Share

Tak Rela

last update Last Updated: 2025-06-22 18:04:43

"Maria ...." Dani sama terkejutnya dengan Maria. Namun, alasan keterkejutannya berbeda. Ia menatap Maria tanpa kedip. Seolah ia melihat gadis yang sepuluh tahun lalu mencuri hatinya. Maria.

"Ada apa kamu datang ke sini? Apa karena Ibu dan Kakakmu? Kalau iya, mending kamu pergi saja karena kita sudah tak ada urusan lagi." Maria tak mau berbasa basi. Sudah cukup banyak luka yang ditorehkan Dani kepada ia dan Bilqis.

Dani memejamkan mata. "Kenapa kamu harus menikah sama Arfan? Apa kamu tau kalau kamu cuma dijadikan pelarian sama dia?"

Maria mengangkat satu alisnya. "Itu bukan urusanmu, Mas. Urus saja istri dan keluargamu," ketusnya.

Dani terhenyak, seolah ia tak mengenali Maria. "Kamu berubah, Mar. Kenapa kamu seketus ini sama aku?"

"Memang kamu siapa, Mas? Kamu cuma mantan yang selalu lupa pada kewajibamu pada istri dan anak! Oh, bukan ... aku lupa kalau Bilqis bukan anakmu." Maria terkekeh. Masih jelas dalam ingatannya saat Dani merendahkan dan meragukan Bilqis beberapa waktu yang lal
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Nafkah Yang Salah   Dilabrak

    "Iya, Om?""Om akan menjadi suami Mama kamu sebentar lagi. Itu artinya Om akan jadi Ayah sambungmu. Panggil saja Om ini Ayah. Dan kado ini buat om saja, ya?" tukas Arfan.Bilqis mengedipkan mata bundarnya beberapa kali. "Om mau jadi Ayahku?" tanyanya.Arfan mengangguk. "Hanya orang bodoh yang tidak mau jadi Ayah dari anak cantik seperti kamu."Bilqis seketika memeluk Arfan. Maria dan Bu Laila yang melihatnya tak bisa menahan air mata karena rasa haru yang menyeruak. Sejak saat itu, Bilqis tak pernah lupa menyematkan nama Ayah untuk Arfan.***"Assalamu' alaikum." "Wa' alaikum salam." Maria bergegas keluar kala mendengar suara salam. "Loh, Pak Arfan?" tukasnya, kaget. "Aku mau ngajak kamu sama Bilqis keluar. Bersiaplah!" kata Arfan. Pria itu memang tidak suka berbasa basi. "Kemana, Pak?""Fitting gaun pengantin." "Oh, jauh tidak?""Sedikit."Maria manggut- manggut. "Ya udah, Anda duduk dulu. Saya mau nyiapin bekal buat di jalan," celetuknya.Mulut Arfan ternganga. "Bekal?" gumamnya

  • Nafkah Yang Salah   Sebuah Undangan

    "Hamil?" Dani mengernyit. Erlin mengangguk. "Pagi tadi, aku coba tes. Dan hasilnya positif, Mas."Dani hanya diam. Entah mengapa ia tak antusias mendengar kabar itu. Berbeda ketika Maria hamil dulu. Ia sampai sujud syukur karena diberi amanah anak tanpa harus menunggu lama. Padahal, ini adalah kasus yang sama. Akan tetapi, seperti ada sisi hatinya yang tak bisa menerima."Mas, kok, kamu diam saja? Kamu nggak seneng?" Erlin memasang wajah cemberutnya."Bukan gitu. Aku seneng, kok. Tapi, aneh ... kok cepet banget perasaan?" Erlin mendengkus. "Gimana gak cepet kalau kamu hampir tiap hari minta begituan. Sekali begitu langsung tiga ronde," celetuknya.Dani menggaruk tengkuknya yang mendadak gatal. "Ya udah. Kalau gitu besok kita ke dokter. Sekalian aku mau memeriksakan kandungan Risa.""Apa? Kenapa?"Dani yang hendak melepas sepatu menjawab, "Apanya yang kenapa?""Kenapa harud sama Risa? Biarin saja dia, Mas. Lagian dia kan udah buat kamu malu?!" Dani mendesah panjang. "Risa adalah adi

