Share

Bab 7 Bantuan

Malam ini aku memutuskan untuk tidur di dalam kamar Dinda. Sudah kuputuskan jika aku hanya akan mengambil barang dagangan dari agen distributor sampai kontrak rumah ini selesai. Pemilik rumah yang kasihan padaku mengatakan jika aku bisa memperpanjang kontrak hanya tiga bulan saja. Setelah aku mengatakan rencana untuk pergi dari kota ini setelah kenaikan kelas Dinda.

“Daripada bayar untuk satu tahun terus kamu pergi dari rumah itu kan percuma. Lebih baik bayar untuk tiga bulan saja. Jangan lupa persiapkan uang untuk mengontrak rumah di kota lain juga.” Kata pemilk kontrakan yang bernama Mbak Rini kala itu.

Kutatap wajah Dinda yang sudah terlelap. Memikirkan langkah selanjutnya yang harus aku tempuh untuk ke depannya. Setelah masalah rumah kontrakan ini selesai, aku harus menagih kredit baju para pelanggan. Mungkin untuk para pelangganku yang berada di kawasan rumah Ibu mertua bisa mengerti jika aku mengatakan tidak bisa lagi menyetok baju. Tapi, bagaimana dengan pelangganku yang lain?

Aku belum bisa menemukan solusi hingga jatuh tertidur. Keesokan harinya aku mengantar Dinda ke sekolah seperti biasa. Karena hari ini aku jualan di pasar, aku pergi ke rumah agen tempat mengambil barang dagangan bernama Bu Sumi. Saat masuk ke dalam toko berisi banyak baju, aku di arahkan untuk masuk ke dalam ruang kerja Bu Sumi.

“Loh Arini. Bukannya kamu sudah bayar barang yang kamu ambil kemarin? Mau ambil barang dagangan lagi?” Aku menggelengkan kepala lalu duduk di hadapan Bu Sumi.

“Bukan Bude. Ada yang mau saya sampaikan.”

Aku mengatakan tentang rencana kepergianku tiga bulan lagi. Setelah Dinda selesai menjalani ujian akhir semester. Karena itulah aku tidak akan lagi mengambil barang dagangan dari Bu Sumi. Selain itu, aku juga akan tetap menagih kredit baju pada para pelanggan yang tersisa.

“Kamu nggak perlu khawatir Rin. Jika kredit baju belum lunas, salah satu staff disini yang akan mengurus. Sayang sekali kamu memutuskan untuk pindah. Namun, di sisi lain saya dapat memahami keadaan kamu.”

Bu Sumi menganggukan kepalanya mengerti. Aku hanya bisa terdiam. Banyaknya orang yang sudah mengetahui kondisi rumah tanggaku benar-benar membuat aku merasa malu. Karena memang Ibu mertua dan Yani sering menagih uang di depan umum. Baik di pasara atau saat berpapasan di jalan. Namun, di sisi lain dari mereka juga aku bisa mendapat banyak bantuan.

Mbak Rini sudah meringankan biaya kontrakan agar di bayar untuk tiga bulan saja. Kini Bu Sumi juga bersedia membantu dengan menyuruh staffnya untuk menggantikanku menagih kredit baju pada para pelanggan yang belum lunas. Benar-benar bantuan yang tidak terduga.

“Terima kasih banyak Bu Sumi.”

“Nggak masalah. Oh iya, saya beberapa kali lihat akunmu di beberapa marketplace. Ramai banget ya Rin.” Bu Sumi segera mengalihkan percakapan.dengan menanyakan hal lain.

“Alhamdulillah Bu. Cukup untuk mutar uang buat bayar barang dagangan sama kebutuhan sehari-hari.”

“Kalau begitu gimana kalau kamu juga mempromosikan barang dagangan saya sebagai dropshipper Rin. Kamu juga bisa dapat untung seperti berjualan barang lain.”

Ucapan terima kasih terus mengalir dari bibirku. Akhirnya aku bisa menemukan solusi untuk masalah ini. Setidaknya satu masalah sudah selesai. Di tambah lagi dengan tawaran Bu Sumi membuatku merasa sangat lega. Kini aku punya sedikit penghasilan saat memutuskan pergi bersama Dinda dari rumah kontrakan itu.

“Saya pamit dulu Bu Sumi. Sekali lagi terima kasih banyak. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Setelah itu aku kembali berkeliling untuk menjajakan barang dagangan. Sekaligus menagih kredit baju dari para pelangganku. Karena takut jika Ibu mertua dan Yani akan kembali mengambil uangku, aku segera pergi ke koperasi untuk menyimpan uang. Baru pergi ke komplek tempat tinggal Ibu mertua.

Baru saja aku memasuki komplek itu, aku dapat melihat Mas Eko yang pergi dengan seorang wanita sambil berboncengan motor. Jika di lihat dari penampilannya, wanita itu tampak beberapa tahun lebih tua dari Mas Eko. Sayangnya aku tidak dapat mengikuti mereka karena salah satu pelangganku sudah melambaikan tangan di depan rumah. Membuat aku membelokan motor ke rumah itu.

