ini hingga selingkuh. Para warga juga sudah tahu jika Mas Radit berselingkuh dengan Dina

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 93 Cerita Anita 27

    Ada banyak rutinitas yang Anita lakukan seperti biasa sejak pulang ke rumah orang tuanya. Rutinitas yang dulu selalu Anita lakukan sebelum menikah dengan Radit. Bedanya dulu orang tua Anita bekerja di sawah. Sekarang orang tua Anita berjualan bahan makanan di mereka serta keliling kampung dengan menggunakan mobil pick up. Sejak pagi ia bangun saat kedua orang tuanya sudah bersiap pergi ke pasar. Bapak dan Ibu Anita pergi jam setengah empat pagi sebelum adzan subuh berkumandang. Kedua orang tua Anita akan sholat subuh di musola pasar bersama pedagang yang lain. Sedangkan Anita yang juga sudah bangun saat mendengar suara orang tuanya berbincang di ruang tamu segera keluar menuju dapur untuk membuatkan dua teh hangat lalu di bungkus untuk kedua orang tuanya agar bisa di bawa pergi.Setelah itu, ia akan sholat tahajjud dulu sambil mengaji untuk menunggu datangnya waktu subuh. Baru setelah sholat subuh Anita akan mulai membersihkan rumah. Mulai dari meyapu halaman, menyapu seisi rumah, men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 92 Cerita Anita 26

    “Kenapa besan? Apa anda mau menghajar saya di rumah saya sendiri? Cepat hajar saya sekarang juga karena saya sama sekali tidak takut.” Tantang Bapak Anita tidak merasa takut sama sekali melihat wajah besannya yang sudah semerah tomat. Rasanya Bapak Anita ingin kembali melontarkan hinaan pada Radit dan kedua orang tuanya lagi atas semua penderitaan yang sudah di lalui Anita selama ini.“Itu kenyataannyakan. Semua hal yang saya bicarakan adalah fakta." Ibu Anita segera memegang tangan sang suami agar tidak terjadi perkelahian di antara dua pria paruh baya itu. Anita juga menggelengkan kepalanya pada sang Bapak karena ada hal lain yang ingin ia bicarakan dengan Radit.“Silahkan duduk dulu Bapak mertua karena ada hal yang ingin saya bicarakan dengan kalian. Ini terkait dengan urusan harta gono gini yang kalian ributkan dan nasib rumah tangga saya dan Mas Radit ke depannya.” Bapak Anita sudah duduk lebih dulu sambil terus mengangkat dagunya tinggi. Membuat Anita dan sang Ibu hanya bisa men

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 91 Cerita Anita 25

    Malam itu juga sesuai rencana Radit dan orang tuanya datang ke rumah orang tua Anita dengan mengendarai dua sepeda motor yang berbeda. Radit mengendarai motornya sendiri sedangkan Bapak dan Ibunya naik motor yang berbeda. Sepanjang perjalanan entah kenapa Radit begitu gugup jika ia akan di pukuli kali ini. Mengingat jika masalah tentang perselingkuhanya dengan Dina sudah terbongkar dan jadi konsusmi di sosial media. Sudah pasti orang tua Anita dan keluarganya yang lain sudah tahu masalah ini walaupun Anita tidak pernah menceritakannya pada mereka.Suara kedua motor itu terdengar cukup keras saat berhenti samping mobil pick up kecil yang terparkir di halaman rumah orang tua Anita. Mobil pick up yang sering di gunakan untuk orang tua Anita untuk membeli sayur di pasar lalu menjakannya saat hari sudah beranjak siang. Radit lebih dulu turun dari motor lalu di susul oleh kedua orang tuanya. Mereka bertiga sudah berdiri di depan pintu rumah orang tua Anita."Cepat kamu ketuk pintunya Dit."

  • Nafkah Untuk Keluarga Suamiku   Bab 90 Cerita Anita 24

    Saat Gilang menganggukan kepalanya, seketika tangis Bu Surti menjadi semakin keras. Pak Andi mengusap setitik air mata yang jatuh ke pipinya. Dalam benak Bu Surti pantas saja sejak Gilang keluar dari kamarnya untuk mengambil wudhu untuk menunaikan sholat subuh, sang putra sudah terlihat sangat lemas. Belum lagi keanehan yang lain dari pria itu dimana Gilang memilih untuk cuti kerja dengan alasan tidak enak badan. Saat Bu Surti mengukur suhu tubuh sang putra dengan telapak tangannya, tubuh Gilang sama sekali tidak terasa panas.“Biarkan saja Gilang cuti hari ini Bu. Mungkin tubuhnya yang terlalu pegal.” Begitu kata Pak Andi setelah sang istri mengatakan tentang rasa khawatirnya karena sikap Gilang yang tiba-tiba berubah.“Lagian Gilang juga belum pernah libur kerjakan?” Tanya Pak Andi lagi untuk mengusir rasa khawatir sang istri pada putra mereka.“Benar juga sih Pak.” Bu Surti menganggukan kepalanya setuju.Tanpa mereka sangka penyebab Gilang terlihat sangat sedih karena pria itu suda

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status