  • Nafkah Yang Salah   Kepedulian Seorang Kakak

    "Apa selama hamil, kamu makannya cukup? Biasanya orang hamil nafsu makannya akan bertambah. Apa kamu juga minum susu hamil dan vitamin? Kamu juga sudah periksa ke bidan apa belum?" Dani mencecar Risa dengan menahan sesak di dads.Risa tersenyum. "Aku makan dengan baik, Mas Dani. Pasti makanku sudah cukup untuk bayiku juga. Kalau vitamin aku minum karena aku gak periksa. Tapi, aku minum susu kok, Mas. Aku beli online. Soalnya, kalau keluar ...." Ia tak melanjutkan kalimatnya."Iya sudah, tak usah dilanjutkan. Aku paham." Dani lantas merangkul pundak Risa. Air matanya tumpah dengan sendirinya. "Maafkan Mas. Maafkan Masmu ini yang tidak berguna. Kamu seperti ini tapi Mas gak peduli. Besok kita ke dokter, untuk memeriksakan kondisimu, ya?" kata Dani. Ia mendongak, agar matanya berhenti mengalir.Tangis Risa pun pecah. Ia memeluk Dani, menumpahkan segala lara yang ia pendam sendiri selama ini."Maaf, Mas. Maafkan aku ... Aku sudah mengecewakan dan membuatmu malu. Aku sudah lama mau minta

  • Nafkah Yang Salah   Tersentuh

    "Kamu kenapa, Nak?" Bu Mayang sedang menyapu di halaman rumah mengernyit melihat putranya datang dengan wajah masam. Ia segera menyelesaikannya dan lekas masuk ke dalam rumah saat Dani tak menghiraukan ucapannya."Bu, Maria akan segera menikah." Dani menjawab setelah ibunya masuk."Benarkah?" Dani mengangguk. Lantas memberikan undangan yang tadi diberikan oleh Arfan. "Ini undangannya, Bu. Aku gak nyangka kalau Maria mau dijadikan pelarian oleh si Arfan."Bu Mayang membaca undangan tersebut. Matanya membelalak saat melihat tanggal yang tertera di kertas itu. "Tanggal 7? Berarti dua minggu lagi, ya? Cepat sekali?" Dani tak menjawab. Ia masih terbayang- bayang wajah Maria yang begitu mempesona. Wajah itu tak terlihat seperti Maria yang bersamanya selama lima tahun terakhir itu. Tak ada lagi Maria yang dekil, kusam, dan bau bawang. Maria yang ia temui tadi sangat cantik. Kecantikannya mengalahkan kecantikan Erlin."Dani, kok malah melamun?" Dani terkesiap kala Bu Mayang menepuk pahany

  • Nafkah Yang Salah   Tak Rela

    "Maria ...." Dani sama terkejutnya dengan Maria. Namun, alasan keterkejutannya berbeda. Ia menatap Maria tanpa kedip. Seolah ia melihat gadis yang sepuluh tahun lalu mencuri hatinya. Maria."Ada apa kamu datang ke sini? Apa karena Ibu dan Kakakmu? Kalau iya, mending kamu pergi saja karena kita sudah tak ada urusan lagi." Maria tak mau berbasa basi. Sudah cukup banyak luka yang ditorehkan Dani kepada ia dan Bilqis.Dani memejamkan mata. "Kenapa kamu harus menikah sama Arfan? Apa kamu tau kalau kamu cuma dijadikan pelarian sama dia?" Maria mengangkat satu alisnya. "Itu bukan urusanmu, Mas. Urus saja istri dan keluargamu," ketusnya.Dani terhenyak, seolah ia tak mengenali Maria. "Kamu berubah, Mar. Kenapa kamu seketus ini sama aku?""Memang kamu siapa, Mas? Kamu cuma mantan yang selalu lupa pada kewajibamu pada istri dan anak! Oh, bukan ... aku lupa kalau Bilqis bukan anakmu." Maria terkekeh. Masih jelas dalam ingatannya saat Dani merendahkan dan meragukan Bilqis beberapa waktu yang lal

  • Nafkah Yang Salah   Undangan

    "Bukannya kamu tidak mau mengakui Bilqis sebagai putrimu?" skak Arfan. "Kamu, Kakak, dan Ibumu dengan sangat tega memfitnah Maria sebagai pelac*r. Kamu bahkan mengira bahwa aku adalah pria yang pernah membeli jasa Maria," imbuhnya."Itu karena aku sedang emosi! Mana ada suami yang diam saja melihat istrinya berduaan bersama pria lain?" "Lalu bagaimana dengan dirimu? Bukankah kamu pernah bermalam bersama Erlin saat masih menjadi suami Maria?"Wajah Dani memucat. Tak menyangka bahwa pria di hadapannya itu mengetahui banyak sekali tentang dirinya. Bahkan hal tersembunyi pun Arfan tau.Arfan membuang napas kasar. "Tidak perlu mengajariku tentang kewajiban dan tanggung jawab. Sangat lucu jika didengar orang," tukasnya seraya memandang Dani yang nampak tak suka."Ini ... datanglah ke pernikahanku. Ajak juga seluruh keluargamu agar kalian tahu jika Maria bahagia bersamaku." Arfan meletakkan undangan berwarna putih. Di sampul depan, ada inisial A dan M yang merujuk pada nama Arfan dan Maria.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status