Satu jam berlalu dengan cepat. Aku hanya mendapat uang delapan puluh ribu saja dari para pelanggan di area komplek ini. Tidak lupa juga dengan beberapa baju yang sudah di bawa tapi di beli secara kredit. Karena haus, aku berhenti di depan salah satu warung yang terkenal murah. Lokasinya yang berada di pinggir jalan besar membuat warung ini sangat ramai.

Saat masuk ke dalam bangunan warung, aku dapat melihat Mas Eko bersama wanita itu. Tidak hanya mereka saja. Bahkan Ibu mertua dan Yani juga ada disana. Karena merasa lapar sekalian saja jika aku memata-matai mereka. Penasaran juga siapa wanita itu sebenarnya.

Setelah memesan makanan di kasir, aku duduk di meja yang berjarak dua meja dari mereka. Hanya saja aku masih bisa mendengar suara orang-orang yang duduk di meja lain. Suasana persawahan yang hijau sekaligus panas menjadi pemandangan tersendiri. Mudah-mudahan saja Mas Eko dan keluarganya tidak menyadari keberadaanku.

“Ngomong-ngomong siapa nama menantu Bu Lasmi itu? Keterlaluan sekali dia tidak mau memberikan uang pada mertuanya.” Kata wanita itu yang bisa aku dengar dengan sangat jelas.

“Namanya Arini. Akhir-akhir ini Arini selalu punya alasan untuk tidak memberiku uang. Padahal sebelumnya usaha Arini cukup ramai untuk membiayai kebutuhan keluarga besar kami.” Saat menolehkan kepala ke belakang, wanita itu tampak menganggukan kepalanya.

“Terus kenapa Mas Eko tidak menceraikannya saja? Lebih baik menikah denganku. Bisa aku jamin jika aku akan memenuhi kebutuhan hidup kalian.”

Apa wanita itu adalah selingkuhan Mas Eko? Jika benar begitu akan lebih mudah bagiku untuk lepas dari keluarga benalu itu.

“Kapan-kapanlah. Kami juga masih butuh uangnya. Kan Nak Sita belum pasti mau menikah dengan Eko. Nak Sita saja masih punya suami kan.” Ya ampun ternyata wanita itu masih punya suami.

“Benar juga sih Bu. Lama banget sih pelayannya. Saya pergi ke kasir dulu. Sekalian mau minta air mineral.”

Begitu wanita bernama Sita itu pergi, Yani langsung mencibir penampilannya yang terlihat sangat tua. Padahal Sita hanya terpaut usia tiga tahun lebih tua dari Mas Eko. Selain itu, Mas Eko mengatakan jika dia tidak mau menikah dengan Sita sebelum wanita itu berhasil merebut harta suaminya.

“Kamu benar Ko. Untuk sementara waktu kita manfaatkan saja Sita dulu. Lumayan agar bisa terus makan enak. Daripada makan ati minta sama Arini tapi tidak pernah di kasih lebih seperti dulu.” Kata Ibu mertua mendukung perkataan kedua anaknya.

Setelah Sita kembali ke meja mereka, Mas Eko meminta sejumlah uang. Sayangnya aku tidak bisa mengintai lebih lama karena makananku sudah habis. Aku sudah pergi ke kasir lebih dulu agar mereka tidak tahu jika aku sedang mengintai. Selain itu, aku juga membungkus beberapa lauk untuk makan siang dan makan malamku dengan Dinda.

Karena hari ini Mas Eko kembali masuk bekerja di sore hari, aku tidak mau dia tahu jumlah uang yang aku dapatkan hari ini. Jadilah uang yang aku bawa pulang hanya terissa lima puluh ribu saja. Aku yang sudah menjemput Dinda dari sekolah segera masuk ke dalam rumah. Seperti biasa aku akan pergi ke gudang untuk meletakan barang dagangan.

Di dalam gudang sangat berantakan. Aku melihat kotak tempat biasa aku menyimpan uang sudah tergeletak di lantai. Dengan beberapa uang logam yang berhamburan keluar. Untung saja sudah lama aku tidak menyimpan uang di kotak itu. Hingga menyiasakan uang logam saja. Tapi, siapa yang sudah menggeledah isi gudang rumahku? Sekarang tempat persembunyian uang sementara di rumah ini sudah di ketahui. Sedangkan aku masih harus bertahan di rumah ini kurang dari tiga bulan lagi.

Aku segera masuk ke dalam kamar lalu membuka lemari yang juga isinya sudah berantakan. Pakaianku yang bagus sudah tidak ada lagi di dalam lemari ini. “Ya Allah. Mereka bahkan juga mencuri bajuku.”

Tidak ada barang berharga di rumah ini selain TV, Kulkas dan sepeda motor. TV dan kulkas masih ada di tempatnya. Jadi, jelas bukan perampok atau pencuri yang masuk ke dalam rumah ini. Berarti pelakunya mungkin Mas Eko, Yani atau Ibu mertua.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status